PARBOABOA, Jakarta - Sebagai salah satu keajaiban alam kebanggaan Sumatera Utara, Danau Toba tengah berjuang mempertahankan statusnya di mata dunia.
Anggota Komisi VII DPR RI, Bane Raja Manalu, menegaskan pentingnya seluruh pihak terkait untuk menuntaskan empat rekomendasi UNESCO agar Geopark Kaldera Toba lolos penilaian dan meraih predikat Green Card.
Bane menekankan bahwa fokus utama saat ini adalah meraih kartu hijau UNESCO yang akan membuka jalan bagi pengakuan dunia internasional terhadap Danau Toba sebagai kawasan geopark berkelas dunia.
“Kalau ingin mendapat kartu hijau, jalankan saja empat rekomendasi itu dengan sungguh-sungguh,” tegas Bane, Jumat (11/06/2025).
Dirinya menyadari bahwa status Green Card bukan hanya sekadar simbol, tetapi penentu keberlanjutan pariwisata berkonsep geopark di kawasan Kaldera Toba.
Empat Langkah Strategis Menuju Kartu Hijau
Empat rekomendasi yang dimaksud Bane bukanlah sekadar formalitas. Pertama, badan pengelola diminta meningkatkan program edukasi berbasis riset agar potensi ilmiah Danau Toba semakin diakui dunia.
Kedua, kawasan perlu direvitalisasi dengan penataan infrastruktur sekaligus optimalisasi kerja badan pengelola agar lebih profesional.
Langkah ketiga, pemerintah harus memastikan para pengelola wisata benar-benar memahami dan menjalankan prinsip-prinsip UNESCO Global Geopark (UGGp), sehingga pengembangan kawasan tidak keluar jalur.
Terakhir, visibilitas kawasan harus ditingkatkan melalui pembangunan gerbang, monumen, dan panel interpretasi yang informatif dan mendidik wisatawan.
Namun, menurut Bane, pekerjaan tidak berhenti di situ. Ia mengingatkan bahwa mempertahankan status Green Card sama pentingnya dengan meraihnya.
“Yang lebih penting adalah bagaimana membuat status itu tetap bertahan dan membangun paradigma pariwisata yang berkelanjutan,” ujarnya.
Lebih jauh, Bane menyoroti bahwa pariwisata Geopark Kaldera Toba seharusnya tidak sekadar menarik kunjungan wisatawan biasa, tetapi juga mendukung aktivitas riset ilmiah.
Penelitian mendalam terhadap kawasan kaldera, budaya setempat, dan potensi geologi bisa menjadi daya tarik yang membedakan Geopark Kaldera Toba dari destinasi wisata lain.
Apresiasi untuk Kemenpar
Tak hanya memberikan catatan kritis, Bane turut mengapresiasi langkah Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang dinilai sudah berupaya maksimal memperbaiki tata kelola Geopark Kaldera Toba sesuai arahan UNESCO.
Ia menyebut Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardana telah memimpin berbagai perbaikan teknis, termasuk uji coba jalur yang akan dilalui asesor UNESCO.
Sinergi antara Kemenpar, pemerintah daerah, dan badan pengelola pun semakin erat demi mewujudkan rekomendasi UNESCO.
Upaya bersama ini diharapkan mampu mengubah status Geopark Kaldera Toba dari Yellow Card menjadi Green Card saat tim penilai dari Portugal dan Korea Selatan datang pada 21–25 Juli 2025.
Jika berhasil, Bane berharap Kemenpar bisa ditetapkan sebagai leading sector dalam pengelolaan geopark nasional.
Menurutnya, hal ini akan lebih efektif ketimbang penanganan yang kini berada di bawah Kementerian ESDM.
Proses penilaian ini akan menjadi penentu masa depan Geopark Kaldera Toba. Hasil revalidasi akan diajukan ke UNESCO pada Sidang Global Geopark di Chile pada September 2025. Keputusan finalnya akan diumumkan pada pertengahan tahun 2026.
Jika semua berjalan mulus, Danau Toba tak hanya menjadi kebanggaan Sumatera Utara, tetapi juga bukti nyata bahwa Indonesia mampu mengelola warisan alam dunia dengan standar internasional.