Kabar dari Sekolah Jurnalisme Parboaboa: Membumikan Isu Ekonomi dan Perbankan

Feby Siahaan, Mentor di Banking Journalist Academy. (Foto: Linkedln)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Febrina Siahaan, jurnalis lulusan Teknik Sipil Universitas Parahyangan, Bandung, muncul di layar pada Selasa pagi (25/4/2025) dalam kelas daring Sekolah Jurnalisme Parboaboa. Ia membawakan topik yang sering dianggap rumit: ‘Menulis Isu Ekonomi dan Perbankan’.

Namun justru karena kerumitannya, sesi ini dipenuhi percakapan. Para peserta yang sebagian besar adalah calon jurnalis muda, terlihat bersemangat mengajukan beragam pertanyaan. Mereka tak hanya ingin belajar menulis isu ekonomi, tetapi juga memahami bagaimana logika ekonomi bekerja.

Dengan bahasa mudah dipahami dan sesekali diselingi canda, Febrina yang pernah bergabung dengan ‘Tempo’, menjaga suasana kelas daring tetap hangat. Ia menekankan pentingnya memahami alasan di balik pemberitaan isu ekonomi. Bahwa jurnalisme bukan sekadar menyusun angka, tetapi juga menyampaikan keterkaitan data dengan kehidupan nyata.

"Bagi pembaca yang awam soal ekonomi, sebuah tulisan hanya akan bermakna jika mereka bisa merasakan dampaknya dalam keseharian," terangnya kepada para peserta di pagi itu.

Menurutnya, tantangan utama yang dihadapi wartawan ekonomi adalah bagaimana membumikan dan membunyikan data serta istilah teknis yang sering kali rumit dan sulit dipahami publik. Kedua pendekatan tersebut dianggap penting agar mudah dicerna masyarakat luas.

"Membumikan berarti mentranslasikan semua informasi yang spesifik dan tidak dipahami awam, menjadi sesuatu yang gampang dikunyah dan dipahami," katanya pada Parboaboa melalui pesan WhatsApp, Jumat (25/4/2025).

Ia menegaskan bahwa tugas jurnalis ekonomi bukan hanya mencerdaskan kelompok tertentu, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Dari kalangan akademisi hingga ibu rumah tangga yang mungkin belum memahami istilah seperti inflasi, defisit, atau subsidi.

membumikan isu ekonomi

Membumikan Isu Ekonomi. (Foto: PARBOABOA/P. Hasudungan Sirait)

Dalam menulis isu seperti pengurangan subsidi, jurnalis perlu mengaitkannya langsung dengan dampak nyata. Kebijakan tersebut, katanya, akan menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akhirnya mendorong lonjakan harga kebutuhan pokok.

Di sisi lain, lanjut Febrina yang juga mentor di Banking Journalist Academy (BJA), membunyikan data berarti menyampaikan makna terkandung di balik angka. Jurnalis tak cukup hanya menyebut angka pengangguran, misalnya. Tetapi juga harus menyajikan perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Kemudian menelaah tren dan menghubungkannya dengan konteks yang lebih luas. Data jangan berhenti sebagai statistik belaka, tetapi harus hidup dan berbicara," tambahnya.

Menurutnya itu adalah esensi jurnalisme ekonomi yang ideal. Dengan menghadirkan laporan yang tak hanya informatif, tetapi juga membumi, bermakna, dan berdampak bagi semua kalangan.

Tak lupa ia juga menegaskan, begitu seseorang memutuskan menjadi jurnalis, maka sudah menjadi kewajiban untuk selalu independen. Sebab hanya dengan bersikap demikian, jurnalis bisa menjaga jarak dari kekuasaan dan tetap kritis terhadap siapa pun.

"Independen berarti mengutamakan kepentingan publik, bukan kepentingan korporasi atau bahkan tempatnya bekerja. Kalau tidak mau independent, jangan jadi jurnalis karena malah jadi batu sandungan bagi kepentingan publik," tegasnya.

Kepada peserta, Febriana yang akrab disapa Feby menjelaskan bahwa ada tiga keterampilan utama yang perlu dikuasai agar dapat menulis liputan ekonomi yang kuat secara data, namun tetap menarik secara naratif.

Pertama, pentingnya keinginan untuk terus memperbarui pengetahuan tentang industri keuangan, serta dinamika ekonomi nasional maupun global. Perkembangan teknologi dan perubahan politik dunia yang sangat dinamis membuat informasi ekonomi terus berkembang.

"Sebagai contoh, isu keuangan digital yang dulu tidak dikenal jurnalis sepuluh tahun lalu, kini menjadi hal yang harus dipahami oleh jurnalis," ujarnya dengan gaya bicara yang ceplas-ceplos.

Kedua, pemahaman terhadap terminologi ekonomi dan bisnis, terutama sesuai dengan desk tempat jurnalis bertugas. Jika seorang jurnalis berada di desk ekonomi makro, mereka harus menguasai seluruh indikator ekonomi makro. Hal yang sama berlaku untuk desk perdagangan, pertambangan, dan sektor lainnya.

Terakhir, keterampilan jurnalistik dasar seperti wawancara, pengumpulan berita, dan kemampuan menulis dalam berbagai format. Baik straight news maupun feature dengan fokus pada human interest.

kls ppbb nymk

ketgambTekun Menyimak. (Foto: PARBOABOA/P. Hasudungan Sirait) #end

Salah satu peserta, Ristaruli Aritonang (22), lulusan Administrasi Niaga dari Politeknik Negeri Medan, mengaku bagian yang membuka wawasan dari materi ini adalah pentingnya jurnalis menyederhanakan isu ekonomi yang kompleks.

"Agar masyarakat bisa mengerti kebijakan ekonomi dan perkembangan dunia usaha. Jurnalis pun ternyata perlu tetap independen mengkritisi data dari yang disampaikan pemerintah atau pelaku bisnis," katanya pada Parboaboa, Kamis (24/4/2025).

Ia pun paham, semua yang terjadi di negara ini pada dasarnya adalah bagian dari perputaran ekonomi dan bisnis. Dari kebijakan pemerintah, investasi, hingga aktivitas sehari-hari masyarakat.

"Karena itu, saya sebisanya menulis isu ekonomi dengan bahasa sederhana dan fokus pada dampak langsung ke masyarakat. Dan yang tetap harus saya jaga adalah sikap objektif, jujur dan bermanfaat dalam menulis," ujarnya.

Peserta lainnya, Triveni Gita Lestari Waloni (22), mengungkap mendapatkan pemahaman baru tentang menulis liputan ekonomi yang tak hanya fokus pada angka. Materi pelatihan ini mengajarkannya menyoroti sisi manusia dari isu ekonomi.

Kini, ia memahami pentingnya jurnalis menghubungkan data dengan dampaknya pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu, menjadi jurnalis ekonomi yang baik memerlukan pemahaman mendalam tentang dunia bisnis, bukan sekadar mengandalkan angka atau statistik.

"Seorang jurnalis ternyata juga harus memahami perilaku pelaku bisnis dan politikus. Karena wawancara dengan pelaku bisnis sering kali penuh tantangan, mereka sering enggan membagikan data," ungkapnya, Kamis (24/4/2025).

Editor: Rin Hindryati

Editor: Rin Hindrayati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS