PARBOABOA, Medan – Laju tekanan inflasi di Sumatera Utara pada bulan Maret dengan perkiraan month to month (bulan ke bulan) sebesar 0,72%. Nilai ini lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 0,52%.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (02/04/2024) memperkirakan inflasi di Sumut hanya akan berada pada angka 0,32%. Akan tetapi ternyata justru berada di angka yang jauh dibandingkan ekspektasinya.
Gunawan menjelaskan, ada yang membedakan perhitungan inflasi pada bulan Maret kemarin. BPS menghitung komoditas cabai merah dan rawit sebagai salah satu penyumbang inflasi.
“Walaupun saya hitung cabai merah dan rawit justru mengalami penurunan 1% hingga kurang dari 3%,” ujarnya. Walau begitu, Gunawan memaparkan bahwa perbedaan ini masih lumrah terjadi. Mengingat pengambilan sampel di lapangan bisa dilakukan dari banyak tempat.
Selain itu, harga pangan pokok yang dijual tidak selalu sama, antara satu pedagang dengan pedagang lainnya.
Secara tahunan (year on year), inflasi Sumut berada di kisaran angka 3,67%. Angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan inflasi dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang secara tahunan 8,15%.
Artinya, kenaikan harga untuk kelompok bahan makanan dan minuman mengalami nilai yang lebih tinggi. Hal ini terjadi apabila dibandingkan dengan rata-rata besaran inflasi secara keseluruhan di Sumatera Utara.
Realisasi inflasi year to year di Sumatera Utara, menurut Gunawan berada di level 1.53%. Angkanya terbilang tinggi untuk triwulan pertama di tahun 2024. “Nggak bisa dipungkiri lah, inflasi yang tinggi di bulan ini karena gangguan persediaan,” katanya.
Menurutnya, masalah inflasi di Sumatera Utara yang dihadapi sejauh ini adalah karena adanya persoalan struktural.
Gunawan Benjamin memaparkan, kemampuan pemerintah untuk menyediakan bahan pangan yang mandiri atau swasembada harus menjadi skala prioritas kebijakan pemerintah di masa yang akan datang. Masalah struktural seharusnya dibenahi.
Terkait deflasi, Gunawan menerangkan, Sumatera Utara diproyeksikan akan mengalaminya pada bulan April mendatang. Hal ini diperkirakan karena sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat sudah menunjukkan tren penurunan.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan adalah cabai merah, rawit, telur ayam, daging ayam, beras, kentang. Sementara bawang merah diprediksikan juga akan mengalami penurunan harga lanjutan.
Sedangkan gula pasir, minyak goreng, bawang putih dan tomat masih diperkirakan di harga yang cukup stabil. Persiapan Idulfitri, harga tiket pesawat dan emas berpeluang mengalami kenaikan dan akan menjadi salah satu penyumbang inflasi di bulan April.
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (01/04/2024), mengumumkan terjadinya inflasi pada bulan Maret 2024 di Sumatera Utara dengan perbandingan bulan Maret 2024 dengan Februari 2024 adalah sebesar 0,72%. Sedangkan untuk inflasi dari Maret 2023 ke Maret 2024 adalah sebesar 3,67 persen.
Komoditas penyumbang utama inflasi di bulan Maret dibandingkan bulan sebelumnya adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil sebesar 0,64%. Komoditas lainnya yang menjadi penyumbang utama inflasi antara lain adalah cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah dan ikan dencis.
Sementara itu, penyumbang inflasi bulan Maret 2024 di Sumatera Utara dibandingkan tahun sebelumnya adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil sebesar 2,82%. Sedangkan komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah beras, cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Pada bulan Maret 2024, komoditas cabai merah menyumbang andil inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,16% (month to month). Secara kumulatif, hingga Maret 2024, cabai merah mengalami inflasi sebesar 13,93%. Andil inflasi cabai merah tertinggi ada di Kabupaten Labuhanbatu yaitu sebesar 0,33% dengan perhitungan perbandingan bulan ke bulan.
Editor: Fika