PARBOABOA – Apakah Anda pernah mengalami mata yang tiba-tiba berkedut secara spontan? Dalam dunia media, hal ini berkaitan dengan diagnosa bernama blefarospasme.
Menurut jurnal Benign Essential Blepharospasm, oleh Owuraku & Bhupendra (2023), blefarospasme adalah kondisi medis yang melibatkan kontraksi otot-otot kelopak mata secara tidak terkendali.
Meskipun tidak umum, namun kondisi ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang.
Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor seperti stres, kelelahan mata, atau gangguan saraf mungkin turut berperan dalam perkembangannya.
Berikut ini pembahasan selengkapnya mengenai penyebab, gejala, dan cara mengobati blefarospasme. Mari simak penjelasannya!
Apa Itu Blefarospasme?
Blefarospasme sendiri adalah penyakit yang melibatkan serangkaian kontraksi otot, yang dapat menyebabkan kelopak mata berkedip atau menutup dengan frekuensi yang tidak normal.
Gejala blefarospasme melibatkan kontraksi involunter kelopak mata yang dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Kondisi ini dapat memengaruhi penglihatan dan kualitas hidup sehari-hari penderita.
Blefarospasme dapat terjadi pada satu atau kedua mata, dan intensitasnya dapat bervariasi dari ringan hingga parah.
Dilansir jurnal Benign Essential Blepharospasm oleh Owuraku & Bhupendra (2023), blefarospasm adalah penyakit yang mengakibatkan peningkatan tingkat penutupan kelopak mata bilateral, terutama disebabkan oleh kontraksi otot orbicularis oculi yang tidak disengaja.
Blepharospasm adalah salah satu jenis dystonia. Distonia termasuk dalam klasifikasi gangguan pergerakan dan ditandai dengan kontraksi otot yang berkelanjutan atau terputus-putus.
Hal ini menyebabkan gerakan atau postur berulang yang tidak normal yang cenderung memiliki pola tertentu dan mungkin bersifat memutar atau gemetar.
Pada sebagian besar distonia, tindakan sukarela biasanya menyebabkan eksaserbasi distosia karena aktivitas otot yang berlebihan.
Penyebab Blefarospasme
Dilansir jurnal Benign Essential Blepharospasm oleh Owuraku & Bhupendra (2023), blefarospasme adalah distonia fokal yang ditandai dengan kontraksi otot agonis dan antagonis secara simultan, yang mengakibatkan penutupan kelopak mata yang tidak disengaja.
Lalu, apa saja penyebab penyakit ini? Berikut beberapa penyebabnya:
1. Stres
Stres merupakan salah satu pemicu potensial, di mana tekanan emosional dapat memengaruhi sistem saraf dan memicu kontraksi otot yang tidak normal.
2. Kelelahan Mata
Kelelahan mata juga dapat menjadi faktor yang berkontribusi, terutama pada mereka yang sering menggunakan mata untuk pekerjaan atau aktivitas yang memerlukan fokus visual intensif.
3. Gangguan Saraf
Selain itu, gangguan saraf atau gangguan pada sistem saraf dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit mata ini.
Meskipun belum ada pemahaman menyeluruh tentang penyebabnya, identifikasi dan penanganan faktor pemicu potensial dapat membantu mengelola gejala penyakit ini secara lebih efektif.
Gejala Blefarospasme
Dilansir jurnal Blepharospasm: Update on Epidemiology, Clinical Aspects, and Pathophysiology oleh Josep Valls-Sole & Giovanni Defazio (2016), blefarospasme adalah penyakit yang ditandai dengan spasme otot orbicularis oculi yang stereotipik, bilateral, dan sinkron.
Kejang mungkin berlangsung singkat atau berkepanjangan dan dapat menyebabkan penyempitan atau penutupan kelopak mata. Berikut ialah gejala umumnya:
a. Berkedip Secara Berulang dengan Frekuensi yang Tidak Normal
Kontraksi otot ini dapat bersifat ringan, namun pada beberapa kasus, gejala bisa menjadi lebih parah dengan kelopak mata menutup sepenuhnya untuk sementara waktu.
b. Mata Terasa Sangat Gatal
Penderita blefarospasme mungkin juga mengalami sensasi terbakar, gatal, atau iritasi pada mata. Gejala ini dapat muncul secara sporadis atau menjadi lebih sering seiring berjalannya waktu.
Gejala penyakit mata ini dapat bervariasi antara individu, dan konsultasi dengan profesional medis diperlukan untuk diagnosis yang tepat serta penanganan yang sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang dialami.
Cara Mengobati Blefarospasme
Dilansir jurnal Aspek Bedah Pengobatan Blepharospasm: Laporan Kasus oleh Kristijan Dinjar (2020), blefarospasme adalah suatu kondisi idiopatik yang ditandai dengan penutupan kelopak mata yang tidak disengaja, terutama disebabkan oleh kontraksi tonik-klonik bilateral otot orbicularis oculi.
Hal ini mengakibatkan pasien tidak mampu membuka mata, sehingga secara signifikan mengganggu kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ialah cara mengobati penyakit tersebut:
- Terapi Fisik: Terapis fisik dapat membantu dengan latihan khusus untuk mengendalikan kontraksi otot pada kelopak mata. Teknik relaksasi dan biofeedback juga dapat diterapkan untuk mengurangi kekakuan otot.
- Obat-obatan: Beberapa obat dapat digunakan untuk mengurangi gejala penyakit ini, termasuk injeksi botulinum toxin (Botox) yang dapat mengendalikan kontraksi otot dengan memblokir sinyal saraf.
- Obat Oral: Obat oral seperti obat anti-seizure atau obat penghilang rasa sakit tertentu dapat diresepkan untuk membantu mengurangi kejang otot.
- Pengobatan Tambahan: Pilihan lain melibatkan terapi yang dapat memberikan efek relaksasi pada sistem saraf, seperti akupunktur atau biofeedback.
- Intervensi Bedah: Dalam kasus yang parah dan tidak merespon terhadap pengobatan lainnya, pilihan bedah seperti myectomy (pengangkatan sebagian otot kelopak mata) dapat diconsider.
Setiap pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu dan dilakukan di bawah pengawasan profesional medis.
Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis mata untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik penderita blefarospasme.
Meskipun belum ada obat yang menyembuhkan secara permanen, penanganan gejala penyakit ini dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita.
Penting untuk mengenali tanda-tanda gejala dan segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis yang tepat.
Terapi fisik, obat-obatan, dan intervensi bedah dapat menjadi pilihan pengobatan yang efektif, tergantung pada tingkat keparahan kasus.
Selain itu, dukungan sosial dan pemahaman dari lingkungan sekitar dapat memberikan dukungan tambahan bagi individu yang mengalami blefarospasme.
Melalui upaya bersama antara pasien, tenaga medis, dan masyarakat, Anda dapat memperkuat upaya penanganan dan pemahaman terhadap penyakit ini guna meningkatkan kualitas hidup para penderitanya.
Editor: Sari