PARBOABOA, Jakarta - Salah satu negara di Timur Tengah, Iran telah melangsungkan pemilihan umum pada Jumat (28/6/2024) kemarin.
Pemilu yang seharusnya digelar di 2025 ini dipercepat karena Presiden Iran sebelumnya, Ebrahim Raisi tewas pada kecelakaan helikopter Mei lalu.
Helikopter yang membawa Raisi jatuh di pegunungan dan hutan di Iran barat laut dalam perjalanan kembali ke Tabriz, ibu kota provinsi Azerbaijan Timur Iran.
Selain Raisi, Perdana Menteri tujuh orang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian dan 6 lainnya juga tewas.
Proses pemungutan suara kali ini diikuti lebih dari 61 juta warga Iran di atas 18 tahun sudah rampung pada Sabtu (29/6/2024) dini hari tadi. Proses selanjutnya, yaitu penghitungan suara awal, yang akan dilaksanakan hari ini
Pemilu Iran kali ini diikuti oleh empat calon presiden, yaitu Saeed Jalili, Mohammad Bagher Ghalibaf, Masoud Pezeshkian, dan Pourmohammadi.
Masing-masing calon memiliki rekam jejak dan latar belakang yang berbeda, yang akan menjadi pertimbangan penting bagi para pemilih.
1. Mohammad Bagher Ghalibaf
Ghalibaf menjadi salah satu dari dua kandidat terkuat dalam Pemilu Iran kali ini. Ketua Parlemen Iran ini dikenal sebagai seorang teknokrat dengan pandangan konservatif, yang telah lama berpengaruh dalam politik Iran.
Mohammad Bagher Ghalibaf sering disebut sebagai kandidat langganan dalam pemilihan presiden Iran. Dia sudah beberapa kali mencalonkan diri sebagai presiden.
Pada Pemilu 2013, Ghalibaf kalah dari Hassan Rouhani dan hanya mendapatkan 6.077.292 suara, menduduki posisi kedua.
Sebelumnya, ia juga ikut dalam pemilihan presiden pada tahun 2005. Pada Pemilu 2017, Ghalibaf kembali mencalonkan diri, tetapi akhirnya mengundurkan diri pada 15 Mei 2017 untuk mendukung Ebrahim Raisi.
Ghalibaf disebut memiliki hubungan dekat dengan Korps Pengawal Revolusi Islam atau Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Meski memenuhi segala persyaratan, namun Ghalibaf berpotensi mendapat serangan dari media ultrakonservatif.
Sebelum menjadi politisi, Ghalibaf pernah menjadi panglima IRGC pada 1997 dan kepala kepolisian Iran di periode 2000-2005.
Selama menjabat sebagai kepala kepolisian, Ghalibaf melakukan modernisasi dan memperkuat institusinya. Ia juga kerap terlibat menangani aksi unjuk rasa pelajar Iran di 2003.
2. Saeed Jalili
Jalili disebut menjadi pesaing kuat Ghalibaf, karena sama-sama berhaluan konservatif. Hanya saja, Jalili merupakan politikus konservatif garis keras.
Ia juga disebut telah memenuhi banyak kriteria menjadi Presiden Iran, karena memperoleh dukungan dari lembaga negara.
Selain Ghalibaf, Jalili juga memiliki hubungan kuat dengan Ayatollah Ali Khamenei dan paramiliter Korps Angkatan Bersenjata Iran.
Ketua Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri Iran itu juga dekat dengan mendiang presiden Ebrahim Raisi.
Jalili juga sempat menjadi pemimpin negosiator nuklir dan wakil menteri luar negeri urusan Eropa dan Amerika.
Pria berusia 59 tahun ini pernah bertugas di perang Irak-Iran pada 1986 dan harus kehilangan sebagian kaki kanannya.
3. Masoud Pezeshkian
Berbeda dengan dua kandidat lainnya yang berasal dari kubu konservatif, Pezeshkian merupakan seorang reformis.
Diketahui dalam tiga tahun terakhir, tidak ada kandidat reformis atau moderat yang disetujui untuk pemilihan presiden terakhir Iran.
Tahun ini, badan resmi yang memiliki wewenang memilih dan mengesahkan para kandidat, Dewan Wali, mengizinkan kandidat dari reformis Iran bertarung di pemilihan presiden.
Jajak pendapat di Iran menyebut Masoud Pezeshkian justru memimpin dalam pemilihan. Ia diproyeksikan akan mendapat 24 persen suara.
Ahli bedah jantung yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Iran periode 2001-2005 ini mengasosiasikan dirinya dengan mantan pemerintahan Presiden Hassan Rouhani yang relatif moderat.
Pezeshkian sebelumnya sempat ingin mencalonkan diri sebagai presiden, namun pencalonannya ditolak Dewan Wali.
Pencalonan Pezeshkian kali ini dinilai telah menghidupkan kembali harapan-harapan sayap reformis Iran setelah bertahun-tahun didominasi kubu konservatif dan ultrakonservatif.
4. Mohammad Taghi Pourmohammadi
Pourmohammadi menjadi satu-satunya kandidat Presiden Iran dari kalangan ulama.
Sebagai seorang ulama dan politikus Muslim Syiah Iran, Pourmohammadi menjadi sosok yang juga membela kaum perempuan di Iran.
Tak banyak referensi terhadap Pourmohammadi. Namun dari Wikipedia, Pourmohammadi merupakan anggota Majelis Ahli ke-4, 5 dan 6 dari daerah pemilihan Azerbaijan Timur.