Google Doodle kembali menampilkan tokoh asal Indonesia. Memperingati hari Pahlawan 10 November 2021 ini Google Doodle menampilkan Ismail Marzuki. Siapakah dia?
"Ini untukmu Ismail Marzuki-terima kasih telah menulis soundtrack untuk kemerdekaan Indonesia!" tulis Google, dikutip Rabu (10/11/2021).
Ismail Marzuki merupakan salah satu komposer Indonesia yang membuat lagu-lagu patriotik selama masa pergerakan kemendekaan bangsa. Salah satu lagunya yang akrab dinyanyikan pada 10 November adalah Gugur Bunga.
Namanya sekarang diabadikan sebagai pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Taman Ismail Marzuki (TIM) berfungsi sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif dalam seni rupa, musik, teater, tari, dan film.
Ismail Marzuki lahir dan besar di Jakarta dari keluarga Betawi. Dia dilahirkan di Kampung Kwitang, tepatnya di kecamatan Senen, wilayah Jakarta Pusat pada tanggal 11 Mei 191
Awal mulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun, ketika itu untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu "O Sarinah” pada tahun 1931.
Ismail memang mempunyai ketertarikan yang mendalam pada bidang seni. Tahun 1936, Ismail memasuki perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa.
Seperti diketahui, Ismail Marzuki sendiri dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2004 lalu berkat kontribusinya untuk Indonesia. Ismail Marzuki sudah mengenal musik berkat sosok sang ayah, yang merupakan seorang pemain rebana yang biasa dinamakan seni berdendang.
Meski demikian, kemampuan Ismail Marzuki akan dunia musik tidak datang secara instan. Pria yang sering disapa Ma'ing ini mengasahnya dengan berlatih. Marzuki tumbuh berlatih hingga lima jam sehari untuk menguasai delapan instrumen seperti harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon, dan piano.
Di usia 17, ia kemudian membuat lagu pertama dari ratusan lagu yang akan ia hasilkan sepanjang kariernya. Pada 1923, ia bersama teman-temannya menjadi anggota perkumpulan musik Lief Java yang sebelumnya bernama Rukun Anggawe Santoso.
Lewat perkumpulan tersebut, bakatnya kian berkembang dengan baik sebagai instrumentalis, penyanyi, penyair lagu dan juga mulai mengarang lagu-lagu. Sebagai inspirasi, ia gemar meresapi lagu yang sama selama puluhan kali dan berulang-ulang.
Bukan cuma musik Hollywood dan jazz, ia juga menjadikan lagu-lagu daerah sebagai inspirasinya. Sebut saja lagu daerah Maluku, Minahasa, Bugis, Melayu, Minang, tembang Cianjuran, gambus, kroncong, serta lagu-lagu ciptaan komponis Eropa dari Schubert, Mozart, Schumann, Mendellshon dan lain sebagainya. Semuanya menjadi sumber keindahan baginya.
Semasa hidupnya, Ismail Marzuki menghasilkan ratusan karya lagu, baik hasil ciptaannya sendiri maupun lagu yang ia aransemen ulang.
Beberapa di antaranya ialah Oh Sarinah, Rayuan Pulau Kelapa, Melancong di Bali, Halo-Halo Bandung, Mars Arek-arek Surabaya, Indonesia Tanah Pustaka, Gugur Bunga di Taman Bhakti, Sepasang Mata Bola, Selamat Datang Pahlawan Muda, Selendang Sutra dan sebagainya.
Ismail Marzuki wafat pada 25 Mei 1958 dalam usia 44 tahun di pangkuan sang istri, Eulis. Ismail Marzuki juga meninggalkan seorang anak adopsi yang bernama Rahmi Asiah, sosok anak yang selalu menghibur keseharian hidupnya hingga akhir hayat. Ismail Marzuki dimakam di TPU Karet Bivak, Jakarta. Di batu nisannya dipahatkan lagu ciptaannya sendiri, Rayuan Pulau Kelapa.