PARBOABOA, Jakarta – Sejumlah kecamatan yang berada di Karawang, Jawa Barat terdampak kekeringan karena fenomena iklim El Nino. Akibatnya, delapan desa di empat kecamatan mengalami krisis air bersih.
Delapan desa itu yakni Jatilaksana, Kertasari dan Tamanmekar di Kec. Pangkalan. Kemudian, Desa Cigunungsari, Kutalanggeng serta Cintalanggeng di Kec. Tegalwaru.
Lalu ada Desa Wanakerta di Kec. Telukjambe Barat dan Desa Wanakerta di Kec. Ciampel yang juga mengalami krisis air bersih.
Bencana kekeringan pun turut melanda sejumlah persawahan di sejumlah kecamatan lain yang ada di Karawang.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Karawang mencatat, total luas area persawahan yang dilanda kekeringan berjumlah lebih dari 1.000 haktare.
Area persawahan yang dilanda kekeringan cukup luas ada di Kec. Pakisjaya dan Banyusari dengan ratusan hektare. Sedangkan untuk Kec. Pedes, Katuwaluya, dan Cibuya hanya mengalami kekeringan per spot.
Dalam upaya mengatasi krisis ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang melakukan pengiriman air bersih dengan menggunakan mobil tengki.
Per harinya, BPBD menyalurkan delapan rit dengan kapasitas 5.000 liter air bersih ke kecamatan yang terdampak.
Selain BPBD, distribusi air bersih turut dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Karawang dan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Karawang.
Sementara itu, guna mengatasi kekeringan di area persawahan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Karawang berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta II Jatiluhur guna menyuplai air di saluran irigasi.
Saat ini, pasokan air di sejumlah daerah di Karawang dalam kondisi aman. Namun, hal itu hanya dapat dimanfaatka oleh sawah yang berdekatan dengan saluran irigasi.
Adapun bagi persawahan yang jauh dari lokasi irigasi, petani diharuskan mengairi sawahnya dengan menggunakan pompa.
Kekeringan di Papua
Bencana kekeringan juga melanda Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.
Tak hanya kekeringan akibat musim kemarau panjangan, wilayah Kab. Puncak turut dilanda cuaca dingin ekstrem karena lokasinya yang berada di ketinggian.
Peristiwa tersebut pun menyebabkan gagal panen hingga membuat warga kesulitan dalam mendapatkan bahan makanan dan air bersih sejak 3 Juni 2023 lalu.
Dampaknya, banyak warga di distrik itu mengalami kelaparan. Kondisi ini diperparah dengan distribusi pangan yang berjalan lambat.
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, faktor yang menjadi kendala dalam pendistibuasian bantuan tersebut adalah medan yang cukup sulit.
Karenanya, sambung dia, pilot pesawat yang membawa bantuan pun tidak berani menurunkan barang bawaannya langsung di lokasi.
Imbauan BMKG
Dalam keterangannya pada Selasa (18/7/2023), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memberikan imbauan kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman dampak El Nino.
Dwikorita meminta masyarakat untuk terus menjaga lingkungan, beradaptasi dengan pola tanam, mengatur tata kelola air serta selalu memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim dari BMKG secara berkala.
Pasalnya, kata dia, dampak dari El Nino di Indonesia bukan hanya kekeringan, tetapi juga bencana hidrometeorologi basah berupa banjir.
Menurutnya, hal itu terjadi sebab wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudra dan topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa.
Selain itu, BMKG memprediksi bahwa puncak fenomena El Nino akan terjadi pada pada Oktober-November 2023.