PARBOABOA, Jakarta – Masyarakat adat dari Tano Batak menggelar aksi demo di depan gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta Pusat, Jumat (26/11). Di sana, mereka menuntut Presiden Jokowi dan menteri LHK agar menutup PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Sebanyak 40 orang perwakilan masyarakat adat dari Tano Batak yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Rakyat (Gerak) Tutup TPL dari jaringan organisasi petani, buruh, lingkungan, dan mahasiswa di nasional meminta Mentri LHK menemui mereka di depan kantor LHK.
Ketua aksi mengatakan, dirinya mengetahui bahwa Menteri LHK ada di kantor KLHK. Namun, Menteri LHK tak kunjung datang untuk menemui masyarakat adat dari Tano Batak. Selain itu, para warga adat Tano Batak juga menggelar aksi ritual.
Ketua Adat Sihaporas Tano Batak dari Kecamatan Simalungun, Mangitua Ambarita menerangkan ritual yang mereka lakukan adalah agar Menteri KLHK Siti Nurbaya menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL). Mereka menilai perusahaan itu telah merusak lingkungan dan merugikan masyarakat adat.
Mangitua menjelaskan, ritual itu dilaksanakan setahun sekali oleh. Tujuannya untuk mengusir bahaya dan meminta perlindungan dari Tuhan pencipta alam semesta.
"Jadi kami mempertunjukkan ritual adat kami untuk menunjukkan bahwa kami punya ritual. Tujuan ritual ini supaya kita dilindungi Tuhan Yang Maha Kuasa, jauh dari marabahaya, termasuk dari PT TPL," ujar Mangitua seusai memimpin ritual adat, Jumat (26/11).
"Supaya tanah kami dilepaskan oleh negara melalui ketukan hati nurani daripada tuhan. Supaya Tuhan mengetuk hati nurani pemimpin negara ini," imbuhnya.
Masyarakat adat Tano Batak tampak berjajar di depan pintu masuk KLHK dengan menggunakan pakaian dan atribut adat. Di depan mereka, terdapat kemenyan yang sengaja dibakar. Asapnya mengepul di sekitar mereka.
Sementara itu, Mangitua sebagai ketua adat memimpin ritual dan merapal doa. Seraya memegang mangkuk berisi air, Mangitua terlihat khusyuk merapal doa diiringi musik adat. Setelah musik berhenti, air itu pun diminum secara bergantian oleh warga adat.
Mereka melakukan aksi sejak pukul 13.00 WIB. Namun sampai pukul 14.28 WIB mereka tak mendapat respons dari KLHK. Tak ada satu pun perwakilan dari KLHK yang turun menemui 40 warga adat tersebut.
"Kami datang ke sini minta ke bu Siti Nurbaya untuk tutup PT TPL ini. Kami datang ke sini bukan untuk rusuh. Ke mana keadilan ini. Karena kami tidak bisa masuk ke kantor ibu, maka ibu yang ke sini," kata Mangitua.
Masyarakat adat dari Tano Batak menuntut Presiden Jokowi dan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar untuk segera mengembalikan wilayah adat, mencabut izin dan menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL).
Investasi yang dilakukan PT Toba Pulp Lestari (TPL) di 12 Kabupaten di Sumatera Utara, menurut mereka telah melahirkan berbagai praktek perusakan lingkungan. Termasuk perampasan tanah dan ruang hidup Masyarakat Adat Tano Batak, bahkan tindak kekerasan terhadap masyarakat.
Sebagai informasi, masyarakat adat Tano Batak ini telah berlayar selama tiga hari untuk sampai ke Jakarta pada Rabu (17/11). Mereka juga telah melakukan aksi berkali-kali untuk mendesak pemerintah menutup PT TPL.