PARBOABOA, Jakarta - Istilah 'rumah' dan 'mencuri' yang digunakan oleh calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, dalam kampanyenya di Magelang, Jawa Tengah pada Minggu (17/12/2023), cukup menarik perhatian.
Kedua istilah ini digunakan ketika Mantan gubernur Jawa Tengah itu meminta masyarakat menyatukan dukungannya menuju Pemilu 2024.
"Saya titip ya bapa-ibu. Jaga rumah kita agar tidak ada orang lain yang mencuri punya kita," tuturnya.
Menurut Kader PDIP sekaligus Jubir Muda Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Yogen Sogen, pernyataan Ganjar Pranowo tak lain dan tak bukan merupakan ajakan untuk memperkuat basis dukungan di tengah persaingan politik yang kian ketat menjelang pemilu nanti.
"Pak Ganjar mengajak masyarakat Magelang Jawa Tengah untuk perkuat kembali basis dukungan dalam hal ini warga Magelang dan secara umum di Jateng untuk menangkan Ganjar-Mahfud," kata Yogen kepada PARBOABOA, Senin (18/12/2023).
Menurut Yogen, apa yang disampaikan oleh Ganjar Pranowo sangat tepat untuk menjaga kestabilan politik.
Yogen menjelaskan, sebagai kandang Banteng sekaligus basis elektoral Ganjar-Mahfud, capres Ganjar ingin memastikan dukungan akar rumput di Jateng tetap kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh rayuan paslon lain.
Ia menegaskan, "Jateng kunci kekuatan kemenangan PDIP dan Ganjar. Prinsipnya ajakan, di sisi lain Ganjar pernah menjadi Gubernur Jateng, peta kekuatan Ganjar di Jateng masih kokoh."
Yogen mencatat, Jateng memiliki makna tersendiri dalam sejarah perjuangan politik di Indonesia, khusunya bagi PDIP. Karena itu, menjaga basis PDIP dan Ganjar di Jateng berarti merawat akar perjuangan politik.
Ia mengatakan, "Kandang Banteng adalah identitas politik yang harus dijaga agar kekuatan elektoral tetap kuat. Jika basis ini terjaga dengan baik, kemenangan elektoral pun akan lebih mudah diraih."
Makna Ganda Pernyataan Ganjar Pranowo
Pakar Politik Prof. TB Massa Djafar, membaca pernyataan politik Ganjar Pranowo di atas bermakna ganda yang mencerminkan kompleksitas politik di Jateng.
Pertama, kata Djafar, Ganjar memandang Jateng sebagai basis konstituennya yang selama ini menjadi lumbung suara terbesar PDIP, sehingga wajar jika ia meminta agar dukungan itu dijaga ketat.
"Oleh karenanya, adalah wajar jika Ganjar memerintahkan kepada segenap kader PDIP harus menjaga aset dukungan politik diakar rumput," kata Djafar kepada PARBOABOA.
Namun Djafar juga memperingatkan bahwa dinamika politik dukungan memiliki implikasi politik yang signifikan. Ia mengatakan, Kenaikan dukungan suara di Jateng dapat diartikan sebagai keberhasilan kepemimpinan Ganjar atau PDIP.
Sebaliknya, penurunan dukungan suara juga bisa menjadi indikasi kegagalan, terutama jika terkait dengan isu-isu krusial seperti penurunan angka kemiskinan.
"Jangan lupa penurun dukungan suara pemilih, bisa juga karena kegagalan Ganjar menurunkan angka kemiskinan, berarti ada kelompok masyarakat yang tidak puas atas kinerja Ganjar selama menjadi Gubernur Jawa Tengah," katanya.
Djafar menyebutkan beberapa kemungkinan lain yang bisa mempengaruhi suara Ganjar. Salah satunya adalah adanya potensi konflik dan perpecahan di tingkat elit politik, khususnya perseteruan Megawati-Jokowi yang menciptakan polarisasi di tingkat akar rumput.
Djafar mengatakan, "dimana Jokowi, telah keluar dari PDIP, membentuk kekuatan politik sendiri, mendukung pasangan Prabowo-Gibran, yang nota bene anak kandung Presiden Jokowi. Pembelahan kekuatan PDIP tak terbendung, sebagian massa PDIP menjadi pemilih loyalis kepada Jokowi."
Ia juga menyoroti kemungkinan tergerusnya suara Ganjar oleh pasangan AMIN, yang didukung oleh Cak Imin dari NU-PKB sebagai cawapres.
Dajafar mengatakan, dengan afiliasi politik yang baru, Amin bisa menjadi daya tarik bagi kalangan terdidik dan masyarakat kota, menyebabkan pergeseran demografi pemilih, terutama di kalangan milenial termasuk di Jateng.
"Apalagi Anies Baswedan yang dibesarkan di Jawa Tengah, bisa menjadi afliasi politik baru, terutama bagi kalangan terdidik dan masyarakat kota akan migrasi ke Amin," ujar Djafar.
Namun demikian, Dajafar mengatakan, pernyataan Ganjar Pranowo untuk menjaga rumah dari mereka yang mencuri membawa pesan politik yang kuat terutama untuk menghindari kecurangan pemilu.
Menurutnya, kekhawatiran terhadap politik pemilu curang harus diantisipasi. Ia menekankan, pluralisme politik yang tinggi di Jawa Tengah memerlukan transparansi dan keadilan dalam proses kontestasi hingga perhitungan suara.