PARBOABOA – Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua yang pernah berdiri di wilayah Indonesia.
Didirikan pada abad ke-4 M atau 400 M, letak kerajaan ini berada di daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Melalui penelusuran dan ekplorasi yang mendalam, peninggalan Kerajaan Kutai ditemukan berupa tujuh Prasasti Yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa dalam Bahasa Sansekerta.
Dalam pembahasan kali ini, Parboaboa akan menjelaskan secara mendalam tentang sejarah Kerajaan Kutai, masa kejayaan, silsilah raja, 7 peninggalan dan penyebab runtuhnya kerajaan tersebut.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, mari kita simak bersama-sama ulasan di bawah ini.
Sejarah Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara, yang berdiri sekitar abad ke-4 di wilayah Kalimantan Timur, Indonesia.
Di mana Kerajaan Kutai didirikan oleh seorang raja bernama Kudungga pada sekitar tahun 350 M. Raja ini kemudian digantikan oleh putranya, Aswawarman, yang memerintah selama 60 tahun dan memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke sebagian besar Kalimantan Timur.
Kerajaan Kutai juga terkenal karena menjadi pusat perdagangan utama di Nusantara pada masanya. Mereka memperdagangkan emas, biji besi, mutiara, kayu, dan bahan-bahan lainnya dengan pedagang dari Tiongkok, India, dan daerah lain di Asia.
Selain itu, Kerajaan Kutai juga dikenal karena dukungan mereka terhadap pengembangan agama Buddha dan Hindu di Nusantara. Salah satu bukti dari ini adalah peninggalan seperti Yupa, yaitu batu prasasti yang berisi tulisan dan ditemukan di wilayah Kutai.
Kerajaan Kutai terus bertahan selama lebih dari 500 tahun sebelum akhirnya runtuhnya kerajaan kutai pada abad ke-10 M. Namun, pengaruh mereka masih dirasakan hingga saat ini, terutama dalam sejarah dan kebudayaan Kalimantan Timur.
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Perlu kita ketahui, kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga yang merupakan seorang kepala adat yang cukup berpengaruh. Sebelum mendirikan kerajaan, Kudungga diketahui belum memeluk agama Hindu. Namun, setelah masuk agama Hindu ia mengubah sistem pemerintahan menjadi kerajaan.
Setelah Kudungga wafat, kemudian kerajaan kutai dipimpin oleh anaknya. Yaitu Asmawarman. Dia dinobatkan menjadi raja dengan cara Hindu dan berikan gelar sebagai Wangsakerta yang artinya “Pembentuk Keluarga”.
Masa kejayaan kerajaan Kutai terjadi ketika istana dipimpin oleh Raja Mulawarman, yaitu cucu dari Kudungga, pendiri Kerajaan Kutai.
Masa kejayaan Kerajaan Kutai terjadi pada masa pemerintahan beberapa raja, antara lain:
1. Raja Aswawarman (385-445 M)
Raja Aswawarman merupakan raja Kutai yang paling terkenal dan memiliki masa pemerintahan yang sangat panjang, yaitu sekitar 60 tahun. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaannya dengan menjadi pusat perdagangan utama di Nusantara dan menjalin hubungan dagang dengan Tiongkok dan India.
2. Raja Mulawarman (425-450 M)
Raja Mulawarman merupakan putra dari Raja Aswawarman dan meneruskan pemerintahan ayahnya. Ia memperkuat hubungan dagang dengan Tiongkok dan India serta membangun candi- candi dan kuil-kuil yang menggabungkan unsur kebudayaan Hindu dan Buddha.
3. Raja Kudungga (350-365 M)
Raja Kudungga merupakan pendiri Kerajaan Kutai yang berhasil mempersatukan suku-suku Dayak yang ada di wilayah Kalimantan Timur. Ia membangun pusat pemerintahan di Muara Kaman dan memperluas wilayah kekuasaannya.
4. Raja Surya Nata (488-516 M)
Raja Surya Nata merupakan raja Kutai yang memperkuat hubungan dagang dengan India dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke daerah sekitar Tanjung Redeb. Ia juga membangun kuil-kuil dan menyebarluaskan agama Buddha di wilayah Kutai.
