PARBOABOA, Medan – Indonesia menjadi salah satu pengekspor minyak jelantah, dengan tujuan terbesar ke negara Eropa. Secara nasional, potensi produksinya bisa mencapai 1,2 juta kiloliter pertahun yang dihasilan dari rumah tangga di tanah air.
"Dalam hal potensi minyak jelantah, Indonesia cukup banyak, bahkan Indonesia menjadi salah satu eksportir bagi negara-negara di Eropa untuk minyak jelantahnya ini," kata Peneliti TRACTion Energy Asia, Refina Muthia dalam kegiatan Gelar Wicara Inovasi Transisi Energi dengan Minyak Jelantah lewat Zoom, Selasa (28/03/2023).
Refina melanjutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi minyak goreng di dalam negeri mengalami peningkatan 2,32 persen pertahun pada sektor rumah tangga dari 2015 hingga 2020.
"Dari data tersebut dapat dilihat potensi ketersedian used cooking oil (UCO) sangat banyak di Indonesia," jelasnya.
Dikatakannya UCO memiliki komposisi kimia yang menyerupai crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku bio diesel.
"Mungkin dari sini saja sudah terlihat sebenarnya potensi ketersediaan UCO sangat banyak dan mungkin secara teknis UCO ini sangat layak menjadi bahan baku bio diesel untuk memenuhi bio diesel nasional," sambungnya.
Ia memaparkan, hasil penelitian tentang potensi ketersediaan UCO di beberapa daerah di Indonesia, yakni di Jabodetabek, Bandung, Semarang Surakarta, Surabaya, dan Denpasar, produksi yang dihasilkan dari rumah tangga dan unit usaha mikro mencapai 204.231 kiloliter pertahun.
"Itu hanya dari Jawa–Bali saja, namun apabila diekstrapolasikan secara nasional, maka potensi ketersediaannya dapat mencapai 1,2 juta kiloliter per tahun, dari timbulan minyak jelantah yang dihasilkan dari aktivitas menggoreng, baik di sektor rumah tangga maupun unit usaha mikro," jelasnya.
Dilanjutkannya, sektor rumah tangga sendiri penyusutannya sekitar 40 persen untuk timbulan minyak jelantahnya, sedangkan di unit usaha mikro, penyusutannya sebesar 30 persen.
"Dari potensi ketersediaan 1,2 juta kilo liter pertahun tersebut, apabila ingin memproduksinya menjadi bio diesel, maka akan terdapat penyusutan 10 persen dan dari penyusutan tersebut dapat menyumbang 8–10 persen dari kebutuhan bio diesel nasional.