Menelusuri Pengertian Syair, Lengkap dengan Ciri-ciri, Jenis, Fungsi, Nilai Syair, dan Contohnya

Syair (Foto: Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA - Syair adalah puisi lama yang berasal dari Persia. Karya sastra ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan lainnya.

Karakteristik tersebut membuat syair mudah untuk dikenali. Tak heran, jika saat ini syair masih digemari oleh banyak orang. Arti syair adalah mengandung pesan atau makna yang dapat menggugah perasaan para pembacanya. 

Perkembangan syair bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Pada awalnya, syair mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab.

Namun, seiring perkembangan zaman, syair diubah menjadi khas Melayu dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno, Sansekerta, dan Arab.

Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri. Salah satu karyanya adalah syair ikan tongkol. Syair ini memiliki makna yang berbeda dari makna aslinya, karena syair ini merupakan sebuah tamsilan.

Pada artikel ini, Parboaboa akan mengajak Anda untuk mengetahui lebih dalam seputar syair, mulai dari pengertian, ciri ciri syair adalah, jenis, hingga contohnya. Nah, untuk itu simak sampai habis, ya!

Pengertian Syair

Pengertian syair (Foto: Parboaboa/Ratni)

Istilah syair berasal dari bahasa Arab yaitu syi'ir atau syu'ur yang artinya "perasaan yag menyadari". Kata syu'ur kemudian berkembang menjadi syi'ru yang berarti puisi.

Dikutip dari buku Pemuda dalam Bait Syair dijelaskan bahwa pengertian syair adalah puisi yang digubah melalui suatu bahasa kemudian ditata secara apik yang keluar dari kejujuran dan kedalaman perasaan seorang penyair. Fungsi syair sering dijadikan sebagai hiburan dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan masyarakat.

Dilihat dari perkembangannya, syair adalah karya sastra yang mengalami  perubahan yang signifikan. Jika sebelumnya syair berhubungan dengan sastra dari negeri Arab, kini syair menjadi khas Melayu. Mengutip  buku Pantun dan Puisi Lama Melayu dijelaskan bahwa syi'r adalah satu bentuk puisi yang muncul sejak zaman pra-Islam. 

Syair menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Arab pasca-kemunculan agama Islam. Oleh sebab itu, sastra Arab membedakan syair menjadi dua, yaitu syair zaman Jahiliah dan syair zaman Islam.

Di negara Arab, syair adalah digunakan untuk mengekspresikan suasana kalbu. Lirik yang terkandung memiliki gaya bahasa yang  halus dan penuh gejolak rasa penyairnya.

Kemunculan syair di Indonesia dapat ditelusuri melalui salah satu tulisan yang dianggap sebagai syair paling tua dalam sejarah kesusastraan Indonesia.

Pada saat itu, syair adalah berbentuk doa yang terukir di sebuah nisan raja yang terletak di Minye Tujoh, Aceh. Bahasa yang digunakan dalam syair tersebut adalah campuran bahasa Melayu Kuno, Sansekerta, dan Arab. 

Syair tersebut dipahatkan pada batu nisan dengan penanggalan tahun 781 Hijriah (1380 Masehi). Penemuan ini mengindikasikan bahwa kemunculan syair telah terjadi sejak abad ke-14 di Indonesia.

Berikut adalah bunyi dari syair tersebut.

Hijrat nabi mungstap yang prasida

Tujuh ratus asta puluh sawarsa 

Haji catur dan dasa warsa sukra 

Raja iman warna rahmat-allah 

Gutra barubasa mpu hak kedah pase ma 

Taruk tasih tanah samuha 

Ilahi ya rabbi tuhan samuha 

Taruh dalam swarga tuhan 

Artinya: Setelah hijrah Nabi, kekasih yang telah wafat 

Tujuh ratus delapan puluh satu tahun Bulan Zulhijah 14 hari, 

Jumat Ratu iman Werda (rahmat Allah bagi Baginda) 

Dari suku Barubasa (Gujarat), mempunyai hak atas 

Kedah dan Pasai 

Menaruk di laut dan darat semesta 

Ya Allah, ya Tuhan semesta Taruhlah Baginda dalam surga Tuhan

Ciri-ciri Syair

Ciri-ciri syair (Foto: Parboaboa/Ratni)

Berikut ini ciri-ciri syair adalah sebagai berikut:

  1. Terdiri dari 4 baris
  2. Tiap baris terdiri atas 8-14 kata
  3. Bersajak a-a-a-a
  4. Semua baris adalah isi. Setiap baris dalam syair memiliki makna yang berkaitan dengan baris-baris sebelumnya. Sebuah syair biasanya menceritakan suatu kisah.
  5. Bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan.
  6. Berisi cerita atau pesan

Jenis-jenis Syair

Jenis syair (Foto: Parboaboa/Ratni)

Dikutip dari buku Membaca Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Indonesia, syair dibagi menjadi lima jenis. Adapun jenis-jenis syair adalah sebagai berikut:

1. Syair Panji 

Syair panji adalah syair yang berisi atau bercerita tentang keadaan yang terjadi dalam istana kerajaan, keadaan orang-orang yang ada atau berasal dari dalam istana. Misalnya, Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan sebagai persembahan untuk Ratu Kauripan.

2. Syair Romantis

Syair romantis adalah syair yang berisi tentang percintaan, pelipur lara, dan cerita rakyat. Misalnya, Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang dibuang lalu dicari oleh Putra Bangsawan, yaitu saudaranya untuk bertemu kembali dengan ibunya. Kemudian mereka kembali bertemu dan Bidasari memaafkan dosa ibunya yang membuangnya. Ibu Bidasari menyesali perbuatannya.

3. Syair Kiasan

Syair Kiasan adalah syair berisi percintaan antara ikan, burung, bunga atau buah-buahan sebagai makna simbolis dari isi yang terkandung atau sebagai kiasan dan sindiran terhadap suatu peristiwa. Misalnya, Syair Burung Pungguk.

Syair tersebut bercerita tentang kisah cinta yang gagal karena perbedaan kedudukan atau derajat. Kiasan yang digunakan adalah "seperti pungguk merindukan bulan", yaitu ketika seorang pemuda yang merindukan gadis yang derajatnya lebih tinggi dan hanya bisa memandangnya dari kejauhan.

4. Syair Sejarah

Syair sejarah adalah syair yang berisikan peristiwa sejarah penting, terutama perang. Misalnya, Syair perang Mengkasar yang dahulu bernama Syair Sipelman. Syair ini berisi tentang perang antara orang Makassar dan Belanda.

5. Syair Agama

Syair agama adalah syair yang tergolong penting. Syair ini dibagi menjadi empat, yaitu:

  • Syair sufi oleh Hamzah Fansuri dengan penyair-penyair satu zaman.
  • Syair ajaran Islam, Misalnya Syair Sifat Dua Puluh
  • Syair riwayat nabi (Syair Anbia), Misalnya Syair Nabi Allah dengan Firaun.
  • Syair nasihat yang berisi tentang nasihat bagi pembaca.

Fungsi dan Nilai Syair

Fungsi dan nilai syair adalah sebagai berikut:

  • Melestarikan Budaya dan Sejarah

Syair berperan penting dalam melestarikan budaya dan sejarah Indonesia. Syair sering kali menjadi wadah untuk menceritakan kisah-kisah heroik, mitos, dan legenda yang mengandung nilai-nilai luhur dan pelajaran berharga bagi masyarakat.

  • Media Pendidikan dan Pencerahan

Dalam banyak syair, terdapat nasihat-nasihat bijak yang dapat menjadi sumber pencerahan dan pemahaman bagi pembacanya. Pendidik zaman dahulu menggunakan syair sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan pelajaran agama, etika, dan pengetahuan.

  • Mengekspresikan Perasaan

Syair juga digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi seseorang. Penyair mengandalkan bahasa metaforis dan kiasan untuk menyampaikan pesan secara indah dan halus.

  • Memperkuat Identitas Budaya

Syair adalah bagian integral dari identitas budaya Indonesia. Sastra ini menunjukkan kekayaan bahasa dan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

  • Menghibur Masyarakat

Syair sering dihiburkan oleh para penampil, seperti "pengantar syair" yang mendendangkan syair-syair terkenal di depan khalayak. Ini menciptakan hiburan dan kegembiraan bagi pendengarnya.

Contoh Syair

Contoh syair (Foto: Parboaboa/Ratni)

Berikut ini contoh-contoh syair adalah sebagai berikut:

1. Contoh Syair Panji

Syair Abdul Muluk (Karya: Raja Ali Haji)

Berhentilah kisah raja Hindustan 

Tersebutlah pula suatu perkataan Abdul Hamid Syah Paduka Sultan 

Duduklah Baginda bersuka-sukaan   

Abdul Muluk putera Baginda 

Besarlah sudah bangsa muda 

Cantik majelis usulnya syahda 

Tiga belas tahun umurnya ada   

Parasnya elok amat sempurna 

Petak majelis bijak laksana 

Memberi hati bimbang gulana Kasih kepadanya mulia dan hina

 

2. Contoh Syair Romantis

Syair Bidasari (Karya Sutan Ali Syahbana)

Dengarlah kisah suatu riwayat

Raja di desa negeri Kembayat

Dikarang fakir dijadikan hikayat

Dibuatkan syair serta berniat

 

Ada raja sebuah negeri

Sultan Agus bijak bestari

Asalnya baginda raja yang bahari

Melimpahkan pada dagang biaperi

 

Kabar orang empunya termasa

Baginda itulah raya perkasa

Tiada Ia merasai sengsara

Entah kepada esok dan lusa

 

3. Contoh Syair Kiasan

Syair Burung Pungguk

Dengarlah tuan mula rencana 

Disuratkan oleh dagang yang hina 

Karangan janggal banyak tak kena 

Daripada paham belum sempurna   

Daripada hari sangatlah morong 

Dikarang syair seekor burung 

Sakitnya kasih sudah terdorong 

Gila merawan segenap lorong   

Pertama mula pungguk merindu 

Berbunyilah guruh mendayu-dayu 

Hatinya rawan bercampur pilu Seperti diiris dengan sembilu   

Pungguk bermadah seraya merawan 

Wahai bulan, terbitlah 

Tuan Gundahku tidak berketahuan Keluarlah bulan tercelalah awan

 

4. Contoh Syair Sejarah

Syair Perang Mengkasar (Karya Encik Amin)

Bismiâllah itu suatu firman

Fardulah kita kepadanya iman

Muttasil pula dengan rahman

Hasil maksudnya pada yang budiman

Rahman itu sifat

Tiada bercerai dengan kunhi zat

Nyatanya itu tiada bertempat

Barang yang bekal sukar mendapat

Rahim itu sifat yang sedia

Wajiblah kita kepadanya percaya

Barang siapa yang mendapat dia

Dunia akhirat tiada berbahaya

Al-hamduliâllah tahmid yang ajla

Nyatanya dalam kalam Allah ala

Madah terkhusus bagi hak taâ ala

Sebab itulah dikarang oleh wali Allah

Setelah sudah selesai pujinya

Salawat pula akan nabi-Nya

Di sanalah asal mula tajallinya

Kesudahan tempat turun wahyunya

Muhammad itu nabi yang khatam

Mengajak ke hadrat rabbi al-alam

Sesungguhnya dahulu nyatanya (kelam)

Dari pada pancarnya sekalian alam

Salawat itu masyhur lafaznya

Telah termazhur pada makhluknya

Allahumma salliâalaihi akan agamanya

Di sanalah nyata sifat jamalnya

Tuanku sultan yang amat sakti

Akan Allah dan rasul sangatlah bakti

Suci dan ikhlas di dalam hati

Seperti air ma’al-hayati.

Daulatnya bukan barang-barang

Seperti manikam yang sudah di karang

Jikalau dihadap segala hulubalang

Cahaya durjanya gilang gemilang

Raja berani sangatlah bertuah

Hukumannya ‘adil kalbunya murah

Segenap tahun zakat dan fitrah

Fakir dan miskin sekalian limpah

Sultan di Goa raja yang sabar

Berbuat ‘ibadat terlalu gemar

Menjauhi nahi mendekatkan amar

Kepada pendeta baginda belajar.

Baginda raja yang amat elok

Serasi dengan adinda di telo’

Seperti embun yang sangat sejuk

Cahayanya limpah pada segala makhluk

Tiadalah habis gharib kata

Sempurnalah baginda menjadi sultan

Dengan saudaranya yang sangat berpatutan

Seperti emas mengikat intan

Bijaksana sekali berkata-kata

Sebab berkapit dengan pendeta

Jikalau mendengar khabar berita

Sadarlah baginda benar dan dusta

Kekal ikrar apalah tuanku

Seperti air zamzam di dalam sangku

Barang kehendak sekalian berlaku

Tentaranya banyak bersuku-suku

Patik persembahkan suatu rencana

Mohon ampun dengan karunia

Aturnya janggal banyak ta’kena

Karena ‘akalnya belum sempurna

Mohonkan ampun gharib yang fakir

Memcatatkan asma di dalam sya’ir

Maka patik pun berbuat sindir

Kepada negeri asing supaya lahir

Tuanku ampun fakir yang hina

Sindirnya tidak betapa bena

Menyatakan asma raja yang ghana

Supaya tentu pada segala yang bijaksana

Maka patik berani berdatang sembah

Harapkan ampun karunia yang limpah

Tuanku ampuni hamba Allah

Karena auranya banyak yang salah

Tamatlah sudah memuji sultan

Tersebutlah perkataan Welanda syaitan

Kornilis Sipalman penghulu kapitan

Raja Palakka jadi panglima

Demikian asal mula pertama

Welanda dan Bugis bersama-sama

Kornilis Sipalman ternama

Raja Palakka menjadi panglima

Berkampunglah Welanda sekalian jenis

Berkatalah Jendral Kapitan yang bengis

Jikalau allah Mengkasar nin habis

Tunderu’ kelak raja di Bugis

Setelah didengar oleh si Tunderu’

Kata jenderal Welanda yang mabuk

Berbangkitlah ia yang duduk

Betalah kelak di medan mengamuk

Akan cakap Bugis yang dusta

Sehari kubedil robohlah kota

Habis kuambil segala harta

Perempuan yang baik bahagian beta

Jika sudah kita alahkan

Segala hasil beta persembahkan

Perintah negeri kita serahkan

Kerajaan di bone’Tunderu’ pohonkan

Setelah didengar oleh jenderal

Cakap Tunderu’ orang yang bebel

Disuruhnya berlengkap segala kapal

Seorang kapitan dijadikan amiral

Putuslah sudah segala musyawarat

Welanda dan bugis membawa alat

Beberapa senapang dengan bangat

Sekalian soldadu di dalam surat.

Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda

Memakai kamsol cara Welanda

Rupanya sikap seperti Garuda

Bermuatlah ke kapal barang yang ada

Delapan belas kapal yang besar

Semuanya habis menarik layer

Turunlah angin barat yang besar

Sampailah ia ke negeri Mengkasar

Di laut Barombong kapal berlabuh

Kata si Bugis nati dibunuh

Jikalau raja yang datang menyuruh

Semuanya tangkap kita perteguh

Pada sangkanya Bugis dan Welanda

Dikatanya takut gerangan baginda

Tambahan Bugis orang yang bida’ah

Barang katanya mengada-ngada

Segala ra’yat yang melihat

Ada yang suka ada yang dahsat

Sekalian rakyat berkampung musyawarat

Masuk mengadap duli hadrat

Daeng dank are masuk ke dalam

Mengadap duli mahkota ‘alam

Berkampunglah segala kaum Islam

Menantikan titah Syahi ‘alam

Akan titah baginda sultan

Siapatah baik kita titahkan

Tanyakan kehendak Welanda syaitan

Hendak berkelahi kita lawan

Menyahut baginda Karaeng Ketapang

Karaeng we jangan hatimu bimbang

Jikalau Welanda hendak berperang

Kita kampungkan sekalian orang

Dititirlah nobat gendering pekanjar

Bunyinya gemuruh seperti tagar

Berhimpunlah ra’yat kecil dan besar

Adalah geger negeri Mengkasar

Bercakaplah baginda Keraeng Popo

Mencabut sunderikyang amat elok

Barang di mana ketumbukan si Tunderu’

Daripada tertawan remaklah habi

Karaeng garasi’ raja yang tua

Barcakap di hadapan anakanda ke dua

Barang kerja akulah bawa

Karena badanku pun sudahlah tua

Karaeng Bonto Majanang saudara Sultan

Sikapnya seperti harimau jantan

Barang ke mana patik dititahkan

Welanda dan Bugis saja kulaawan

Bercakap pula Karaeng Jaranika

Merah padam warnanya muka

Welanda Bugis anjing celaka

Haramlah aku memalingkan muka

Karaeng Panjalingang raja yang bijak

Melompat mencabut keris pandak

Jikalau undur patik nin kelak

Kepada perempuan suruh tempelak

Keraeng Bonto Sunggu raja elok

Bercakap di hadapan Raja Telo’

Biarlah patik menjadi cucuk

Welanda dan Bugis saja kuamuk

Keraeng Balo’ raja yang muda

Bercakap di hadapan paduka kakanda

Jikalau sekadar Bugis dan Welanda

Barang dititahkan patiklah ada

Akan cakap Keraeng Sanderabone

Mencabut sunderik baru dicanai

Jikalau sekadar Sopeng dan Bone

Tambah lagi Sula’ dengan Burne

Jikalau ia mau kemari

Sekapur sirih ia kuberi

Jikalau Allah sudah memberi

Si la'nat Allah kita tampari

Bercakap bage Keraeng Mandale

Ia berkanjar mencabut sunderik

Berdiri melompat seraya bertempik

Barang di mana dititahkan patik

Keraeng Mamu berani sungguh

Bercakap dengan kata yang teguh

Jikalau patik bertemu musuh

Pada barang tempat hambah bertutuh

 

5. Contoh Syair Agama

Syair Perahu (Karya: Hamzah Fansuri) 

Inilah gerangan suatu madah 

Mengarangkan syair terlalu indah 

Membetuli jalan tempat berpindah 

Di sanalah iktikat diperbetuli sudah   

Wahai muda kenali dirimu Ialah perahu tamsil hidupmu 

Tiadalah berapa lama hidupmu 

Ke akhirat jua kekal hidupmu   

Hai muda arif budiman 

Hasilkan kemudi dengan pedoman 

Alat perahumu jua kerjakan 

Itulah jalan membetuli insan   

Perteguh jua alat perahumu 

Hasilkan bekal air dan kayu 

Dayung pengayuh taruh di situ 

Supaya laju perahumu itu   

Sudahlah hasil kayu dan ayar 

Angkatlah pula sauh dan layar 

Pada beras bekal jantanlah taksir 

Niscaya sempurna jalan yang kabir

Demikianlah penjelasan tentang syair adalah puisi lama yang lengkap dengan ciri, jenis, dan contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat buat Anda.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS