Rohingya: Etnis Terpinggirkan yang Melarikan Diri dari Myanmar dan Kontroversi di Aceh

Menurut data UNHCR, hingga November 2023, terdapat sekitar 1.487 pengungsi yang telah tiba di Indonesia. (Foto: Instagram/@Iomiindonesia)

PARBOABOA, Jakarta - Keberadaan pengungsi Rohingya kini tengah menjadi sorotan internasional usai lebih dari sejuta orang mencari perlindungan di berbagai negara, termasuk ke Indonesia tepatnya di Sabang, Aceh.

Menurut data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) hingga November 2023, terdapat sekitar 1.487 pengungsi yang telah tiba di Indonesia. 

Namun, keberadaan mereka sepertinya menimbulkan ketegangan di kalangan warga Aceh. 

Tindakan membongkar tenda tempat pengungsi Rohingya ditampung menjadi bukti nyata ketidaksetujuan ini.

Salah satu alasan penolakan tersebut adalah perilaku kurang baik dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma masyarakat setempat yang diperlihatkan oleh imigran Rohingya. 

Awalnya, warga setempat menyambut baik kedatangan mereka dengan memberikan bantuan seperti air mineral dan nasi bungkus ketika rombongan 249 imigran Rohingya tiba di Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Bireuen, Aceh. 

Namun, bantuan tersebut malah dibuang ke laut setelah para imigran dilarang turun dari kapal.

Keluhan terkait porsi makan yang dianggap terlalu sedikit juga tersebar di media sosial. 

Dalam video yang dibagikan oleh akun TikTok @hotlisimanjuntak, terlihat sejumlah laki-laki Rohingya mengeluh dengan bahasa isyarat bahwa porsi nasi yang diberikan terlalu kecil untuk memenuhi rasa lapar mereka.

Selain itu, beberapa di antara mereka juga teridentifikasi terlibat dalam aksi kriminal dan perbuatan tak menyenangkan.

Ditreskrimum Polda Aceh, Ade Herianto, mengungkapkan bahwa sejak 2015 hingga 2023, sekitar 32 orang Rohingya menjadi tersangka dalam kasus perdagangan orang dan narkoba. 

Saat ini, Polda Aceh berkoordinasi dengan UNHCR dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk menangani kasus tersebut. 

Ade juga mengimbau masyarakat Aceh untuk ikut mengawasi pengungsi Rohingya yang terlibat dalam tindakan kriminal.

Pada Juli 2023 lalu, seorang pengungsi Rohingya berinisial RU juga ditangkap karena melakukan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur di kamp penampungan sementara di Padang Tiji, Pidie, Aceh. 

Pelaku mengancam korban dan menggunakan pisau, namun dengan bantuan penerjemah UNHCR, pelaku akhirnya mengakui perbuatannya.

Asal Usul Rohingnya dan Alasan Mengungsi

Rohingya, sebuah komunitas muslim minoritas di Myanmar, memiliki sejarah panjang yang penuh tantangan. 

Sebelum tragedi berdarah pada 2017, mereka mendiami negara bagian Rakhine, menyumbang hampir sepertiga total penduduk Myanmar.

Asal-usul etnis Rohingya di Myanmar bisa ditelusuri kembali ke abad ke-15, ketika ribuan Muslim tiba di Kerajaan Arakan. 

Sejak itu, pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak dari mereka datang saat Rakhine masih bagian dari kolonial British India.

Namun, setelah kemerdekaan Burma pada 1948, etnis Rohingya kehilangan pengakuan. 

Myanmar menolak klaim historis mereka dan tidak menganggap mereka sebagai bagian dari 135 kelompok etnis resmi negara itu.

Dengan status kewarganegaraan yang tergantung, etnis Rohingya dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun mereka telah tinggal di Rakhine selama berabad-abad.

Pengungsi Rohingya, yang sebagian besar menuju negara-negara tetangga, menghadapi dilema ini akibat diskriminasi dan kebijakan pemerintah Myanmar yang mengekang mereka sejak akhir 1970-an. 

Bahkan pada 2017, kekerasan terhadap Rohingya mencapai puncaknya, memaksa lebih dari 700 ribu orang mengungsi.

Tindakan brutal terhadap etnis Rohingya diakui oleh PBB sebagai dugaan genosida, tetapi pemerintah Myanmar membantah klaim ini, menyatakan bahwa mereka melakukan kampanye militer untuk mengembalikan stabilitas.

Editor: Wenti Ayu
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS