Apa Itu Sindrom Jacob? Berikut Pengertian, Penyebab, Ciri, Contoh, dan Pengobatannya

Ilustrasi penderita sindrom jacob (Foto: Pexels/RDNE Stock project)

PARBOABOA – Sindrom Jacob adalah sebuah penyakit neurodegeneratif yang jarang terjadi, namun memiliki dampak yang sangat serius pada sistem saraf manusia. Sindrom ini merupakan salah satu dari kelompok penyakit prion yang misterius dan mematikan.

Dilansir jurnal Fetal Jacob Syndrome (47XYY): An Uncommon Association of Fetal Pulmonary Atresia with Ventricular Septal Defect oleh Nupur Shah (2022), Sindrom Jacob dikaitkan dengan aneuploidi kromosom seks, yang mengakibatkan adanya kromosom Y tambahan pada individu pria, dengan insiden sekitar 1 dari 1.000 pria.

Penyakit ini seringkali tidak didiagnosis sampai akhir kehidupan pascakelahiran atau bahkan tidak pernah terdiagnosis sepanjang hidup individu yang terkena.

Meskipun sindrom ini langka, pemahaman mengenai penyebabnya, ciri-ciri khas yang muncul, dan upaya-upaya pengobatannya sangat penting.

Pengertian Sindrom Jacob

Ilustrasi penderita sindrom jacob (Foto: Pexels/RDNE Stock project)

Sindrom yang juga dikenal sebagai Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD), adalah penyakit neurodegeneratif langka yang memengaruhi sistem saraf manusia. Kariotipe Sindrom Jacob memiliki formula47 yaitu 22 AA + XYY. 

Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit prion, yang ditandai oleh penumpukan protein abnormal dalam otak, yang mengakibatkan kerusakan pada sel-sel saraf.

Sindrom ini biasanya berkembang dengan cepat dan mengakibatkan gangguan fungsi otak yang serius, seperti perubahan perilaku, gangguan koordinasi, kelemahan otot, dan gangguan kognitif yang semakin memburuk.

Sindrom Jacob dapat terjadi secara sporadis, diwariskan secara genetik, atau disebabkan oleh paparan prion yang terkontaminasi, seperti dalam kasus varian penyakit prion yang terkait dengan konsumsi daging sapi yang terinfeksi.

Karena sifat serius dan misterius, penyakit ini merupakan tantangan serius dalam dunia kedokteran dan penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit ini serta mencari cara-cara untuk mengatasinya.

Penyebab Sindrom Jacob

Ilustrasi penderita sindrom jacob (Foto: Freepik/ropieme)

Penyebab sindrom ini terkait dengan penumpukan protein abnormal yang disebut prion dalam otak. Prion adalah bentuk protein yang tidak normal dan dapat mengubah protein sehat menjadi bentuk yang juga tidak normal, menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak.

Meskipun penyebab pasti terjadinya perubahan ini masih belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya:

a. Mutasi Genetik

Beberapa kasus Sindrom Jacob bersifat familial, yang berarti penyakit ini disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mutasi gen ini dapat menyebabkan produksi prion abnormal.

b. Sporadis

Sebagian besar kasus ini adalah sporadis, yang berarti tidak ada riwayat keluarga yang terkena penyakit ini, dan penyebabnya tidak diketahui. Beberapa teori mengindikasikan bahwa mutasi spontan dalam gen prion dapat menjadi pemicunya.

c. Paparan Prion Terkontaminasi

Terdapat beberapa kasus yang disebabkan oleh paparan prion yang terkontaminasi. Contohnya, varian penyakit prion yang terkait dengan konsumsi daging sapi yang terinfeksi oleh prion, seperti kasus Bovine Spongiform Encephalopathy yang juga dikenal sebagai penyakit sapi gila.

Ciri-Ciri Sindrom Jacob

Sindrom Jacob memiliki sejumlah ciri-ciri klinis yang dapat berkisar dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan tergantung pada jenis Sindrom Jacob yang dialami seseorang.

Dilansir jurnal Jacob’s Syndrome and Deficiency of 11-Beta-Hydroxylase Enzyme Association Revealed by a Statural Advance: A Case Report oleh Wafa Aitifali dkk (2023), gangguan ini tampaknya dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena masalah perilaku dan kognitif, perawakan tinggi, dan infertilitas di masa dewasa.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri dan gejala yang terkait dengan sindrom ini:

  • Mengalami penurunan fungsi dalam berpikir, mengingat, dan memahami informasi
  • Mengalami perubahan kepribadian yang drastis, seperti kecemasan, depresi, dan agresi
  • Merasakan kelemahan otot, kesulitan berjalan, dan koordinasi yang buruk
  • Mengalami gemetar atau kejang otot yang mendadak
  • Mengalami gangguan sensorik, seperti hilangnya sensasi peraba atau rasa
  • Penglihatan kabur atau penurunan penglihatan
  • Kesulitan berbicara dan menelan makanan
  • Kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri
  • Mengalami penurunan kesadaran hingga mencapai tahap koma

Penting untuk diingat bahwa gejala sindrom tersebut dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.

