PARBOABOA, Jakarta - Wabah demam berdarah sedang melanda pengungsi di Sudan, yang saat ini terkena dampak dari konflik berkepanjangan dan membuat ratusan orang meninggal dunia.
Dalam pernyataannya, serikat dokter Sudan mengingatkan bahwa situasi kesehatan di negara bagian Gedaref, yang terletak di bagian tenggara dan berbatasan dengan Ethiopia, telah mengalami penurunan yang sangat serius, dengan ribuan orang terjangkit demam berdarah.
Menurut data dari PBB, menunjukkan bahwa lima bulan setelah perang, sekitar 80 persen rumah sakit di Sudan tidak beroperasi, hal itu membuat situasi kesehatan yang semakin memburuk.
Sebelum konflik, sistem layanan kesehatan yang masih tersisa, berjuang menghadapi wabah penyakit selama musim hujan, termasuk malaria dan demam berdarah.
Namun, tahun ini, dengan hadirnya lebih dari 250.000 pengungsi internal di Gedaref, situasinya rumah sakit semakin parah.
Petugas medis dari Rumah Sakit Gedaref mengatakan bahwa semua tempat tidur rumah sakit sudah terisi penuh, terutama oleh pasien anak-anak.
Menurut petugas kesehatan PBB, ada beberapa faktor yang membuat risiko wabah penyakit meningkat, diantaranya kekerasan yang terjadi, musim hujan, dan infrastruktur yang rusak membuat situasi semakin bahaya.
Selain demam berdarah, cuaca buruk juga telah menyebabkan kematian lebih dari 1.200 anak di kamp pengungsi sejak Mei lalu, sebagian besar akibat campak.
Demam Berdarah Dengue (DBD) sendiri ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk ini berkembang pesat selama musim hujan. Ketika nyamuk pembawa virus menggigit manusia, virus dengue akan berpindah ke tubuh individu dan mengalami masa inkubasi selama 4 hingga 10 hari sebelum gejala infeksi muncul.
Gejala awal terjangkit DBD ini, diantaranya demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot, mual, nyeri ulu hati, dan tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, serta bintik-bintik merah pada kulit.
Sementara fase kritisnya, dapat menyebabkan tubuh lemas, menurunannya kesadaran, tekanan darah rendah, nyeri, muntah bahkan pendarahan.
Editor: Atikah Nurul Ummah