Gerindra Jagokan Komedian Marshel Widianto di Pilkada Tangsel, Apa Daya Tariknya?

Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco (kiri) umumkan nama Marshel Widianto (kanan) maju di Pilkada Tangsel (Foto: Instagram/@sufmi_dasco)

PARBOABOA, Jakarta - Nama komedian Marshel Widianto menyita perhatian publik pasca diumumkan maju dalam Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2024.

Pengumuman itu disampaikan secara resmi oleh Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad di Hotel Trembesi, BSD pada Rabu (19/06/2024). 

Ia dengan tegas menyatakan bahwa Gerindra mendukung penuh Marshel untuk bertarung dalam Pilkada Walikota Tangsel.

"Saya tegaskan instruksi bahwa Calon Gubernur Banten adalah Andra Soni dan Calon Wakil Walikota Tangerang Selatan adalah Marshel Widianto," ujarnya. 

Instruksi yang dimaksud Dasco menunjukkan bahwa pemilihan nama para calon merupakan hasil kesepakatan bersama dan bukan karena ikatan pribadi.

Informasi tersebut membawah tanda tanya di kalangan publik. Beberapa merasa sangsi dengan pilihan Gerindra untuk mencalonkan Marshel.

Sementara yang lain bersikap ironi dan menyebut partai pimpinan Prabowo itu seolah-olah kekurangan kader yang progresif.

"Kaya ga ada kader terbaik di Tangsel aja," tulis akun @kiannsantang merespons pengumuman Dasco di akun Instagram pribadinya.

Komentar lain menegaskan tidak akan mendukung Marshel meski semula menjadi loyalis pasangan Prabowo-Gibran.

"Saya memang pendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran, tapi maaf untuk Marshel maju di Tangerang pasti arus bawah banyak yang tidak sepakat," tulis akun @dintamahendra.

Komentar Dinta beralasan. Baginya, Marshel belum memiliki pengalaman dalam politik. Karena itu, "ia harus belajar terlebih dahulu baru maju."

Terpisah, Sekretaris Jenderal DPC Partai Gerindra Tangsel, Yudi Budi Wibowo menjelaskan keputusan mengusung Marshel diambil melalui rapat yang alot.

Yudi menerangkan pihaknya telah melakukan rapat koordinasi cabang dan silaturahmi kader bersama ketua harian DPP Gerindra sebelum menentukan nama Marshel.

Sosok komedian berambut gimbal itu dinominasikan sebagai calon Wakil Walikota Tangsel karena dianggap mampu menarik suara dari kalangan Gen Z dan milenial. 

Bagi Yudi, pro dan kontra terkait pencalonan Marshel adalah hal yang lumrah dalam setiap keputusan. 

"Pro dan kontra adalah bagian dari dinamika. Ketidaksetujuan dan dukungan adalah hal yang wajar, sifatnya individual," pungkasnya. 

Ia menyebut, dukungan terhadap Mashel mengafirmasi pesan bahwa "setiap orang memiliki sisi baik dan buruk, masa lalu yang gelap dan terang." 

Senada, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, meminta semua pihak untuk tidak meremehkan Marshel, seorang komedian yang cerdas dan berwawasan luas.

"Alasan kami mengusung Marshel sebagai calon Wakil Walikota Tangsel karena dia adalah anak muda yang cerdas dan memiliki wawasan yang luas," kata Habiburokhman pada Jumat (21/6/2024).

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menghormati keputusan Gerindra yang mengusung Marshel di Pilwalkot Tangsel.

"Jangan remehkan profesi komedian," tegasnya.

Menurut Habiburokhman, komedian biasanya berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Lebih penting lagi, mereka selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah.

"Komedian adalah orang-orang berpendidikan, cerdas, dan berpengetahuan luas."

Hal yang perlu digarisbawahi, tambah Habiburokhma, "mereka selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah."

