PARBOABOA, Pematang Siantar – Nama Jeka Saragih kian ramai dibicarakan setelah dirinya berhasil meraih kemenangan KO atas Ki Won Bin dalam semifinal kelas ringan Road to (Ultimate Fighting Championship) UFC 2022 di Etihad Arena, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada Sabtu, 22 Oktober 2022.
Jeka Saragih yang merupakan putra daerah asal Simalungun, Sumatra Utara (Sumut) ini lantas menarik banyak perhatian publik. Namun, banyak yang tak tahu bagaimana perjuangannya bisa sampai di titik ini.
Dalam artikel ini, Parboaboa berkesempatan mengulik secara langsung tentang perjalanan karier Jeka Saragih. Bagaimana Jeka bisa sampai terjun ke dunia bela diri? Langsung simak ulasan di bawah ini.
Profil Jeka Saragih
Jeka Saragih memiliki nama lengkap Jeka Asparido Saragih. Ia dilahirkan dari pasangan ayah bernama Jeplin Saragih dan Tennaria Monica, pada 3 Juli 1995 di Bah Pasunsang, Raya, Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).
Jeka telah menikah dengan Desi Taulina Siahaan. Dari pernikahannya tersebut, petarung asal Simalungun ini telah dikaruniai satu orang anak laki-laki bernama Jaysen Habonaran Saragih.
Jeka kecil menghabiskan masa mudanya di desa tempat kelahirannya. Banyak cerita menyedihkan tentang kampung halamannya tersebut. Mulai dari akses jalan yang tak layak, sampai dengan konektivitas internet yang tak bisa diakses.
Namun, semua itu tak menyurutkan semangat Jeka untuk menjadi petarung hebat di atas ring. Bermodalkan tekad yang kuat, segala cara ditempuh Jeka. Padahal, orangtua tak pernah merestuinya menjadi seorang atlet bela diri.
Biodata Jeka Saragih
Nama Lengkap: Jeka Asparindo Saragih
Nama Panggung: Jeka Saragih
Tempat Lahir: Bah Pasunsang, Raya, Simalungun, Sumatera Utara (Sumut)
Tanggal Lahir: 3 Juli 1995
Umur: 27 Tahun (saat artikel ini diterbitkan)
Agama: Kristen
Ayah: (+) Jeplin Saragih
Ibu: Tennaria Monica
Istri: Desi Taulina Siahaan
Anak: Jaysen Habonaran Saragih
Tinggi Badan: 181 cm
Berat: 71 Kg
Pendidikan: SD 091329 Bah Pasunsang, SMP N 1 Raya, SMK N 1 Raya
Julukan: Si Tendangan Maut
Instagram: @jekasaragih
YouTube: JekaSaragih
Perjalanan Karier
Dalam wawancara secara eksklusif bersama dengan sang ibunda Jeka Saragih, ia menceritakan putranya menjalani kehidupan yang sulit. Mulai dari tak mendapat restu untuk menjadi seorang atlet bela diri, hingga masalah ekonomi.
Ibunya bercerita, langkah Jeka Saragih untuk menjadi petarung dilarang keras oleh ayahnya. Bukan tanpa alasan, karena mendiang ayahnya berpendapat bahwa menjadi seorang atlet tak memiliki masa depan. Nasibnya akan sama dengan atlet yang ada di Indonesia kebanyakan. Setelah tua dan pensiun, ia akan kesulitan untuk menapaki kariernya lagi.
Berbagai upaya dilakukan orangtuanya, mulai dari melarang secara terang-terangan sampai tak membiayai Jeka untuk ikut latihan. Jeka Saragih terus bersikukuh dengan cita-citanya. Bahkan ibunda bercerita, ia kerap melawan prinsip sang ayah.
Jeka Saragih bercerita awal mula ia menekuni dunia bela diri. Kepada Parboaboa, pria berusia 27 tahun ini menceritakan pengalaman dan tekadnya hingga bisa berada di titik sekarang. Ketertarikannya pada bela diri adalah ketika dirinya menempuh pendidikan di SMP 1 Raya. Di sekolah ia menjadi korban bully oleh teman-temannya.
“Sewaktu SMP, aku sudah harus jauh dari orang tua. Karena kampung tempat aku dibesarkan tidak ada sekolah. Jarak antara Sekolah dan rumah itu sekitar 14 km kurang lebih. Jadi mau tidak mau harus kos di Raya. Dulu sering sekali itu, anak-anak dari lingkungan SMP yang bully sampai malak minta uang samaku,” ucapnya.
Pada saat itu di usianya yang baru beranjak 12 tahun, Jeka tidak bisa berbuat apa-apa, dan pada akhirnya menuruti kemauan mereka. Geram dengan tingkah mereka terus menerus seperti itu, Ia pun harus mengadu kepada bapak kos tempat Ia tinggal agar tidak dipalak.
Akhirnya, dirinya memutuskan untuk belajar bela diri wushu di SMPN 1 Raya. Aliran wushu yang Ia tekuni adalah wushu sanda atau aliran petarung. Berbagai kejuaraan ia ikuti, mulai dari kejuaraan tingkat kabupaten, nasional hingga internasional.
”Sejak saat itu saya mulai aktif bela diri dan ikut banyak kompetisi dan Puji Tuhan dapat Prestasi. Anak-anak yang dulu malakin saya pun sudah tidak berani lagi. Namun terkadang ada itu adik-adik dari satu kampung yang mengadu sama saya kalau mereka dipalakin. Saya ajak mereka, ayo kita serang,” ucapnya tegas.
Pada 2013 ia mengikuti pertandingann di Filipina, walau saat itu dirinya belum berhasil mendapat juara. Namun, Jeka kembali dengan memenangkan Kejurnas wushu di Yogyakarta, mewakili Sumut.
Akhirnya pada 2015, orang tuanya mengirim Jeka Saragih ke Batam. Berharap di sana kehidupannya lebih baik dan melupakan keinginannya untuk menjadi seorang atlet bela diri. Ia sempat bekerja setahun sebagai pekerja galangan kapal di PT SMOE.
Tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia tetap mengasah kemampuan bela diri. Hingga akhirnya pria berumur 27 tahun itu, magang di Sasana Batam Fighter Club (BFC) milik Yakop Sutjipto.
Nasib baik lantas berpihak kepada Jeka, ia mendapat tawaran dari pemilik BFC untuk ikut serta dalam kejuaraan One Pride TVOne yang mempertandingkan petarung Martial Mixed Arts (MMA). Lolos seleksi, Jeka masuk dalam Grade A 70 kg.
Pada April 2017, pria asal Simalungun itu berhasil membawa pulang posisi jawara MMA One Pride kelas 70 kg, setelah dirinya mengalahkan Ngapdi Mulidy, petahana asal Semarang dengan TKO pada ronde pertama.
Pada tahun 2022 ini sepertinya kerja keras Jeka Saragih mulai membuahkan hasil. Pria yang dijuluki si tendangan maut ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih tersisa di babak semifinal Road to UFC.
Pada 9 Juli 2022 lalu, saat laga pembukaan Road to UFC, Jeka Saragih mampu mengalahkan Pawan Maan Singh, wakil dari India, dengan menang KO di ronde I. menggunakan teknik spinning back fist atau pukulan berputar, Jeka berhasil merobohkan petarung berkulit hitam tersebut.
Kemenangan itu mengantarkan pria asal Simalungun itu ke babak semifinal menuju UFC. Gelaran Road to UFC babak semifinal yang berlangsung di Abu Dhabi, pada 22 Oktober 2022. Jeka Saragih tampil mengesankan saat melawan petarung asal Korea Selatan, Ki Won Bin dalam semifinal kelas ringan.
Sebuah pukulan mengantarkan Jeka Saragih meraih kemenangan KO pada ronde pertama. Kemenangan itu membuat rekornya menjadi 13-2 (8 KO, 4 submission). Kemenangan itu akan mengantarkan Jeka Saragih selangkah lagi mendapatkan kontrak dari UFC dan menjadi atlet bela diri Indonesia pertama yang mencetak sejarah pencapaian tertinggi di MMA.
Untuk menghadapi ajang Road to UFC, Jeka Saragih akan mempersiapkan diri dengan maksimal. Desember 2022, bersama sang pelatih Marc Fiore, ia akan berlatih di Studio 540, San Diego, Amerika Serikat.
Prestasi
Juara 1 Kerjurnas Wushu Yogyakarta 2013
Juara 1 MMA One Pride TVOne Kelas 70 Kg 2017
Juara Interim One Pride MMA Kelas Ringan 2022
Demikianlah informasi tentang profil dan biodata Jeka Saragih terlengkap. Doa dan dukungan dari masyarakat Indonesia, khususnya daerah Sumatra Utara untuk sang petarung ini akan terus diberikan. Go go Jeka!