PARBOABOA - Masyarakat Hindu harus melewati banyak prosesi upacara untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Salah satunya adalah Pengerupukan yang dilaksanakan sehari sebelum perayaan Nyepi.
Tujuan dari prosesi ini adalah untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Selama Pengerupukan, umat Hindu membuat patung raksasa yang disebut Ogoh-ogoh yang melambangkan roh jahat dan dosa yang harus dibersihkan.
Setelah diarak keliling desa atau kota, Ogoh-ogoh kemudian dibakar sebagai simbol pemusnahan segala kejahatan. Selain itu, pada Hari Pengerupukan juga terdapat tradisi-upacara Melasti atau membersihkan diri dengan air suci di pura atau sumber mata air yang diyakini keramat.
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk persiapan diri sebelum memasuki tahun baru Saka. Berikut ini Parboaboa telah merangkum beberapa fakta menarik hari Pengerupukan sebelum Nyepi. Yuk, kita simak bersama-sama!
1. Dilaksanakan pada Tilem Kesanga
Hari Pengerupukan dirayakan pada malam Tilem Kesanga, yang jatuh pada bulan ke-10 kalender Saka. Bulan ini dianggap sebagai bulan yang paling penting dalam perayaan Nyepi, karena dianggap sebagai saat yang paling cocok untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan di tahun sebelumnya.
2. Makna Hari Pengerupukan
Hari Pengerupukan memiliki makna yang penting dalam perayaan Nyepi. Secara harfiah, Pengerupukan berarti "membersihkan" atau "menyapu". Hal ini merujuk pada upacara membersihkan diri dari segala kejahatan dan dosa yang dilakukan sepanjang tahun sebelumnya.
Selain itu, Pengerupukan juga merupakan waktu untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif yang mungkin mengganggu pelaksanaan Nyepi.
3. Mengadakan Upacara Tawur Kesanga Secara Bertahap
Selama Hari Pengerupukan, umat Hindu di Bali melakukan upacara Tawur Kesanga secara bertahap. Upacara ini dilakukan untuk mempersembahkan sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa dalam rangka membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan.
Persembahan ini meliputi bahan-bahan seperti nasi, daging, buah-buahan, dan bunga. Setelah selesai melakukan upacara Tawur Kesanga, umat Hindu kemudian melakukan pengusiran roh jahat dengan cara membuat patung raksasa yang disebut Ogoh-ogoh.
Patung ini kemudian diarak keliling desa atau kota, sebelum akhirnya dibakar sebagai simbol pemusnahan segala kejahatan.
4. Sarana Upacara Tawur untuk Area Tempat Tinggal
Selama Hari Pengerupukan, umat Hindu di Bali melakukan upacara Tawur Kesanga untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan. Selain itu, umat Hindu juga mempersiapkan sarana upacara Tawur seperti berupa sesajen atau persembahan, dan juga sarana berupa Barong atau makhluk mitologi yang digunakan dalam upacara.
Sarana upacara Tawur ini dibuat dengan bahan-bahan seperti kayu, bambu, kertas, dan kain. Setelah selesai dipersiapkan, sarana upacara Tawur kemudian diletakkan di depan rumah atau pura untuk dipergunakan dalam upacara Tawur Kesanga.
5. Dilakukan Setelah Upacara Tawur
Setelah melakukan upacara Tawur Kesanga, umat Hindu kemudian melakukan pengusiran roh jahat dengan cara membuat patung raksasa yang disebut Ogoh-ogoh. Patung ini dibuat dengan bahan seperti bambu, kertas, dan anyaman, dan melambangkan roh jahat dan dosa yang harus dibersihkan pada Hari Pengerupukan.
Setelah Ogoh-ogoh selesai dibuat, patung ini kemudian diarak keliling desa atau kota sebagai bagian dari prosesi Ngrupuk. Prosesi ini dilakukan dengan menarik Ogoh-ogoh menggunakan tali, sambil berteriak dan menari. Setelah selesai diarak, Ogoh-ogoh kemudian dibakar sebagai simbol pemusnahan segala kejahatan.
6. Tradisi yang Paling Ditunggu
Hari Pengerupukan di Bali adalah salah satu hari yang paling dinanti oleh masyarakat setempat. Hal ini karena pada hari ini, masyarakat dapat menyaksikan prosesi pawai ogoh-ogoh yang sangat spektakuler.
Pawai ogoh-ogoh ini dilakukan sebagai bagian dari upacara pengusiran roh jahat sebelum memasuki Hari Raya Nyepi. Pawai ogoh-ogoh diadakan di seluruh desa dan kota di Bali, dan diikuti oleh masyarakat dengan penuh semangat.
7. Pemadaman Cahaya
Selama Hari Pengerupukan, di Bali dilakukan pemadaman cahaya untuk menciptakan suasana yang gelap dan sunyi sebelum memasuki Hari Raya Nyepi. Pemadaman cahaya ini dilakukan selama 24 jam mulai dari malam Hari Pengerupukan hingga pagi Hari Raya Nyepi.
Selama pemadaman cahaya, semua kegiatan harus dihentikan dan orang-orang harus berdiam diri di dalam rumah.
8. Ida Sesuhunan di Bale Agung Kembali ke Tempat Asalnya
Selama Hari Pengerupukan, diadakan upacara untuk mengembalikan Ida Sesuhunan yang biasanya dijadikan sebagai lambang kehadiran dewa dalam pura. Ida Sesuhunan dibawa keluar dari Bale Agung atau ruang utama pura dan diarak keliling desa atau kota, sebelum akhirnya kembali ke tempat asalnya di Bale Agung.
Upacara ini dilakukan sebagai simbol pengembalian kekuatan dewa ke tempat yang seharusnya, dan juga untuk membersihkan pura dari segala kejahatan dan dosa.
Demikian beberapa fakta menarik hari Pengerupukan Nyepi di Pulau Dewata Bali yang patut diketahui. Semua tradisi dan upacara memiliki makna spiritual yang dalam, dan memperkuat keharmonisan antara manusia dengan alam semesta.