Ia berharap Marshel dapat diberikan kesempatan untuk menjadi Wakil Walikota dalam Pilkada Tangsel nanti. 

"Jika diberikan kesempatan sebagai Wakil Walikota, Marshel akan membawa berbagai ide inovatif untuk kemajuan Tangerang Selatan," ujarnya. 

Dirinya sangat yakin, sosok komedian berambut gimbal itu akan menggaet suara signifikan karena konten-kontennya mencerminkan wawasan yang luas dan pemikiran yang progresif.

Jadi Figur Publik

Direktur Eksekutif Ide Cipta Research Consulting, Hadi Rusli dalam keterangan terpisah menyampaikan temuan soal keterlibatan artis dalam momentum Pilkada.

Baginya, salah satu alasan utama yang mendorong dukungan parpol terhadap artis untuk terlibat dalam dinamika politik karena mereka memiliki daya tarik tersendiri.

"Daya tarik itu utamanya karena mereka merupakan public figure," ungkapnya dalam kegiatan Rekoleksi Politik yang diadakan Vox Point Indonesia, Sabtu (15/06/2024).

Bagi Hadi, tidak sulit bagi parpol memberikan dukungan kepada artis dan komedian untuk berlaga di panggung politik.

"Mereka punya modal. Mereka juga sudah dikenal publik karena sering tampil di media. Tentu ini poin plus," tambahnya.

Dalam pantauan Hadi, fenomena artis masuk ke bursa politik bukanlah hal baru. Hal yang sekaligus harus dilihat sebagai peluang dan tantangan.

Jika hanya untuk memperoleh kuantitas suara, ungkapnya, dukungan tersebut tentu bersifat sangat pragmatis.

"Tapi kalau mau supaya kualitas para calon dipertunjukkan, maka parpol harus benar-benar mengusung figur terbaik," pungkasnya.

Dilema Kepemimpinan

Keterlibatan artis dan komedian dalam politik bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini mencerminkan strategi parpol untuk meraih suara sebanyak mungkin.

Popularitas mereka diharapkan mampu menarik perhatian publik dan memberikan dampak signifikan pada hasil pemilu.

Beberapa pengamat menilai fenomena ini sebagai tanda bahwa parpol lebih mementingkan kuantitas suara daripada kualitas kepemimpinan.

Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Yefta Yerianto membenarkan tesis tersebut.

"Saya pikir hampir semua partai memiliki tujuan yang sama untuk menang, jadi tidak mengherankan jika mereka membuka peluang bagi artis untuk ikut serta," ungkap Yefta kepada PARBOABOA, Kamis, (30/05/2024).

Menurutnya, kehadiran selebriti dalam politik dapat menjadi magnet tersendiri dalam perolehan suara. 

Sosok mereka sebagai publik figur dianggap membawa keberuntungan.

Lebih jauh, Yefta juga tidak menutup kemungkinan adanya dinamika transaksional antara artis yang mendukung presiden terpilih dan partai yang kemudian mengusung mereka.

"Kalau soal transaksional dalam partai, saya kira itu bisa saja terjadi karena setiap partai pasti memiliki tujuan yang jelas untuk kekuatan kapital," ungkapnya. 

Terpisah, Pengamat Politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus, juga menyatakan bahwa pencalonan selebriti adalah strategi partai untuk mendongkrak suara.

Menurutnya, secara kualitas, para selebriti ini seringkali tidak memiliki pengetahuan politik yang memadai. 

Mereka mungkin ahli dalam bernyanyi, bermain film, atau membuat humor, tetapi kapasitas mereka sebagai politisi sering dipertanyakan.

Meskipun orientasi partai lebih kepada jumlah suara, para selebriti diharapkan bisa membawa perubahan positif dalam kepemimpinan di berbagai daerah.

Dengan cara demikian, maka mereka dapat menepis stigma buruk terkait ketidakmampuan untuk hadir dalam dinamika politik dan berkontribusi untuk kemajuan daerah. 

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS