PARBOABOA – Berhenti dari pekerjaan biasanya menjadi sesuatu hal yang mengkhawatirkan. Namun, berhenti dari pekerjaan untuk berkeliling dunia dinilai lebih mengkhawatirkan.
Dilansir dari laman Travel and Leisure, Jumat (12/07/2024) pakar karir millennial, Jill Jacinto manusia diprogram sejak dini untuk mengikuti jadwal mulai dari taman kanak-kanak sampai pensiun.
“Menjadi sukarelawan untuk berhenti dari pekerjaan dan terjun ke dunia yang tidak diketahui jelas sedikit menegangkan,” katanya.
“Ditambah fakta bahwa kehilangan pendapatan dan potensi pertumbuhan karir, dan ini sangat menakutkan. Hal ini membawa kita keluar dari zona nyaman dan memaksa kita untuk hidup dengan cara yang benar-benar berbeda,” tambahnya.
Jill Jacinto mengaku menginginkan hidup tanpa beban. Sehingga ia berkonsultasi dengan para ahli untuk mendapatkan tip dan trik tentang cara berhenti dari pekerjaan dan keliling dunia, tanpa menjadi gila dan khawatir.
Pertama, mulailah mempraktikkan perawatan diri. Saatnya untuk mengatasi kekhawatiran terkait pekerjaan dan perjalanan adalah sekarang, dan bukan di luar negeri.
“Berusahalah untuk meningkatkan ketahanan emosional dan perawatan diri sebelum berangkat,” saran dari Melissa Parks, seorang psikolog yang berspesialisasi dalam membantu ekspatriat dan nomaden digital.
Mulailah dengan mengidentifikasi apa yang menenangkan saat ini dan bagaimana dapat melakukan rutinitas yang sama saat bepergian.
Melissa Parks mengatakan, salah satu praktik perawatan diri sangat bermanfaat adalah mengambil napas yang dalam.
“Ini mungkin sesuatu yang kita lakukan sepanjang hari, setiap hari, tapi pernapasan dangkal mengirimkan pesan ke otak bahwa ada sesuatu yang salah. Sedangkan saat berlatih pernapasan dalam, kita mengirimkan pesan ke pikiran bahwa semuanya baik-baik saja,” ujar Melissa Parks.
Kedua, tinggalkan pekerjaan dengan baik. Ketika tiba waktunya untuk memberikan pemberitahuan, kita ingin pulang dengan kondisi terbaik.
“Jujur saja tentang alasan berhenti dari pekerjaan. Hal ini akan sangat membantu keinginan untuk melihat dunia, sehingga biasanya atasan akan memahami hal itu. Jangan jadikan alasan lain yang merugikan perusahaan,” ujar pelatih karir dan ahli strategi, Hallie Crawford.
Dengan menjelaskan nilai-nilai pribadi, maka akan menuai rasa hormat. Terlepas apakah atasan akan setuju atau tidak dengan alasan berhenti kerja.
Cara lain untuk mengambil hati bos adalah dengan mengatur waktu keberangkatan dengan baik. Jika memungkinkan, jangan berhenti di tengah proyek besar atau ketika bos sudah kehilangan seseorang.
Tanyakan kepada bos, dan jika berangkat pada waktu yang tidak tepat maka pertimbangkan kembali waktunya dan tunda tanggal perjalanan.
Ketiga, perbarui portofolio. Ketika selesai melakukan perjalanan keliling dunia, maka kekhawatiran yang muncul adalah mencari pekerjaan baru.
Namun, Jill Jacinto meyakinkan bahwa ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mempersiapkan diri meraih kesuksesan di masa depan pada pasar kerja.
Misalnya, kembali dari perjalanan bukanlah waktu yang tepat untuk memperbarui portofolio dan resume kita.
Memperbarui portofolio sebaiknya dilakukan sesaat setelah kita berhenti kerja. Saat itu, semua proyek dan pencapaian masih segar dalam ingatan. Di mana hal itu tidak mungkin terjadi setelah kita menghabiskan terlalu banyak hari di bawah sinar matahari seperti Bali.
Selain itu, lakukan juga komunikasi dengan kolega, manajer dan pelanggan. “Kirim email ke tim dan beritahu mereka bahwa anda akan keluar dari pekerjaan,” katanya.
“Anda tidak pernah tahu siapa yang dapat membantu anda dengan pekerjaan di masa depan atau setidaknya nasihat perjalanan yang baik,” ucapnya.
Keempat, belajarlah untuk tetap berada di masa sekarang. Menurut Melissa Parks, ketika kita berfokus pada masa depan, dibandingkan pada masa kini, kita akan merasa khawatir.
Untuk tetap berada di masa sekarang dan tidak melewatkan keajaiban di sekitar, maka latihlah kesadaran.
“Anggap saja ini sebagai latihan untuk otak anda, di mana anda harus memfokuskan otot perhatian anda untuk hadir di masa sekarang daripada khawatir,” ujar Melissa Parks.
Selain itu, berikan pengalaman perjalanan sebagai citra positif. Seorang karyawan yang baik memiliki keterampilan kerja keras yang luar biasa. Keterampilan yang terukur seperti pengetahuan perangkat lunak atau keterampilan bahasa asing.
Namun, pemberi kerja juga mencari orang yang memiliki soft skill, seperti kemampuan berkomunikasi secara efektif dan menjadi pemimpin.
Bepergian ke luar negeri sebenarnya memastikan bahwa kita telah mengasah soft skill dan kita harus menyebutkannya dalam resume dan surat lamaran serta selama wawancara kerja.
“Melihat bagaimana orang lain hidup di berbagai belahan dunia dapat memberi kita gambaran keseluruhan yang lebih baik,” jelas Crawford. “Ini adalah soft skill berharga yang diinginkan oleh pemberi kerja,” tambahnya.
Tidak hanya itu, kemungkinan besar calon pemberi kerja akan terpesona dengan perjalanan kita. Serta keberanian yang diperlukan untuk meninggalkan pekerjaan demi mimpi sebesar itu.
Terakhir, jangan bersembunyi dari kekhawatiran. Tujuannya tentu saja untuk mengurangi rasa khawatir selama bepergian.
Namun, jika tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kekhawatiran, janganlah bersembunyi dari kekhawatiran tersebut.
“Kita bisa membuat diri kita semakin cemas jika kita mengkhawatirkan rasa takut,” ucap Melissa Parks.
Sebaliknya, cobalah strategi yang disebut ‘perubahan tetapi, untuk dan’ dalam rangka memastikan kekhawatiran tidak menghambat kita.
Begini cara kerjanya, daripada mengatakan saya akan bepergian tapi saya khawatir, katakan saya khawatir dan saya akan bepergian.
Anda mungkin akan terkejut betapa Anda merasa lebih tenang saat melepaskan kekhawatiran, tapi jangan biarkan hal itu menghentikan Anda dalam mengejar impian Anda.
Editor: Fika