Untuk Pertama Kalinya, Nyamuk Ditemukan Hidup di Islandia, Perubahan Iklim Mulai Ubah Ekosistem Kutub Utara

Ilustrasi - Seekor nyamuk. (Foto: Dok. ANTARA)

PARBOABOA, Jakarta Penemuan tiga ekor nyamuk hidup di lembah Kjos, Islandia, pada Oktober 2025 mencetak sejarah baru bagi negara yang selama ini bebas dari serangga penghisap darah itu.

Kasus ini menandai babak baru dalam perubahan iklim global yang mulai mengubah batas-batas alami kehidupan di kawasan dingin ekstrem.

Sejarah baru tercipta di Islandia. Untuk pertama kalinya, tiga ekor nyamuk ditemukan hidup di wilayah Kjos, sebuah lembah pedesaan yang terletak dekat Hvalfjordur.

Penemuan langka itu terjadi pada awal Oktober 2025 dan langsung menarik perhatian publik serta komunitas ilmiah dunia.

Penemuan ini pertama kali dilaporkan oleh seorang penggemar serangga, Bjorn Hjaltason, melalui grup Facebook Skordyr á Íslandi (Serangga di Islandia).

Laporan tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Layanan Penyiaran Nasional Islandia (RÚV) pada Senin, 20 Oktober 2025.

Hjaltason melaporkan bahwa ia menemukan serangga kecil menyerupai nyamuk di sekitar area lembah yang biasanya diselimuti suhu rendah hampir sepanjang tahun.

Diverifikasi Secara Ilmiah

Sampel nyamuk yang ditemukan Hjaltason kemudian diserahkan ke Institut Sejarah Alam Islandia untuk dilakukan analisis.

Setelah diteliti oleh ahli entomologi Matthias Alfredsson, hasilnya memastikan bahwa spesimen tersebut benar-benar merupakan nyamuk.

Alfredsson mengidentifikasi spesies tersebut sebagai Culiseta annulata, jenis nyamuk yang dikenal memiliki kemampuan bertahan hidup di suhu rendah dan umum ditemukan di Eropa Utara.

“Besar kemungkinan nyamuk ini akan menetap di sini,” ujar Alfredsson.

“Spesies ini mampu bertahan selama musim dingin dengan bersembunyi di tempat teduh, seperti ruang bawah tanah atau kandang ternak,” lanjutnya.

Meskipun sebelumnya Islandia pernah ada nyamuk yang terbawa pesawat atau kapal, kasus kali ini berbeda.

Ini adalah pertama kalinya nyamuk ditemukan hidup dan beradaptasi langsung di alam Islandia.

Para ilmuwan menilai temuan ini sebagai sinyal penting bahwa perubahan suhu dan ekosistem negara tersebut mulai memberi ruang bagi spesies yang sebelumnya mustahil bertahan di sana.

Sejak tahun 2015, Islandia memang telah mengalami peningkatan suhu rata-rata tahunan sekitar 1,2°C, menurut data Icelandic Meteorological Office.

Peningkatan ini pula yang diduga membuat beberapa serangga tahan dingin seperti agas penggigit (biting midges) berhasil menetap dan berkembang biak di sana.

Dengan munculnya nyamuk, para ilmuwan meyakini ada kemungkinan ekosistem baru yang sedang terbentuk.

Penemuan ini memperkuat bukti ilmiah bahwa perubahan iklim global telah memperluas jangkauan habitat serangga, termasuk yang biasanya hanya hidup di daerah beriklim sedang.

Naiknya suhu rata-rata bumi membuat musim dingin di wilayah utara menjadi lebih pendek dan tidak terlalu ekstrem, menciptakan peluang bagi spesies seperti Culiseta annulata untuk bertahan.

Berdasarkan laporan European Environment Agency (EEA), peningkatan suhu global sebanyak 1,5°C saja sudah cukup untuk menggeser habitat berbagai spesies serangga hingga ke lintang yang lebih tinggi, termasuk kawasan kutub yang dulunya terlalu dingin untuk menopang kehidupan mereka.

Alasan Serangga Tak Bisa Hidup di Daerah Kutub

Secara ilmiah, sebagian besar serangga tidak dapat hidup di wilayah kutub karena tubuh mereka tidak memiliki sistem yang mampu mencegah pembekuan cairan internal di bawah suhu 0°C.

Ketika suhu terlalu rendah, cairan tubuh serangga membeku dan menghancurkan jaringan vital mereka.

Selain itu, kutub memiliki periode siang dan malam ekstrem yang mengganggu siklus hidup serangga, termasuk proses metamorfosis dan reproduksi.

Ketersediaan sumber makanan pun sangat terbatas, tidak ada tumbuhan berbunga, tidak ada genangan air hangat, dan hampir tak ada inang untuk dihisap.

Namun, beberapa spesies seperti Culiseta annulata mulai menunjukkan adaptasi luar biasa, dengan memanfaatkan ruang tertutup yang lebih hangat sebagai tempat berhibernasi selama musim dingin.

Fenomena inilah yang kini tampak mulai terjadi di Islandia.

Penemuan nyamuk di Islandia tidak hanya mengejutkan, tetapi juga memberi sinyal serius tentang perubahan ekosistem di kawasan dingin dunia.

Bila tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade mendatang, serangga tropis lain akan mulai muncul di daerah utara.

Para ilmuwan menilai, perubahan kecil seperti ini bisa mengganggu keseimbangan ekosistem lokal, mempengaruhi rantai makanan, hingga menimbulkan risiko penyebaran penyakit baru.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS