PARBOABOA, Jakarta - Pemerintah, melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) akan membuat beras kemasan sachet untuk mengatasi kesulitan stok cadangan beras yang kian menipis.
Ini merupakan kelanjutan dari program Presiden Jokowi pada 2018 lalu, yang menginginkan masyarakat dapat menjangkau beras murah lewat sejumlah pilihan yang disediakan pemerintah.
Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin, mengapresiasi langkah pemerintah ini karena menyediakan kebijakan alternatif di tengah situasi krisis beras karena sejumlah faktor, termasuk karena perubahan iklim yang tak menentu.
Benjamin menegaskan, di level masyarakat menegah ke bawah atau masyarakat miskin, beras sachet sangat dibutuhkan, terutama mereka yang selama ini dibebani oleh harga beras eceran yang mahal.
Karena itu, ia mengingatkan agar beras sachet ini jangan sampai menimbulkan beban baru bagi masyarakat dengan harga mahal, dan harus dipastikan dapat diakses dengan mudah.
"Yang penting harganya bisa bersaing dengan beras lainnya, dan ketersediaannya bisa sampai di kedai sampah atau toko kecil di dekat rumah," kata Benjamin kepada PARBOABOA, Senin (27/11/2023).
Akademisi Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) ini menambahkan, "yang harus dicamkan baik baik adalah, bahwa selama ini masyarakat menengah kebawah kerap membeli beras eceran, dan membeli dengan cara berhutang."
Karena itu, Benjamin mewanti-wanti, kalau hitung-hitungannya beras sachet lebih mahal, ia pesimis beras itu bisa dibeli masyarakat.
Benjamin mengatakan, dari segi ukuran, beras dalam kemasan sachet memberikan kemudahan penyimpanan, terutama bagi keluarga kecil. Sementara, bagi keluarga dengan konsumsi minimal 1 kg beras setiap hari, yang biasanya membeli secara eceran (kiloan), beras saset cenderung kurang diminati.
Namun, kata Benjamin, potensi pergeseran preferensi terhadap beras sachet muncul apabila harganya lebih terjangkau, sehingga mampu menjadi alternatif menggantikan peran beras eceran dalam konsumsi masyarakat.
Selain harga, Benjamin juga mengingatkan agar beras sachet ini harus unggul dari sisi kualitas. Selama ini, terang dia, beras dari dari Bulog kualitas sangat terjamin.
"Kita harapkan beras bulog ini nantinya tetap memiliki kualitas medium ke atas. Memang sejuh ini beras bulog kualitasnya medium ke atas, dan kita harapkan yang sachet ini juga sama," katanya.
Untuk mencapai keseimbangan harga dan kualitas beras yang baik, Benjamin juga menekankan perlunya Bulog melakukan perhitungan cermat terkait besaran harga beras di tingkat pengecer.
Ia mengatakan, menghitung harga beras tidak hanya sebatas dari Bulog saja, melainkan harus melibatkan seluruh rantai distribusi hingga mencapai konsumen akhir.
"Tentunya dengan menghitung harga beras dari Bulog ditambah rantai distribusi, maka harganya harus dipastikan bersaing. Hal ini penting agar masyarakat dapat merasakan kehadiran pemerintah, terutama di saat harga beras sedang melambung," ujarnya.
Untuk diketahui, stok beras dalam negeri selama bulan September hingga Oktober 2023 mengalami defisit. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), di bulan September, minus sekitar 0,09 juta ton, sementara bulan Oktober minus sekitar 0,27 juta ton.
Defisit dalam rentang waktu ini terjadi karena produksi beras lebih kecil dari tingkat konsumsi - persis, produksi beras hanya berkisar di angka 2,46 juta ton sementara tingkat konsumsi sebanyak 2,55 juta ton.
Editor: Rian