Apa Itu Skoliosis? Gejala, Penyebab, Cara Mencegah, dan Kapan Harus ke Dokter

Apa Itu Skoliosis? (Foto: Freepik/@wavebreakmedia)

PARBOABOA - Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang mengalami kelengkungan yang tidak normal, biasanya terjadi dari bahu hingga bagian bawah punggung.

Jika tulang belakang mengalami kelengkungan menyerupai huruf 'S' atau 'C', kemungkinan besar itu merupakan skoliosis.

Kesehatan tulang manusia sering dianggap remeh, padahal tulang berperan penting dalam menopang berat badan, memungkinkan kita berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Mengabaikan kesehatan tulang bisa berujung pada masalah serius yang mengganggu kesehatan dan aktivitas harian kita.

Menurut American Association of Neurological Surgeons (AANS), sekitar 80% kasus kelainan lengkung pada tulang belakang belum diketahui penyebabnya, meskipun kondisi ini biasanya muncul sejak lahir hingga usia 7 tahun. Penyebab umumnya termasuk kelainan bawaan masalah neurologis, dan faktor genetik.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyakit yang terkait dengan tulang belakang ini, ulasan ini akan membahas apa itu scoliosis, penyebab, gejala hingga cara mengatasinya. Simak ulasan ini sampai habis.

Apa Itu Skoliosis?

Skoliosis (Foto: Freepik/@user14636459)

Penyakit skoliosis adalah gangguan umum pada tulang belakang yang mempengaruhi sistem rangka. Kelainan ini bisa terjadi pada bayi baru lahir, anak-anak dalam masa pertumbuhan, orang dewasa, hingga lansia.

Menurut informasi dari yankes.kemkes, kelainan lengkung pada tulang belakang terjadi ketika tulang belakang melengkung ke samping sehingga membentuk pola seperti huruf 'S' atau 'C'.

Biasanya, kelengkungan ini terjadi pada bagian atas bahu dan bagian bawah punggung saat diperhatikan.

Kebanyakan gangguan muskuloskeletal ini tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, seiring bertambahnya usia, kelengkungan pada tulang belakang berpotensi memperburuk kondisi.

Penyakit ini menyebabkan kelengkungan tubuh yang cukup parah dapat mempengaruhi fungsi organ vital di sekitarnya.

Penyebab Skoliosis yang Umum Terjadi

Skoliosis adalah ketidaknormalan melengkungnya tulang belakang ke samping. Menurut Medical News Today, sulit untuk memprediksi atau mengetahui secara pasti penyebabnya.

Namun demikian, ada beberapa tanda yang umumnya dapat diidentifikasi sebagai akar masalah pada tulang belakang ini.

1. Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah gangguan pada sistem saraf yang mempengaruhi kemampuan gerak, belajar, pendengaran, penglihatan, dan berpikir.

Ciri ciri skoliosis yang sering dialami meliputi:

  • Gangguan pertumbuhan dan perkembangan, seperti kesulitan berguling, merangkak, duduk, dan berjalan.
  • Bagian tubuh yang terlalu lemas atau kaku.
  • Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saat beraktivitas.
  • Kesulitan bernapas.
  • Kejang yang sering terjadi.
  • Penyebab pasti dari gangguan saraf ini masih belum diketahui dengan pasti.

2. Distrofi Otot

Distrofi otot merupakan salah satu penyebab skoliosis pada beberapa individu. Gangguan ini adalah kelainan genetik yang menyebabkan otot menjadi lemah. Distrofi otot juga bisa sering terjadi pada bayi.

3. Cacat Lahir

Cacat lahir yang mempengaruhi tulang belakang bayi, seperti spina bifida, juga dapat menjadi penyebab umum kelainan lengkung pada tulang belakang.

Skoliosis artinya bisa tergolong sebagai kondisi bawaan, yang terlihat sejak dalam kandungan dengan adanya ketidaklurusan pada tulang belakang individu.

Selain itu, infeksi pada tulang belakang dan cedera sering dialami oleh orang-orang dengan riwayat tertentu sebelumnya.

4. Gen Khusus

Para peneliti meyakini bahwa minimal satu gen memiliki peran dalam mempengaruhi munculnya masalah kesehatan ini.

Oleh karena itu, faktor genetik menjadi pemicu seseorang mengalami masalah ini.

5. Skoliosis Sindromik

Skoliosis artinya penyakit yang bisa muncul sebagai bagian dari kondisi medis tertentu, seperti neurofibromatosis atau sindrom Marfan.

Sindrom Marfan tidak hanya memengaruhi otot, tetapi juga fungsi jantung, mata, pembuluh darah, dan tulang.

Orang dengan sindrom ini sering memiliki tubuh tinggi dan kurus dengan lengan, kaki, jari, dan jari kaki yang panjang.

6. Penyebab Lainnya

Postur tubuh yang kurang baik, membawa tas punggung atau beban, gangguan pada jaringan ikat, dan beberapa jenis cedera dapat menjadi penyebab kelengkungan pada tulang belakang.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki potensi lebih besar untuk mengalami kondisi ini dibandingkan dengan pria.

Gejala Skoliosis

Gejala Skoliosis (Foto: Freepik/@kjpargeter)

Selain itu, gejala penyakit ini umumnya sudah terlihat sejak masa bayi atau remaja. Gejalanya dapat berbeda-beda, tergantung pada usia individu tersebut.

Menurut jurnal Scoliosis and Spinal Disorder, sebenarnya, gejalanya sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kelainan lengkung pada tulang belakang.

1. Gejala Skoliosis pada Remaja

Gejala paling umum muncul selama masa remaja dikenal sebagai skoliosis idiopatik remaja.

Biasanya terjadi pada remaja berusia antara 10 dan 18 tahun. Ciri-ciri skoliosis pada remaja termasuk:

  • Posisi kepala tidak terletak tepat di tengah atau sejajar dengan tubuh dan leher.
  • Ketinggian tulang rusuk pada sisi kiri dan kanan berbeda.
  • Bentuk pinggul pada sisi kiri dan kanan tidak sejajar atau terlihat tidak simetris.
  • Ketika menggunakan pakaian, bahu atau tulang belikat terlihat lebih tinggi di satu sisi daripada sisi lainnya.
  • Perbedaan panjang kaki kiri dan kanan.

Beberapa jenis penyakit ini dapat menyebabkan nyeri punggung dan biasanya memengaruhi orang dewasa atau yang lebih tua.

2. Gejala Skoliosis pada Bayi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit ini dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir.

Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk mengenali gejalanya, antara lain:

  • Terdapat benjolan di salah satu sisi dada.
  • Bayi berbaring dengan tubuh condong ke salah satu sisi.
  • Pada kasus yang lebih parah, dapat menyebabkan nyeri dada, masalah pada jantung, paru-paru, dan sesak napas.
  • Jika tidak diobati, bayi berisiko mengalami masalah lebih lanjut, seperti gangguan fungsi jantung dan paru-paru.

Cara Mengobati Skoliosis

Skoliosis (Foto: Freepik)

Kelainan tulang ini bisa memengaruhi siapa pun, termasuk anak-anak. Biasanya, skoliosis adalah yang terjadi pada anak-anak bersifat ringan, tapi perlu dipantau secara cermat.

Oleh karena itu, disarankan untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter untuk melakukan X-ray guna memantau perkembangannya.

Sebagai jawaban atas pertanyaan sebelumnya, jenis pengobatan untuk mengatasi penyakit ini bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, derajat kelengkungan tulang belakang, dan usia penderita.

Berikut adalah beberapa metode pengobatan penyakit ini menurut National Health Service (NHS) - Inggris.

1. Bayi dan Balita

Bayi dan balita mungkin tidak memerlukan perawatan khusus karena lekuk tubuh mereka dapat membaik seiring waktu. Terkadang, dokter akan memasang gips atau penjepit plastik pada punggung mereka.

Tujuannya adalah untuk menghentikan kelengkungan tulang agar tidak bertambah buruk saat mereka tumbuh. Namun, pengawasan terus-menerus dari dokter terhadap perkembangan penyakit tetap penting.

2. Anak-anak

Anak-anak yang lebih besar mungkin akan menggunakan penyangga punggung untuk mencegah kelengkungan tulang menjadi lebih buruk. Penggunaan penyangga ini dapat dihentikan setelah tulang belakang anak selesai tumbuh.

Di samping itu, dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengontrol pertumbuhan tulang belakang, hingga operasi dilakukan untuk meluruskannya setelah tulang berhenti tumbuh.

3. Orang Dewasa

Orang dewasa yang mengalami kelainan lengkung pada tulang belakang mungkin memerlukan perawatan untuk meredakan rasa sakit yang disebabkan oleh kondisi ini.

Contohnya, penggunaan obat pereda nyeri, suntikan ke tulang belakang, dan dalam beberapa kasus, operasi. Bagaimana dengan olahraga yang fokus pada punggung?

Menurut informasi dari NHS UK, belum jelas apakah latihan yang menargetkan punggung membantu memperbaiki . Meskipun demikian, olahraga secara umum baik untuk kesehatan fisik dan sebaiknya tidak dihindari kecuali atas saran dokter.

Posisi tidur skoliosis sebaiknya disesuaikan dengan kenyamanan masing-masing individu. Beberapa orang merasa lebih nyaman tidur dengan bantal di bawah kepala dan lutut untuk mendukung postur tubuh yang lebih baik. 

Jika memungkinkan, konsultasikan dengan dokter atau fisioterapis untuk mengetahui posisi tidur yang paling sesuai dengan kondisi kelainan lengkung pada tulang belakang Anda atau yang sedang dihadapi.

Kapan Harus ke Dokter?

Skoliosis (Foto: Freepik/jcomp)

Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami atau mendeteksi tanda-tanda skoliosis seperti berikut ini:

1. Perubahan Postur Tubuh

Jika Anda melihat adanya perubahan pada postur tubuh, seperti satu pundak atau panggul yang terlihat lebih tinggi daripada yang lain, segera temui dokter.

2. Nyeri Punggung yang Persisten

Jika Anda mengalami nyeri punggung yang berlanjut atau semakin parah, terutama saat berdiri atau duduk, ini bisa menjadi tanda adanya masalah pada tulang belakang, termasuk skoliosis.

3. Ketidaknyamanan atau Keterbatasan Gerakan

Jika Anda merasa tidak nyaman atau mengalami kesulitan dalam bergerak, terutama jika hal ini disertai dengan kelengkungan pada tulang belakang, segera periksakan diri Anda ke dokter.

4. Riwayat Keluarga dengan Skoliosis

Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat skoliosis, segera berkonsultasi dengan dokter, terutama jika Anda atau anak Anda masih dalam masa pertumbuhan.

5. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Pemeriksaan kesehatan berkala, terutama selama masa pertumbuhan, dapat membantu mendeteksi skoliosis secara dini. Segera periksakan diri jika dokter merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut setelah menilai postur tubuh Anda.

6. Gejala Tambahan yang Mengkhawatirkan

Jika Anda mengalami gejala tambahan seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, atau gangguan fungsi organ lainnya, segera cari bantuan medis.

Penting untuk diingat bahwa deteksi dini skoliosis dapat meningkatkan peluang pengelolaan yang lebih baik.

Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran atau mengalami gejala yang mencurigakan, sehingga dapat segera dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang diperlukan.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS