PARBOABOA, Jakarta - Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka memperkuat keterkaitan antara masalah stunting dan sanitasi dalam Debat Cawapres 2024 kemarin.
Menurutnya, penanganan stunting sama pentingnya dengan membangun SDM untuk mencapai Indonesia emas 2045.
Gibran, dalam debat tersebut menggarisbawahi pentingnya sanitasi dan air bersih dalam mengatasi stunting.
Dia menekankan bahwa kolaborasi dari berbagai pihak diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pernyataan Gibran didukung oleh tindakan nyata, seperti pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di daerah padat penduduk di Solo, Jawa Tengah.
Kolaborasinya dengan daerah Wonogiri dan Klaten juga membantu memastikan akses air bersih untuk masyarakat.
Namun, bagaimana sebenarnya kaitan antara stunting dan sanitasi?
Melansir situs Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang terkait erat dengan asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu lama.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stunting sangat terkait dengan sanitasi yang baik dan akses air bersih, karena keduanya mempengaruhi makanan sehat yang dikonsumsi anak.
Selain itu, memberikan makanan yang sehat dan bersih dapat membantu melindungi anak dari infeksi bakteri dan virus, terutama ketika sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
Fakta ini juga didukung hasil penelitian Pradana, Suparmi dan Ratnawati yang dipublikasi di e-journal Unair pada 2023.
Di situ disimpulkan bahwa hygiene atau kebersihan seseorang dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 6 hingga 59 bulan.
Selain itu, penelitian Nizaruddin dan Irsyad Ilham dari Universitas Gadjah Mada menyoroti peran sanitasi, sumber air minum, dan pengolahan air minum dalam mengurangi risiko stunting.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah harus mencakup penyediaan sanitasi dasar, perlindungan sumber air minum yang berkualitas, dan kesadaran akan pentingnya merebus air sebelum dikonsumsi.
Misalnya, berat badan lahir, kondisi ekonomi, dan tingkat pendidikan ibu juga mempengaruhi risiko terjadinya stunting.
Oleh karena itu, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengatasi risiko stunting, pemerintah harus mempercepat penyediaan sanitasi dasar, melindungi sumber air minum yang berkualitas, dan meningkatkan kesadaran untuk merebus air sebelum dikonsumsi.
Cara Mencegah Stunting
Beberapa waktu lalu, mantan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, mengakui bahwa masalah non-kesehatan seringkali menjadi penyebab stunting.
Oleh karena itu, setidaknya dibutuhkan tiga langkah besar untuk mencegah stunting, antara lain:
1. Pola Makan
Stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta kurangnya variasi.
Konsep 'Isi Piringku' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dijadikan kebiasaan sehari-hari.
Pada anak yang dalam masa pertumbuhan, dianjurkan untuk meningkatkan sumber protein sambil tetap mengonsumsi buah dan sayur.
2.Pola Asuh
Stunting juga terkait dengan aspek perilaku, khususnya pola asuh yang kurang baik dalam memberikan makanan kepada bayi dan balita.
Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi perlu dimulai sejak remaja sebagai persiapan membangun keluarga.
Calon ibu juga perlu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan, memberikan stimulasi kepada janin, dan menjalani pemeriksaan kesehatan empat kali selama kehamilan.
3. Sanitasi dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk sanitasi dan air bersih, meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi.
Oleh karena itu, diperlukan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menghindari pembuangan tinja sembarangan.
Editor: Wenti Ayu