PARBOABOA, Jakarta - Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat bahwa sepanjang tahun 2023, terdapat 249 kasus penyakit Leptospirosis atau kencing tikus yang terjadi di beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur, dengan sembilan orang yang meninggal dunia.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kabupaten Pacitan merupakan wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yakni sebanyak 204 kasus dengan 6 orang meninggal. Sementara itu, Kabupaten Probolinggo memiliki 3 kasus dengan 2 orang meninggal, Kabupaten Gresik 3 kasus, Kabupaten Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan 1 orang meninggal, Kabupaten Sampang 22 kasus, dan Kabupaten Tulungagung 4 kasus.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa Khofifah menjelaskan bahwa leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan demam berdarah. Namun, leptospirosis bukan disebabkan oleh virus melainkan oleh bakteri Leptospira.
Penyakit ini dapat menyebar melalui urine dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa. Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian.
"Penyakit ini bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya. Tetapi tikus merupakan penyebab utamanya," ujarnya, Senin (06/03/2023.
Oleh karena itu, Khofifah mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, jika merasakan gejala yang sama seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, lelah, serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan, masyarakat harus segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis.