PARBOABOA, Jakarta - Melanjutkan studi ke jenjang doktoral tentu menjadi keinginan dan harapan banyak orang. Meskipun proses menyelesaikan pendidikan di jenjang akademik tertinggi itu bukanlah perkara mudah.
Selain harus menguras biaya, waktu dan tenaga, kesiapan intelektual juga menjadi salah satu kunci utama untuk menembus studi doktoral.
Namun, bagi Choirul Anam, sederet tantangan tersebut bukan dijadikan hambatan untuk meraih mimpi menjadi seorang doktor. Dalam kurun waktu 3 tahun, Anam mampu menyelesaikan studi PhDnya itu.
Anam tentu harus berbangga, sebab menempuh pendidikan doktoral di luar negeri bukan sesuatu yang gampang. Dibutuhkan persiapan yang matang, mulai dari penguasaan bahasa asing, adaptasi kultur dan budaya, dan juga pengenalan lingkungan yang baru.
Berkat semangat dan ketekunannya, Anam akhirnya sukses menyandang gelar doktor dari Charles University, Praha pada Februari 2023 dengan konsentrasi studi public policy.
Bahkan, Anam juga diketahui memperoleh tawaran begengsi untuk melakukan kolaborasi riset dari Arizona State University, USA dan St Andrews University, Skotlandia dari Supervisornya.
Anam juga mendapat pujian dari profesor Eropa, Prof Frantisek Ochrana, karena dinilai mampu menjadi mahasiswa terbaik dengan menyelesaikan beragam tantangan dalam studi doktoralnya.
Anak Juru Parkir
Cerita perjuangan akademik Anam memang cukup menarik. Ia terlahir dari keluarga yang sederhana dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Ayahnya, Monch Sahlun, merupakan seorang juru parkir di Universitas Jayabaya Jakarta tahun 1986-1987 dan di Bekasi tahun 1987-1990.
Selama 5 tahun menjadi juru parkir, sang ayah hanya mampu menempati rumah kontrakan berukuran kecil. Bersama Anam kecil dan keluarganya, sang ayah tetap menjadi tulang punggung keluarga.
Di tengah keterbatasan keluarga, Anam tetap menunjukkan keuletannya di dunia akademik. Ia juga berdamai dengan kondisi penerangan di rumah kontrakannya yang tidak stabil dan mengganggu aktifitas belajarnya.
"Hal yang paling saya ingat adalah kalau ingin mendengarkan radio harus bangun jam 4 pagi karena jam 5 listrik sudah mati. Kami juga tinggal di kontrakan berlima bersama paman dan bibi," kenang Anam dalam rilis dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID), yang dikutip Sabtu (19/8/2023).
Situasi keterbatasan keluarga tidak menyurutkan semangat Anam. Ia bahkan suskses menyelesaikan studi S1 Akuntansi dan Studi S2 MPKP di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kisah perjalanan pendidikan Anam setidaknya menjadi inspirasi bagi genrasi muda bangsa agar tetap semangat menempuh pendidikan meski dengan segala kekurangan finansial.
Sebab, tekat dan semangat yang kuat diayakini mampu mematahkan segaala bentuk tantangan dan persoalan yang dihadapi.
Editor: Andy Tandang