5. Raja Balitung (970-990 M)
Raja Balitung adalah raja Kutai terakhir yang memerintah sebelum meninggal, ia menjadi raja Kutai pada abad ke-10. Ia membangun kuil-kuil dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke wilayah Kalimantan Tengah. Namun, pada masa pemerintahannya, Kerajaan Kutai mulai mengalami kemunduran dan pelemahan yang mengakibatkan keruntuhan pada masa-masa selanjutnya.
Di mana, masa pemerintahan raja-raja tersebut merupakan masa kejayaan Kerajaan Kutai di mana kerajaan ini menjadi salah satu pusat perdagangan dan perkembangan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Selama masa kejayaannya, Kerajaan Kutai mencapai prestasi yang sangat besar di bidang perdagangan, seni dan kebudayaan, serta penyebaran agama Hindu-Buddha.
Silsilah Raja Kutai Martapura
Sejarah mencatat, hanya ada lima nama raja yang memimpin kerajaan Kutai Matapura. Sementara sumber lain menyebutkan ada lebih dari 20 nama raja. Berikut nama-nama raja yang pernah memimpin:
1. Maharaja Kudungga
2. Maharaja Aswawarman
3. Maharaja Mulawarman
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11.Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
7 Peninggalan Kerajaan Kutai
Kehadiran Kerajaan Kutai di Indonesia, dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda terentu, yang paling terkenal adalah 7 buah Yupa atay prasasi berupa tiang batu.
Berikut adalaha beberapa peninggalan Kerajaan Kutai, seperti:
1. Prasasi Yupa
Salah satu bukti bahwa Kerajaan Hindu tertua ini pernah ada di Indonesia adalah ditemukannya peninggalan prasasti yang berwujud Yupa.
Yupa ini dituliskan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berbentuk seperti tiga tiang batu, yang konon digunakan untuk mengikat kurban persempatan kepada para dewa.
2. Kura-Kura Emas
Peninggalan Kerajaan Kutai berikutnya berapa kura-kura emas yang kini disimpan di Museum Mulawarman. Patung kura-kura ini berukuran setengah kepalan tangan dan menjadi persembatan pangeran dari Kerajaan China kepada Putri Sultan Kutai yang bernama Aji Bidara Putih.
3. Kalung Uncal
Kalung Uncal merupakan peninggalan berbahan emas yang memiliki bobot 170 gram, dengan hiasan liontin berelief Kisah Ramayana. Kalung ini menjadi salah satu atribut dari Kerajaan Kutai yang dipakai Sultan Kutai Kartanegara semenjak Kutai Martadipura bisa dijajah dan ditaklukkan.
4. Kalung Ciwa
Kalung Ciwa sudah ada sejak zaman kepemimpinana Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan warga di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman pada 1890. Hingga kini, kalung ini dipakai sebagai perhiasan kerajaan yang digunakan oleh Raja ketika ada pesta pengangkatan raja baru.
5. Pedang Sultai Kutai
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emas yang padat. Pertanda lainya di pedang tersebut adalah terdapat ukiran seeokor harimau yang sedang bersiap menerkam musuh.
Sementara pada ujung pedang dihiasi dengan ukiran seekor buaya. Kabarnya, peninggalan Kerajaan Kutai ini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
6. Ketopong Sultan
Peninggalan lainnya adalah berbentuk ketopong sultan atau mahkota raja dari Kerajaan Kutai yang terbuat dari bahan-bahan emas dengan berat 1,98 kg.
Mahkota raja ini ditemukan sekitar tahun 1980 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Hingga saat ini, ketopong sultan disimpan dengan baik di Miseum Nasional Jakarta.
7. Prasasti Kerajaan Kutai
Prasasti Kerajaan Kutai adalah salah satu peninggalan yang paling tua usianya. Benda ini menjadi bukti kuat eksistensi Kerajaan Hidu yang hidup di Pulau Kalimantan.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kutai
Setelah mengalami masa kejayaan, kerajaan Kutai mengalami masa keruntuhan di bawah kepimpinan raja Maharaja Dharma Setia. Sebab runtuhnya Kerajaan kutai, karena tewasnya sang raja tersebut ke dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-13 yaitu bernama Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Faktor penyebab runtuhnya kerajaan kutai adalah karena kematian raja Kutai, karena raja memang sangat berpengaruh dalam sejarah Kerajaan Kutai.
Hal ini karena dalam kebudayaan Kutai, raja dianggap sebagai pemimpin yang memegang kekuasaan tertinggi dan dihormati oleh seluruh rakyatnya.
Maka, kematian raja dianggap sebagai kejadian yang sangat penting dan biasanya diiringi oleh upacara-upacara adat yang sangat besar.
Dalam beberapa kasus, kematian raja Kutai bahkan menjadi awal dari peralihan kekuasaan yang berdampak besar pada kestabilan dan kelangsungan hidup Kerajaan Kutai.
Sebagai contoh, pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, ia mengalami konflik dengan pamannya sendiri, yaitu Raja Purnawarman, yang berakhir dengan kematian Raja Purnawarman. Konflik ini mengakibatkan
perpecahan antara suku Kutai dan suku Lawangan, serta melemahkan kekuasaan Kutai di wilayah sekitar.
Selain itu, kematian raja Kutaifaktor penyebab runtuhnya kerajaan kutai adalahhubungan politik dan perdagangan Kerajaan Kutai dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara.
Kematian raja dapat mengubah kebijakan politik dan perdagangan saat itu, serta menyebabkan terjadinya pergolakan dan persaingan di antara kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kematian raja Kutai sangat berpengaruh dalam sejarah seperti peralihan kekuasaan, hubungan politik, dan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara.
Runtuhnya Kerajaan Kutai pada abad ke-10 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Penurunan kekuatan politik dan militernya
Kerajaan Kutai mengalami penurunan kekuatan politik dan militernya pada masa pemerintahan Raja Balitung. Pada masa itu, kerajaan ini kehilangan kekuasaan atas wilayah-wilayah di sekitarnya, sehingga mengalami pelemahan dan tidak mampu lagi mempertahankan diri dari serangan luar.
2. Melemahnya kondisi ekonomi dan perdagangan
Kerajaan Kutai juga mengalami penurunan ekonomi dan perdagangan pada masa pemerintahan Raja Balitung. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya perdagangan antar kerajaan di Nusantara dan hilangnya monopoli perdagangan rempah-rempah yang sebelumnya dipegang oleh Kutai.
3. Krisis politik dalam tubuh kerajaan
Pada masa-masa terakhir pemerintahan Kerajaan Kutai, terjadi konflik internal antara keluarga raja dan elite politik yang berakibat pada krisis politik dalam tubuh kerajaan. Konflik ini melemahkan kesatuan dan stabilitas Kerajaan Kutai sehingga membuatnya rentan terhadap serangan luar.
4. Perkembangan agama Islam
Perkembangan agama Islam juga menjadi faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Kutai. Pada masa itu, agama Islam mulai masuk ke Nusantara dan menyebar dengan pesat di wilayah-wilayah sekitar Kutai. Perkembangan agama ini mengurangi pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha yang selama ini menjadi ciri khas Kerajaan Kutai.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, Kerajaan Kutai mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh pada abad ke-10. Meskipun runtuhnya Kerajaan Kutai, warisan budayanya tetap bertahan dan menjadi asal mula terbentuknya kebudayaan dan masyarakat Kalimantan Timur.
FAQ – Tentang Kerajaan Kutai
1. Siapa raja pertama dari Kerajaan Kutai?
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Maharaja Kundungga. Namanya dimaknai sebagai nama asli orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.
2. Mengapa Kerajaan Kutai dinamakan dengan nama Kutai?
Nama Kerajaan Kutai diberi nama Kutai karena tempat ditemukannya prasasti yang menjelaskan tentang keberadaaan Kerajaan di Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimatan Timur.
3. Di mana letak Kerajaan Kutai?
Letak Kerajaan Kutai berada di daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.