PARBOABOA, Jakarta – Flu Singapura, penyakit yang sering menyerang anak-anak, kini menjadi sorotan karena gejalanya yang membuat orang tua khawatir.
Menurut Fithri Islamiyah Sapuraning Rahayu, Dokter Rumah Sakit AMC Muhammadiyah Yogyakarta, penyakit ini disebabkan oleh virus Coxsackievirus A tipe 16 (CVA16) serta beberapa virus lain yang menular akibat kontak dengan cairan yang mengenai bagian tubuh lain.
“Gejala yang paling sering terjadi akibat virus adalah demam tinggi dalam kurun waktu 24-48 jam,” jelasnya pada PARBOABOA, Rabu (19/10/2023).
Selain demam tinggi, Virus CVA16 yang biasanya memasuki tubuh melalui mulut juga dapat menyebabkan radang tenggorokan atau sore throat.
Hal ini seringkali membuat anak-anak kehilangan nafsu makan dan mengalami drooling atau ngences.
Beberapa hari setelah gejala awal muncul, penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit tangan kaki mulut atau hand foot mouth disease (HFMD) ini, dapat menyebabkan munculnya vesikel atau bintik merah pada tubuh.
Vesikel ini dapat menyebabkan rasa gatal dan panas, mendorong anak-anak untuk menggaruknya. Ketika vesikel pecah, cairan infeksius di dalamnya dapat menyebar ke bagian lain yang belum terkena vesikel, menyebabkan munculnya banyak ruam kemerahan pada tubuh.
Pengobatan Mandiri Flu Singapura
Dalam sebagian besar kasus, Flu Singapura dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari tanpa perlu pengobatan khusus.
Orang tua dapat melakukan perawatan mandiri pada anak yang terkena HFMD. Beberapa tindakan yang dapat diambil termasuk menghindari memberikan makanan dan minuman yang asam dan pedas untuk menjaga kenyamanan tenggorokan anak.
Pastikan anak mendapatkan cukup cairan untuk mencegah dehidrasi, serta berkumur dengan air garam hangat untuk meredakan nyeri tenggorokan.
Selain itu, penting untuk memastikan anak memiliki waktu istirahat yang cukup dan menggunakan krim anti-gatal serta obat penyembuh ruam sesuai dengan anjuran dokter agar ruam cepat mengering.
Kasus Flu Singapura yang Mematikan
Pada tahun 1957, Flu Singapura pertama kali terdeteksi di Toronto, Kanada, dan mendapat namanya karena gejalanya yang menyerupai flu.
Dinamakan Flu Singapura, karena pada saat itu, ada banyak kasus dan kematian akibat penyakit ini. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada 2008 di Singapura ada 2.600 orang yang terinfeksi penyakit ini.
Sementara di berbagai negara lain juga tersebar seperti di Sarawak, Malaysia pada 2006 ada sebanyak 14.423 orang terinfeksi dan 13 diantaranya meninggal dunia.
Pada 2010, juga tercatat 115.000 kasus di Cina, dengan 77 di antaranya mengalami komplikasi dan 50 orang meninggal.
Sementara pada 2011, Vietnam melaporkan 42.000 kasus, dan Cina kembali terkena dampak dengan 1.340.259 kasus infeksi dan 437 orang meninggal.
Hingga kini, kasus Flu Singapura masih menjadi perhatian karena penyebarannya yang cepat. Karena itu berbagai negara perlu tetap waspada terhadap penyakit ini.
Editor: Atikah Nurul Ummah