PARBOABOA, Jakarta - Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) secara resmi mendirikan Pusat Koordinasi Sipil-Militer (CMCC) di Israel pada Selasa (17/10/2025), sebagai bagian dari upaya internasional yang diprakarsai Washington untuk menstabilkan situasi di Jalur Gaza pasca-penandatanganan rencana perdamaian yang dimediasi Amerika Serikat.
Langkah ini disebut sebagai tonggak baru dalam upaya menuju transisi pemerintahan sipil di wilayah yang dilanda konflik tersebut.
Dalam pernyataan resminya, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengumumkan pendirian Pusat Koordinasi Sipil-Militer (CMCC) di Israel pada 17 Oktober 2025.
Pembentukan pusat ini dilakukan hanya lima hari setelah sejumlah pemimpin dunia menandatangani rencana perdamaian yang dimediasi AS untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Gerakan Hamas di Jalur Gaza.
CMCC dirancang sebagai pusat koordinasi utama bagi pengiriman bantuan kemanusiaan dan logistik, serta untuk mendukung proses stabilisasi di Gaza setelah gencatan senjata diberlakukan.
Melalui CMCC, militer AS akan membantu menyalurkan dan mengoordinasikan bantuan dari berbagai mitra internasional tanpa mengerahkan pasukan langsung ke wilayah Palestina.
Personel CENTCOM akan berperan dalam memfasilitasi arus bantuan kemanusiaan, menjamin keamanan distribusi logistik, serta memastikan keterlibatan lembaga-lembaga internasional berjalan secara efektif.
Jenderal Brad Cooper, Kepala CENTCOM, menegaskan bahwa dalam dua pekan mendatang pihaknya akan mengintegrasikan perwakilan dari negara-negara mitra, lembaga swadaya masyarakat, institusi global, hingga sektor swasta ke dalam struktur pusat koordinasi tersebut.
Jenderal Cooper juga menekankan bahwa CMCC tidak hanya berfungsi untuk menangani isu kemanusiaan, tetapi juga menjadi fondasi bagi transisi menuju pemerintahan sipil di Gaza.
Tim CMCC akan bertugas memantau implementasi gencatan senjata, menilai perkembangan keamanan dan sosial di lapangan, serta menyediakan ruang bagi pertemuan multilateral untuk memastikan koordinasi lintas lembaga berjalan konsisten.
Upaya ini diharapkan dapat menciptakan dasar yang kuat bagi stabilitas politik jangka panjang di Gaza.
Pendirian CMCC ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian gencatan senjata Gaza yang ditandatangani pada 13 Oktober oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Kesepakatan tersebut berakar pada rencana perdamaian 20 poin yang diumumkan Trump pada 29 September, yang menuntut gencatan senjata segera disertai pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Dokumen perdamaian itu juga menegaskan bahwa Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya tidak akan dilibatkan dalam pemerintahan baru Gaza.
Sebagai gantinya, kendali atas wilayah tersebut akan diserahkan kepada komite teknokratis yang diawasi oleh badan internasional dengan kepemimpinan langsung dari AS.
Mekanisme ini dipandang sebagai langkah strategis untuk menghindari kebangkitan kembali kekerasan serta membuka jalan bagi terbentuknya tatanan politik yang lebih stabil dan berorientasi pada rekonstruksi.
Dengan berdirinya CMCC di Israel, Amerika Serikat berupaya menegaskan perannya sebagai mediator utama dalam menjaga stabilitas Timur Tengah.
Namun, tantangan besar masih membayangi, terutama dalam memastikan kepercayaan antar pihak dan mencegah terjadinya pelanggaran gencatan senjata.
Meski demikian, pendirian pusat koordinasi ini dinilai sebagai langkah konkrit menuju rekonstruksi Gaza, sekaligus sinyal kuat bahwa diplomasi internasional masih memiliki ruang untuk menciptakan perdamaian berkelanjutan di kawasan tersebut.