Selain itu, penyakit ini biasanya berkembang dengan cepat dan dapat mengarah pada kecacatan yang parah atau kematian dalam waktu yang relatif singkat setelah timbulnya gejala.

Diagnosis penyakit ini biasanya memerlukan pemeriksaan klinis oleh seorang dokter spesialis neurologi serta penunjang berupa pemeriksaan MRI otak dan analisis cairan serebrospinal.

Contoh Sindrom Jacob

Sindrom Jacob adalah istilah yang umumnya merujuk kepada beberapa sindrom atau kondisi medis yang berhubungan dengan kelainan genetik.

Dilansir jurnal Sistem Pakar Diagnosis Sindrom Akibat Kelainan Genetis pada Manusia oleh Geovan dan Zikria (2016), sindrom adalah himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu, hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi.

Dalam konteks ini, beberapa jenis dan contoh Sindrom Jacob meliputi:

Sindrom Jacob Klassik

Ini adalah bentuk paling umum dari Sindrom Jacob. Gejala utamanya meliputi perubahan perilaku, penurunan kemampuan kognitif, masalah motorik seperti gemetar dan kelemahan otot, serta gangguan pendengaran dan penglihatan.

Penderita biasanya mengalami kebingungan dan halusinasi. Progresi penyakit ini sangat cepat, dan kebanyakan penderita meninggal dalam satu tahun setelah gejala pertama muncul.

Sindrom Jacob Varian Gerstmann-Sträussler-Scheinker (GSS)

Varian ini lebih langka dan cenderung mengenai anggota keluarga yang sama. Gejalanya termasuk masalah motorik seperti kelemahan otot, gangguan koordinasi gerakan, serta masalah kognitif seperti gangguan ingatan.

Sindrom Jacob Varian Fatal Familial Insomnia (FFI)

Varian ini sangat jarang dan umumnya diwariskan secara genetik. Gejala utamanya adalah gangguan tidur yang parah, yang menyebabkan insomnia kronis yang tidak dapat diobati. Penderita juga dapat mengalami perubahan perilaku dan masalah neurologis lainnya.

Sindrom Jacob Varian New Variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD)

Varian ini menjadi perhatian publik karena adanya kaitan dengan penyakit sapi gila (BSE) dan penularan melalui konsumsi produk hewan yang terinfeksi. Gejalanya mirip dengan Sindrom Jacob klasik, tetapi vCJD biasanya memengaruhi orang muda.

Sindrom Jacob Iatrogenik

Ini adalah varian Sindrom Jacob yang muncul sebagai komplikasi dari prosedur medis seperti transplantasi kornea atau penggunaan alat medis yang terkontaminasi.

Setiap sindrom memiliki karakteristik dan gejala yang unik, dan pengelolaan serta perawatan dapat bervariasi tergantung pada sindrom yang dihadapi.

Pengobatan Sindrom Jacob

Ilustrasi penderita sindrom jacob (Foto: Pexels/Sanaa Ali)

Sayangnya, hingga saat ini, tidak ada pengobatan yang efektif yang dapat menyembuhkan sindrom tersebut atau memperlambat perkembangan penyakit ini.

Sindrom Jacob adalah penyakit neurodegeneratif yang sangat serius dan langka, dan pengobatan yang tepat belum ditemukan.

Pengobatan yang saat ini tersedia lebih bersifat paliatif, bertujuan untuk mengurangi gejala atau meningkatkan kenyamanan penderita. Berikut beberapa aspek pengobatannya:

1. Perawatan Dukungan

Perawatan medis melibatkan perawatan dukungan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Ini dapat mencakup pemberian obat untuk mengatasi gejala seperti kecemasan atau nyeri.

2. Perawatan Nutrisi

Karena penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk makan dan menelan makanan, perawatan nutrisi dapat diperlukan. Ini mungkin melibatkan penggunaan selang makanan atau nutrisi intravena.

3. Manajemen Gejala

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengurangi beberapa gejala seperti mioklonus atau kecemasan. Namun, efektivitas obat tersebut dalam mengendalikan gejala sindrom tersebut seringkali terbatas.

4. Perawatan Dukungan Psikososial

Penting untuk memberikan dukungan psikososial pada penderita dan keluarganya. Konseling dan dukungan emosional dapat membantu dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi akibat penyakit ini.

5. Perawatan Jangka Panjang

Karena Sindrom Jacob adalah penyakit yang progresif dan tidak dapat diobati, perawatan jangka panjang dan perawatan paliatif dapat diperlukan untuk membantu penderita menjalani hidup sebaik mungkin.

Selain itu, penelitian terus berlanjut untuk mencari pemahaman lebih dalam mengenai penyebabnya dan untuk mengembangkan metode pengobatan yang lebih efektif di masa depan.

Namun, hingga saat ini, manajemen Sindrom Jacob masih merupakan tantangan besar dalam dunia kedokteran. Penderita penyakit ini biasanya memerlukan perawatan intensif dan perhatian medis yang cermat.

Dukungan kepada individu yang terkena Sindrom Jacob dan keluarga mereka sangat penting, karena sindrom ini tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga aspek emosional dan sosial.

Dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai sindrom tersebut, Anda dapat lebih peduli, mendukung, dan berkontribusi dalam upaya untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh penyakit ini.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS