Minta Konfirmasi Berita, Manajer Senior BRI Medan Justru Ancam Adu Preman ke Jurnalis Parboaboa, Ini Kronologisnya

Manajer Senior Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Wilayah Medan, Sumatra Utara, Nartha Simamora melarang jurnalis Parboaboa, IL saat  mengkonfirmasi maraknya kasus pembobolan mobile banking yang ditanggung nasabah hingga ratusan juta rupiah. (Foto: bri.co.id)

PARBOABOA, Medan - Manajer Senior Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Wilayah Medan, Sumatra Utara, Nartha Simamora melarang jurnalis Parboaboa, IL meliput saat mencoba konfirmasi maraknya kasus pembobolan mobile banking yang dialami nasabah hingga ratusan juta rupiah.

Pada proses konfirmasi tersebut, anak buah Erick Thohir tersebut tidak menunjukkan etikanya sebagai pejabat dengan menunjuk muka jurnalis Parboaboa, IL pakai tangannya dan mengancam adu preman.

Kronologis pelarangan peliputan ini terjadi saat IL, jurnalis Parboaboa hendak mengkonfirmasi berita mendalam (indepth) yang dikerjakan Tim Parboaboa terkait maraknya kasus penipuan daring dengan narasumber dari pihak perbankan, Selasa (20/6/2023).

IL yang ditugaskan langsung berusaha mengkonfirmasi dengan liputan indepth tersebut kepada Nartha Simamora lewat aplikasi perpesanan whatsapp.

Dalam pesan Whatsapp-nya, IL memperkenalkan diri sebagai jurnalis dari Parboaboa dan hendak mengkonfirmasi pernyataan dari pihak perbankan menanggapi maraknya penipuan daring. 

IL bahkan mengirimkan sejumlah pertanyaan untuk dibalas oleh Nartha, yang dianggap mampu mewakili perbankan menjawab masalah tersebut.

Setelah mengirim perkenalan dan pertanyaan, jurnalis IL lantas menambahkan pernyataan, jika menunggu jawaban dari Nartha, sebagai upaya menjaga keberimbangan berita yang akan diterbitkan.

Lewat pesan singkat tersebut, Nartha menjawab pesan yang disampaikan IL dan bertanya dari mana Jurnalis Parboaboa mendapatkan nomornya.

Nartha bahkan mengirim pesan berisi kalimat tanya, "Apakah ini ancaman?" sebutnya.

Nartha kembali mengirim pesan ke IL selaku jurnalis. 

"Kalau mau yang lebih jelas, silahkan datang ke BRI besok pagi,”

"Saya tunggu,” imbuh Nartha.

Dalam balasan pesannya kepada Nartha, jurnalis Parboaboa IL menjelaskan jika komunikasi yang dilakukan bukan bagian dari ancaman, melainkan upaya konfirmasi untuk berita. 

Lewat pesan singkat tersebut, IL bahkan mengirim kalimat minta maaf jika pesannya yang ditujukan kepada Nartha membuat tersinggung.

Sejurus kemudian, Narta Simamora membalas pesan tersebut dengan meminta jurnalis IL datang ke kantornya di Menara BRI Medan. 

"Kalau mau lebih jelas datang ke Menara BRI besok pagi," balas Nartha.

"Saya tunggu," tambah Narta melalui pesan singkatnya. 

Jurnalis IL lantas merespons pesan Nartha. 

"Siap Pak. Makasih ya pak atas respons baiknya," ucap IL.

Keesokan harinya, Jurnalis IL menemui Nartha Simamora di ruang kerjanya, lantai 5 Menara BRI Kanwil Medan. Setelah mempersilahkan duduk, Narta spontan menuduh IL tidak beretika dan bersikap layaknya seorang preman. 

"Iya, makanya beretika sedikit. Jangan main preman-preman," kata Nartha yang langsung dibantah jurnalis IL.

Dalam pertemuan untuk mengklarifikasi berita indepth yang tengah disusun tim Parboaboa, Nartha Simamora bahkan menantang IL untuk adu preman. 

"Kalau mau adu kuat, adu preman-preman, oke ayo!" tantang Narta.

Menanggapi itu, jurnalis IL kembali menjelaskan maksud kedatangannya menemui Nartha yang dianggap bisa mewakili perbankan di Sumut lewat pernyataannya. 

"Jadi maksud kedatangan saya buat berita saya itu berimbang," kata Jurnalis IL kepada Nartha, sambil menegaskan bahwa dirinya tidak mengancam atau ada kepentingan lain kepada BRI. 

“Saya cuma mau berita itu berimbang, tidak berat sebelah. Itu poinnya, “imbuh IL menjelaskan.

Setelahnya Nartha kembali menyebut Jurnalis IL tidak beretika dengan langsung mengklarifikasi.

"Di kantor kita ini untuk berita ke luar itu ke humas, ada bagian humasnya. Jadi saya jumpa dengan dirimu ini menyita waktu saya. Saya lagi ada kegiatan meeting, tapi karena sudah janji saya datang ke mari. Jadi tolong beretika sedikit, tanya bagian humasnya siapa? Karena ini berita keluar," katanya kepada jurnalis IL.

"Kau punya instansi aku juga berada di dalam instansi. Kami punya aturan masing-masing," katanya sembari mengarahkan jari telunjuknya ke muka Jurnalis IL. 

Jurnalis IL kembali menjelaskan maksud dan tujuannya mengkonfirmasi Nartha untuk keberimbangan berita, bukan untuk berdebat atau mengancam.

"Saya ke mari poinnya bukan untuk memperdebatkan soal ini pak. Poin saya itu (adalah) ada proyeksi saya. Mau dijawab atau tidak itu terserah pihak bapak. Pertanyaan saya pun kita kasih ke bapak. Saya itu datang kemari bukan mau mengancam bapak, tidak ada kepentingan saya mau mengancam bapak, tidak ada kepentingan saya (pribadi) di situ pak," tambah Jurnalis IL. 

Manajer Senior BRI Kanwil Medan, Nartha Simamora lantas meminta stafnya untuk berbicara dengan jurnalis IL dengan nada tinggi.

"Ya udah kau (staf Nartha) yang jelaskan. Aku males ngomong sama dia (sambil menunjuk jurnalis IL)," kata Nartha dengan nada sombong. 

Setelahnya, staf Nartha yang menjelaskan kepada jurnalis IL bahwa bukan kewenangan mereka menjawab pertanyaan yang disampaikan IL sebelumnya.

Jurnalis IL lantas meminta nomor staf ataupun pimpinan divisi humas BRI Kanwil Medan, namun ditolak oleh staf Nartha dengan alasan khawatir kejadian serupa terulang.

Jurnalis IL kemudian kembali mengingatkan kedatangannya ke Kanwil BRI Medan untuk memenuhi permintaan Manajer Senior BRI Kanwil Medan, Nartha Simamora lewat pesan singkatnya dan hanya ingin meminta jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan kepada Nartha melalui pesan Whatsapp. 

"Yang penting saya ke mari, upaya menanyakan itu (proyeksi liputan). Kalau orang abang tidak ada menjawab kewenangan itu, berarti saya putar haluan. Upaya saya kan sudah mencoba mengkonfirmasi gitu sih," kata IL. 

"Jelas ya! Saya tidak mengancam-ngancam," tegas IL sembari meninggalkan ruangan Nartha Simamora. 

Tanggapan AJI Indonesia 

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito Madrim menilai apa yang dilakukan jurnalis Parboaboa sudah tepat untuk menghasilkan berita yang berimbang.

"Sebenarnya hal yang wajar seorang jurnalis untuk melakukan wawancara. Saya pikir yang dilakukan IL (Jurnalis Parboaboa) dalam konteks sesuai dengan kode etik jurnalistik, meminta konfirmasi," katanya. 

Dijelaskan Sasmito, konfirmasi adalah bentuk kerendahan hati jurnalis. 

“Apa yang kita tulis kemudian di masa yang akan mendatang ada yang salah makanya kita perlu cover both side,” imbuh Sasmito.

Ia menambahkan, jurnalis merupakan pekerjaan yang dilindungi undang-undang, sehingga narasumber tidak boleh melakukan kekerasan dalam bentuk apapun kepada pekerja media ini. 

"Pihak terkait tidak perlu melakukan intimidasi atau kekerasan verbal kepada teman jurnalis. Tentu itu bertentangan dengan Undang-undang Pers," pungkas Sasmito Madrim.

Editor: Kurnia
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS