Arab Saudi Minta AS dan Inggris Menahan Diri Pasca Serang Yaman

Pangeran Mohammed bin Salman, meminta Amerika Serikat dan Inggris menahan diri setelah menyerang Yaman. (Foto: Instagram/@special_royal)

PARBOABOA, Jakarta - Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, meminta Amerika Serikat dan Inggris menahan diri setelah menyerang Yaman pada Jumat (12/1/2024) dini hari.

Sebanyak 73 serangan AS dan Inggris ke Yaman tersebut telah menyebabkan lima tentara Houthi tewas. 

Dalam sebuah pernyataan resmi, Arab Saudi, yang dipimpin oleh Pangeran Mohammed bin Salman, mengajak semua pihak untuk menghindari eskalasi konflik di Laut Merah.

Arab Saudi menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan Laut Merah, yang merupakan jalur penting bagi navigasi internasional.

Di sisi lain, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik serangan bersama AS dan Inggris terhadap Houthi di Yaman.

Erdogan menuduh kedua negara tersebut berusaha mengubah Laut Merah menjadi zona konflik dan menilai serangan itu sebagai penggunaan kekuatan yang tidak proporsional.

Nato Sebut Iran Punya Andil Hentikan Houthi

North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada Jumat (12/1/2024), menegaskan bahwa Iran memiliki peran penting dalam mengakhiri serangan Houthi. 

Juru bicara NATO, Dylan White, menyatakan bahwa serangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris adalah tindakan defensif untuk menjaga kebebasan navigasi. 

NATO juga menyoroti serangan-serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah sebagai ancaman serius terhadap keamanan maritim dan perdagangan internasional.

Seperti diketahui, Houthi merupakan sebuah kelompok yang bersekutu dengan Iran dan menguasai sebagian besar Yaman.

Kelompok ini telah menyerang kapal-kapal komersial yang dikatakan terkait dengan Israel atau menuju pelabuhan.

Mereka mendukung Hamas di Palestina dan menuntut Israel menghentikan serangannya terhadap warga di Jalur Gaza.

Editor: Atikah Nurul Ummah
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS