Iduladha di Pematangsiantar: Berkurban Memperkuat Tali Persaudaraan

Hewan kurban Iduladha di Pematangsiantar (Foto: PARBOABOA/ Rizal Tanjung)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Hari Raya Iduladha 1445 Hijriah dirayakan dengan penuh semangat oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di kota Pematangsiantar. 

Iduladha mengingatkan Umat Muslim akan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang rela menyembelih putranya, Nabi Ismail sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. 

Tradisi ini selanjutnya diperingati dengan pemotongan hewan kurban yang menjadi simbol ketaatan dan kesetiaan. Itulah sebabnya perayaan Iduladha selalu identik dengan perayaan kurban.    

Di Pematangsiantar, pemotongan hewan kurban lembu dan kambing mencerminkan semangat berbagi dan solidaritas yang kuat di tengah masyarakat.

Ketua Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Pematangsiantar, Natsir Armaya Siregar mengungkapkan ada 923 lembu dan 215 kambing yang dikurbankan di seluruh masjid Pematangsiantar.

"Selain dari sumbangan masjid, ada juga daging kurban yang didonasikan oleh perorangan," kata Natsir kepada Parboaboa, Senin (17/6/2024).

Kepada masyarakat Natsir berpesan agar yang mendapatkan bagian dari daging kurban membagikannya kepada tetangga, jangan dikonsumsi sendiri.

"Jangan hanya dikonsumsi sendiri atau dibagikan kepada umat Muslim saja, tetapi juga kepada saudara-saudara non-Muslim," katanya.

Natsir menambahkan, berbagi konsumsi daging kurban harus menjadi ajang mempererat tali persaudaraan tanpa memandang perbedaan agama atau status sosial.

Ia berharap hal ini tidak hanya menguatkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan yang universal di tengah-tengah masyarakat Pematangsiantar.

Pentingnya Sedekah Sosial

Sementara itu, dalam ceramahnya saat shalat Iduladha di Masjid Dakwah Pematangsiantar, Ustadz Azrul Aswan Sirait membagikan kisah tentang Ibnul Mubarak, seorang ulama terkemuka pada zamannya.

Ustadz Azrul berbagi cerita tentang perjalanan Ibnul Mubarak saat menunaikan haji ke Makkah. Dalam perjalanan tersebut, tepatnya saat berada di Kota Kufah, Ibnul Mubarak menyaksikan sebuah pemandangan mengharukan.

Dia melihat seorang wanita kurus yang sedang mengonsumsi bangkai itik. Anak-anaknya juga ikut mengonsumsi makanan tak layak tersebut karena kelaparan.

Tak tega melihat perempuan dan anak-anaknya tersebut, Ibnul Mubarak lalu menyedekahkan harta dan barang-barangnya kepada keluarga itu.

Sebagai implikasinya Ibnul Mubarak secara terpaksa menunda perjalanan hajinya. Dalam pandangannya, sedekah kepada wanita tersebut jauh lebih prioritas dan mendesak.

"Jadi kisah ini mengajarkan bahwa ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual," kata Azrul kepada jamaah shalat Idul Adha, Senin (17/6/2024).

Meski begitu, bagi yang mampu kata dia, ibadah haji tetap menjadi kewajiban yang sebagaimana halnya kewajiban lain seperti shalat dan zakat.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS