Mengenal BGSi, Layanan Kesehatan untuk Deteksi Penyakit secara Akurat

BGSi merupakan inisiatif Kementerian Kesehatan untuk menghadirkan layanan pengobatan yang presisi bagi masyarakat dengan memanfaatkan informasi genetik. (Foto: Kemenkes)

PARBOABOA, Jakarta - Di era teknologi yang terus berkembang, hadirnya Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) menjadi terobosan penting dalam dunia kesehatan. 

Program yang diusung oleh Menkes, Budi G. Sadikin, menyajikan solusi canggih untuk mencegah dan mengatasi penyakit dengan akurasi tinggi.

Selain itu, BGSi merupakan inisiatif Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menghadirkan layanan pengobatan yang presisi bagi masyarakat dengan memanfaatkan informasi genetik.

Melalui BGSi, diharapkan layanan kesehatan dapat mengungkap dasar genetik penyakit, mengidentifikasi faktor risiko genetik, dan merancang strategi pengobatan yang lebih efektif. 

Upaya ini melibatkan pemahaman terhadap bagaimana pola genetik individu dapat memengaruhi respons terhadap obat, prognosis penyakit, dan penyebaran penyakit menular.

Ririn Ramadhany, salah satu pendiri BGSi, menyatakan bahwa perusahaan juga memanfaatkan informasi genetik untuk mendukung pelayanan di rumah sakit, khususnya dalam mengatasi penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.

Pada saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan analisis terhadap semua aspek kesehatan yang dialami oleh masyarakat Indonesia guna mengidentifikasi penyebab kematian tertinggi.

Penyebab kematian tertinggi masyarakat Indonesia, antara lain neonatal disorders, penyakit akibat infeksi, seperti tuberkulosis (TBC), penyakit jantung, kanker, stroke, hingga diabetes melitus.

Menurutnya, jika dilihat dari sistem kesehatan saat ini, 67% biaya kesehatan dibebankan untuk pengobatan dan hanya 17% untuk bagian preventif. 

Padahal, fokus pemerintah saat ini adalah menjaga kesehatan sehingga masyarakat tidak sakit dan kualitas hidup meningkat.

Oleh karenanya, BGSi menjadi bagian dari agenda transformasi kesehatan Kemenkes dalam meningkatkan kualitas kesehatan dengan pembiayaan yang efektif serta meningkatkan inovasi dan layanan rujukan.

“Tugas BGSi salah satunya adalah memperbaiki layanan rujukan sehingga kami bisa menghadirkan teknologi terbaik ke rumah sakit,” kata Ririn, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (25/1/2024).

Kemudian, kata Ririn, BGSi juga menjadi supporter dari ekosistem kesehatan, yakni akademisi kesehatan, klinisi, hingga startup kesehatan.

BGSi melibatkan penelitian mendalam pada genom manusia, termasuk analisis sekuensing DNA (WGS), identifikasi variasi genetik, dan pemahaman interaksi gen dengan faktor lingkungan dalam memengaruhi kesehatan.

Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang genom manusia, BGSi berusaha mempercepat penemuan baru di bidang pengobatan, diagnostik, dan pencegahan penyakit.

Ririn memberikan contoh manfaat BGSi dalam diagnostik yang dapat ditemui selama penanganan pandemi Covid-19.

Menurutnya, perbedaan yang signifikan antara varian virus Delta dan Omicron dapat diketahui melalui genomik. Analisis ini bisa digunakan sebagai alat diagnostik untuk penyakit menular.

Hingga akhir 2024, BGSi berambisi mengumpulkan dan menganalisis 10.000 sampel genome sequences manusia.

Hal ini bertujuan untuk pemetaan varian data genome dari populasi Indonesia yang rentan terhadap penyakit prioritas yang ditargetkan.

Dengan BGSi, masa depan kesehatan Indonesia menuju presisi dan akurasi tinggi, membuka pintu untuk perawatan yang lebih personal dan efektif.

Editor: Wenti Ayu
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS