Ujaran Rasis Picu Tragedi Berdarah di Yalimo: Tiga Tewas dan Ratusan Mengungsi

Sebagian warga mengungsi di Polres Yalimo, Papua Pegunungan saat terjadi konflik pada Selasa (16/09/2025) (Foto: dok. Polres Yalimo).

PARBOABOA, Jakarta - Kerusuhan berdarah mengguncang Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, setelah diduga dipicu ujaran kebencian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). 

Insiden bermula dari percekcokan antarsiswa di SMA Negeri 1 Elelim pada Selasa (16/9/2025) yang berujung pada aksi penyerangan, pembakaran, hingga jatuhnya korban jiwa.

Seorang siswa berinisial AB disebut mengeluarkan ujaran yang menyinggung teman kelasnya sendiri yang merupakan Warga Asli Papua (WOP).

Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani dalam keterangan yang beredar mengungkapkan tiga orang tewas dalam kerusuhan tersebut. 

Mereka adalah Sadrak Yahame, seorang anak yang meninggal akibat tertembak, serta Nasir Daeng Mappa (44) bersama anaknya Arsya Dafa (9) yang tewas terbakar di dalam mobil. 

Selain itu, seorang bocah bernama Atifa (10) mengalami luka sayatan di leher dan kini dirawat intensif.

Kerusuhan juga menyebabkan tiga anggota TNI AD Satgas Maleo Kopassus terluka akibat serangan panah, sementara sejumlah polisi turut mengalami luka dalam bentrokan itu. 

Dengan data tersebut, total 18 orang terluka, termasuk lima anggota TNI-Polri. Sebagian besar korban kini sudah dievakuasi ke RSUD Wamena maupun RS Bhayangkara Jayapura.

Tidak hanya korban jiwa dan luka, kerusuhan menyebabkan kerugian materi. Puluhan rumah dan kios terbakar, enam rumah dinas anggota Polres Yalimo serta satu mess perwira hangus dilalap api. 

Selain itu, puluhan kendaraan roda dua dan empat juga terbakar, satu gedung sekolah rusak, dan kantor distrik ikut menjadi sasaran amuk massa.

Situasi genting memaksa sekitar 600 warga Elelim mengungsi ke Wamena demi menyelamatkan diri. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat karena eskalasi kerusuhan. 

Usut Pelaku

Di tengah kondisi tersebut, Himpunan Mahasiswa Kabupaten Yalimo (HMKY) se-Indonesia angkat suara. 

Mereka mendesak Polda Papua dan Polres Yalimo segera mengusut tuntas pelaku ujaran rasisme yang memicu konflik. 

Wakil Ketua HMKY, Peres Walilo, menegaskan kepolisian juga harus mengusut penembakan terhadap warga sipil. 

“Kami minta aparat segera selesaikan kericuhan yang diduga dipicu ujaran rasisme oleh salah satu siswa SMA kepada siswa orang asli Papua. Situasi tidak boleh semakin memanas,” katanya dalam keterangan yang diterima Kamis (18/9/2025).

Mahasiswa juga menolak rencana penambahan pasukan ke Yalimo. Menurut mereka, kebijakan itu justru membuat warga semakin takut. 

“Tidak usah kirim aparat lagi, yang harus dilakukan adalah tangkap pelaku ujaran rasisme dan usut penembakan,” ujar Walilo.

Data yang dihimpun mahasiswa menunjukkan beberapa korban penembakan adalah siswa dan warga sipil, yakni Alex Tuliahanuk, Thomas Aliknoe, dan Siro Wandik. 

Atas kondisi itu, mereka mendesak Pemerintah Kabupaten Yalimo dan DPRD setempat segera mengambil langkah konkret agar tidak terjadi aksi susulan.

Hingga kini, Yalimo masih diliputi ketegangan. Masyarakat setempat berharap tragedi ini segera menemukan jalan penyelesaian hukum yang adil.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS