Duck Syndrom Istilah Psikologi yang Viral, Apa Artinya?

llustrasi Duck Syndrome yang viral di TikTok (Foto. Dok.alodokter)

PARBOABOA, Jakarta - Istilah Duck Syndrome viral di TikTok belakangan ini. Istilah psikologi ini mengacu pada sifat seseorang yang berkaitan dengan kondisi mental.

Mungkin sebagian dari kamu pernah mendengar istilah ini. Apalagi, duck syndrome kerap muncul di berbagai platform media sosial lainnya.

Kamu mungkin pernah menjumpai seseorang yang terlihat sukses dan bahagia.

Namun, siapa sangka, di balik kesuksesannya tersebut, tersembunyi sejumlah tekanan atau berbagai masalah yang ditutupi agar ia selalu tampak baik-baik saja.

Kondisi ini dikenal sebagai duck syndrome.

Apa itu Duck Sindrom?

Sindrom bebek pertama kali diidentifikasi di Stanford University, Amerika Serikat, sebagai sebuah masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa di sana.

Menurut situs Psychcentral, sindrom bebek menggambarkan perasaan berusaha untuk mencapai kesempurnaan, namun diiringi oleh tekanan tertentu.

Istilah ini diambil dari analogi seekor bebek yang tampak berenang dengan tenang di permukaan air, sementara di bawah air, kakinya berjuang keras untuk tetap bergerak agar tubuhnya bisa tetap mengapung.

Kondisi ini mencerminkan seseorang yang terlihat tenang dan baik-baik saja di luar, namun sebenarnya mengalami banyak tekanan dan kepanikan dalam memenuhi tuntutan hidup.

Misalnya, mendapatkan nilai bagus, lulus tepat waktu, mencapai kemapanan hidup, atau memenuhi ekspektasi orang tua dan orang di sekitarnya.

Penyebab dan Gejala

Hingga saat ini, Duck Syndrome belum diakui secara resmi sebagai gangguan mental.

Fenomena ini umumnya dialami oleh mereka yang masih berusia muda, seperti siswa, mahasiswa, atau pekerja.

Meskipun merasakan banyak tekanan dan stres, sebagian penderita duck syndrome tetap bisa produktif dan beraktivitas dengan baik.

Mungkin ini berkaitan dengan prinsip-prinsip stoisisme atau ketahanan yang tinggi.

Namun, orang yang mengalami duck syndrome juga berisiko mengalami masalah kejiwaan tertentu, seperti gangguan cemas dan depresi.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami duck syndrome, di antaranya:

1. Tuntutan akademik yang tinggi

2. Ekspektasi berlebihan dari keluarga dan teman

3. Pola asuh helikopter

4. Pengaruh media sosial, seperti terbuai oleh ilusi bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia berdasarkan unggahan mereka

5. Perfeksionisme

6. Pengalaman traumatik, seperti pelecehan verbal, fisik, atau seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kehilangan orang yang dicintai

7. Self-esteem yang rendah

Tanda dan gejala sindrom bebek tidak selalu mudah dikenali dan bisa mirip dengan gangguan mental lain seperti depresi dan kecemasan.

Beberapa penderita sindrom ini sering merasa cemas, gugup, dan tertekan secara mental, tetapi tetap berusaha menampilkan diri sebagai orang yang baik-baik saja atau bahagia.

Selain itu, mereka mungkin juga mengalami kesulitan tidur, pusing, dan kesulitan berkonsentrasi.

Orang yang mengalami sindrom bebek cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain.

Mereka merasa bahwa kehidupan orang lain lebih baik dan lebih sempurna daripada kehidupan mereka sendiri.

Mereka juga cenderung merasa bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain.

Sehingga mereka merasa perlu menunjukkan kemampuan mereka semaksimal mungkin.

Cara Mengatasi

Melansir alodokter, Duck syndrome dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari stres berat akibat persaingan hidup hingga gangguan mental seperti depresi dan gangguan cemas.

Jika duck syndrome diabaikan, hal ini bisa berpotensi membuat penderitanya mengalami depresi berat atau bahkan memiliki ide untuk bunuh diri.

Maka, mereka yang mengalami sindrom bebek atau berpotensi menghadapi masalah psikologis disarankan untuk mencari saran dari dokter atau psikolog.

Apabila sudah terdiagnosis mengalami depresi atau gangguan cemas, dokter dapat mengobati duck syndrome dengan memberikan obat-obatan dan psikoterapi.

Jika Anda mengalami sindrom bebek, carilah bantuan dan terapkan tips berikut untuk menjaga kesehatan mental Anda:

1. Mintalah konseling dari pembimbing akademik atau konselor di sekolah atau kampus.

2. Kenali kapasitas diri agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuan.

3. Belajar untuk mencintai diri sendiri.

4. Jalani gaya hidup sehat, dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol.

5. Luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi guna mengurangi stres.

6. Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.

7. Jauhi media sosial untuk beberapa waktu.

Persaingan hidup, baik dalam soal akademik, bisnis, maupun pekerjaan, merupakan bagian dari kehidupan yang tak bisa dihindari.

Namun, hal tersebut bukan alasan untuk mengabaikan kesehatan mental.

Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan setiap individu memiliki tantangannya sendiri.

Saat kamu merasa mengalami duck syndrome, apalagi jika sudah merasakan gejala psikologis tertentu berkonsultasi dengan psikolog demi mendapatkan pertolongan.

Seperti ingin bunuh diri, cemas setiap waktu, tidak bisa berpikir jernih, atau sulit tidur.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS