PARBOABOA - Pernahkah kamu mendengar istilah penyakit Bell’s Palsy?
Kata Bell’s Palsy diambil dari nama seorang dokter, Sir Charles Bell. Ia juga orang pertama yang menjelaskan kondisi tentang penyakit ini dan menghubungkannya dengan kelainan saraf.
Bell’s Palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Bell’s palsy terjadi karena disfungsi saraf VII (saraf fascialis). Beberapa ahli mengatakan penyebab Bell’s Palsy berupa virus herpes yang membuat saraf menjadi bengkak akibat infeksi.
Tanda dan Gejala Bell’s Palsy
Berbeda dengan stroke, kelumpuhan akibat penyakit yang satu ini terjadi pada salah satu sisi wajah dan ditandai dengan gejala sebagai berikut :
• Nyeri telinga pada sisi wajah yang lumpuh.
• Telinga yang terpengaruh akan lebih sensitif terhadap suara.
• Berdenging pada salah satu telinga atau indra perasa.
• Penurunan atau perubahan pada indra perasa.
• Bagian mulut yang terpengaruh akan mudah berliur.
• Mulut terasa kering.
• Rasa sakit di sekitar rahang.
• Kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah.
• Mata tidak bisa tertutup.
• Tidak bisa meniup.
Orang yang Rentan Mengalami Bell’s Palsy
• Orang berusia 15-60 tahun.
• Penderita diabetes.
• Penderita infeksi saluran pernapasan, seperti influenza atau flu.
• Ibu hamil, terutama saat trimester akhir atau minggu pertama setelah melahirkan.
• Orang yang sedang mengalami migrain.
Penyebab Bell’s Palsy
Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit Bell’s Palsy.
Diduga, kondisi ini diakibatkan saraf yang mengendalikan otot wajah tertekan atau terganggu. Selain itu, beberapa peneliti mengatakan kondisi ini disebabkan oleh peradangan infeksi virus, salah satunya ialah virus herpes.
Selain virus herpes, berikut beberapa penyakit infeksi virus yang diduga memiliki hubungan dengan Bell’s Palsy :
• Herpes simpleks.
• Cacar air dan herpes zoster.
• Mononukleus menular (epstein-barr).
• Infeksi sitomegalovirus.
• Penyakit pernapasan (adenovirus).
• Campak Jerman ( rubella).
• Gondongan (virus gondong).
• Flu (flu B).
• COxsackievirus.
Ciri-ciri Bell’s Palsy akan Sembuh
Biasanya, pada Bell’s Palsy yang cepat mendapatkan penanganan, dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan kamu sudah bisa mulai pulih. Biasanya kondisi ini ditandai dengan fungsi-fungsi otot-otot wajah yang kembali normal.
Cara Mengatasi Bell’s Palsy
Penderita dengan gejala ringan umumnya membutuhkan waktu pemulihan 2-24 minggu. Namun, pada beberapa kasus, proses penyembuhan bisa memakan waktu yang lebih lama. Untuk mempercepat proses kembalinya fungsi saraf dan otot wajah, berikut beberapa cara mengatasi Bell’s Palsy.
1. Mengkonsumsi Obat-obatan
Berikut beberapa obat-obatan yang biasanya diberikan kepada penderita Bell’s Palsy.
• Obat kortikosteroid (contoh : methylprednisolone).
• Obat antivirus (contoh : acyclovir, valacyclovir).
• Obat pereda nyeri (contoh : paracetamol, ibuprofen).
2. Terapi dan Tindakan
Untuk mempercepat proses kembalinya fungsi saraf dan otot wajah, ada beberapa perawatan lain yang dapat kamu lakukan, seperti fisioterapi atau suntik botox pada penderita yang mengalami ketegangan pada salah satu otot wajah.
3. Operasi
Operasi bisa mengembalikan wajah ke posisi normal dan lebih simetris dari sebelumnya.
4. Perawatan Mandiri
Berikut beberapa perawatan mandiri yang bisa kamu lakukan sendiri dirumah.
• Gunakan obat tetes mata pada siang hari.
• Gunakan salep mata pada malam hari.
• Gunakan penutup atau perekat mata saat sedang tidur.
• Gunakan pelindung mata.
• Gunakan sedotan saat sedang minum agar air minum tidak menetes.
• Istirahat yang cukup.
Cara Mencegah Terjadinya Bell’s Palsy
Walau tidak bisa untuk dicegah. Namun, kamu dapat menurunkan resikonya dengan beberapa upaya berikut.
• Mengontrol penyakit yang dapat memicu terjadinya Bell’s Palsy, seperti diabetes.
• Menghindari paparan udara dingin yang berlebihan.
• Menjaga berat badan.
• Melakukan pola hidup sehat.
Seperti kata pepatah, “Jangan menunggu sakit baru memulai pola hidup sehat. Budayakan hidup sehat untuk mencegah penyakit.” Salam Sehat.