PARBOABOA, Pematangsiantar - Kementerian Pertahanan Sri Lanka pada Selasa memerintahkan pasukan keamanan untuk menembak siapapun yang mengancam nyawa orang lain atau merusak bangunan.
Dilansir Associated Press, Rabu (11/5/2022), perintah itu dikeluarkan demi mencegah meluasnya kerusuhan dan kekerasan yang menyasar para pendukung pemerintah sehari sebelumnya.
Kerusuhan pada Senin itu menewaskan delapan orang dan berujung pada mundurnya Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa.
Dari delapan orang yang meninggal, tiga di antaranya merupakan seorang anggota parlemen dan dua polisi. Sementara 219 orang lainnya terluka dalam kerusuhan itu, ujar Kamal Gunaratne, sekretaris menteri pertahanan. Ia menambahkan, sebanyak 104 bangunan dan 60 kendaraan dibakar.
Kerusuhan bermula saat para pendukung pemerintah menyerang demonstran antipemerintah di Kolombo dengan tongkat.
Demonstran antipemerintah menggelar unjuk rasa damai selama beberapa pekan akibat krisis ekonomi yang sangat buruk dan menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri.
Massa kemudian membalas serangan itu di berbagai wilayah pada malam hari, dengan membakar belasan rumah para politisi dari partai berkuasa dan berupaya menyerbu kediaman resmi Perdana Menteri di Kolombo.
Unjuk rasa berlanjut hingga Selasa meski ada aturan jam malam. Beberapa orang sempat melawan perintah tembak di tempat dan melakukan pembakaran gedung dan kendaraan.
Sebuah hotel mewah di tepi hutan Sinharaja, yang disebut milik kerabat Rajapaksa, juga ikut dibakar pada Selasa malam.
Polisi terpaksa melepas tembakan peringatan ke udara di dua lokasi kerusuhan untuk membubarkan massa yang berupaya membakar kendaraan.
Namun, pengunduran diri Mahinda Rajapaksa gagal meredam kemarahan publik. Sedangkan Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang merupakan saudara laki-laki Mahinda, masih menjabat dan memegang wewenang luas, termasuk komando atas pasukan keamanan Sri Lanka.
Salah satu pengunjuk rasa, Chamal Polwattage, menyatakan dirinya berharap demonstran masih terus beraksi dan bersumpah tidak akan pergi 'sampai presiden mundur'. "Orang-orang marah dengan serangan terhadap kami kemarin," tegasnya.