Cara Tepat Memarahi Anak Tanpa Kekerasan dan Bentakan

Cara Memarahi Anak yang Baik (Foto : Grid.id)

PARBOABOA – Sebagai orang tua, pasti kita pernah mengalami situasi di mana kita merasa stres atau marah karena perilaku anak. Namun, penting untuk diingat bahwa anak-anak memiliki energi yang berbeda dengan orang dewasa dan cara yang efektif untuk memarahi mereka berbeda pula.

Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memarahi anak agar tidak berdampak buruk. Pertama, hindari menggunakan kekerasan fisik atau verbal karena itu dapat meninggalkan trauma pada anak dan membuat mereka merasa tidak aman.

Sebagai orang tua yang bijak, penting mengetahui cara-cara yang baik untuk memarahi anak tanpa adanya kekerasan. Berikut ini Parboaboa akan memberikan cara memarahi anak yang baik dan efektif tanpa adanya kekerasan dan bentakan.

Cara Memarahi Anak yang Baik

Memarahi anak dengan kasih sayang(Foto: Parenting.id)
  • Tidak Membentak atau Berteriak

Memarahi anak dengan cara membentak dan berteriak adalah cara yang tidak efektif. Sebaliknya, ada kecenderungan anak untuk melawan. Ketika Bunda merasa marah, lebih baik untuk duduk sejajar dengan anak dan melihat mata anak. Kemudian sampaikan pada anak kesalahan yang dilakukannya dan konsekuensi dari perbuatannya sehingga anak dapat memahami.

  • Mendengarkan Anak

Ketika anak berulah, cobalah untuk mengkomunikasikan apa yang ia rasakan. Tanyakan padanya dengan lembut apa yang membuat anak melakukan kesalahan tersebut. Usahakan agar anak tetap merasa nyaman dan tidak takut dalam menyampaikan perasaannya.

  • Mengendalikan Emosi

Ketika anak marah dan berteriak saat sesuatu tidak sesuai dengan keinginannya, maka cobalah untuk merefleksikan diri Bunda. Mungkin Bunda pernah melakukan hal yang serupa di depan anak, sehingga anak merekam segala sesuatu yang ada dihadapannya sekaligus menirukannya.

  • Memberi Pilihan

Cara memarahi anak selanjutnya adalah dengan melihat terlebih dahulu kesalahan yang dilakukannya. Sebagai contoh, ketika kakak mendorong adik, Bunda dapat memberi tahu anak bahwa ada cara lain untuk menyuruh adiknya minggir, misalnya dengan berkata atau memintanya bergeser. Jelaskan pada anak konsekuensi dari dua perilaku tersebut agar anak dapat memahami konsep sebab dan akibat.

  • Mencoba Metode Time-Out

Menurut Very Well Family, metode time-out dapat mengajarkan anak cara untuk menenangkan diri sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik. Metode ini juga dapat mendisiplinkan anak secara efektif. Cara ini dilakukan dengan membawa anak ke dalam ruangan yang tenang, menjauhkannya dari hal-hal yang menyenangkan, dan melarangnya untuk berinteraksi dengan orang lain. Setelah itu, Bunda dapat memberikan nasihat pada anak agar tidak mengulangi perilaku buruknya lagi.

  • Memberikan Konsekuensi

Cara memarahi anak selanjutnya adalah dengan memberikan konsekuensi yang sesuai dengan kesalahan anak. Mungkin orang tua sering menyesal setelah memarahi anak, namun hal tersebut dapat dihindari dengan memberikan konsekuensi yang jelas dan sesuai. Misalnya, ketika anak tidak menyelesaikan tugasnya, maka ia tidak diizinkan untuk bermain dengan teman atau bermain gawai sampai tugasnya selesai. Dengan memberikan konsekuensi yang tepat, anak dapat belajar dari kesalahannya dan memperbaiki perilakunya di masa depan.

Dampak Akibat Sering Memarahi dan Memukul Anak

Dampak akibat memarahi anak(Foto: Popmama.com)
  • Merugikan Kesehatan Fisik Anak

Dampak dari memarahi anak juga dapat merugikan kesehatan fisik si kecil. Jika anak sering dimarahi, maka ia dapat merasa stres. Jika hal ini terus berlanjut, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit ketika anak dewasa nanti.

  • Meningkatkan Risiko Gangguan Psikologis pada Anak

Kekerasan dan bentakan yang diterima si kecil dapat menyakiti hatinya dan mengganggu psikisnya. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada psikologis anak, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

  • Merusak Hubungan Antara Orang Tua dan Anak

Dampak dari memarahi anak dengan kekerasan adalah dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Sebab, kekerasan tidak akan menimbulkan rasa empati. Faktanya, memarahi anak dengan kekerasan dapat membuat hubungan orang tua dan anak semakin terdistorsi.

  • Membuat Anak Merasa Tidak Dihargai

Dampak selanjutnya dari sering memarahi dan memukul anak adalah membuat si kecil merasa tidak dihargai. Menurut psikolog di Harvard Medical School, Joseph Shrand, berteriak adalah cara tercepat untuk membuat seseorang merasa bahwa dirinya tidak dihargai.

  • Memperburuk Perilaku Anak

Dampak dari sering memarahi anak adalah dapat memperburuk perilaku anak. Memarahi anak memang dianggap sebagai solusi cepat untuk mendisiplinkan anak, namun kebiasaan ini dapat membuat anak semakin terbiasa berperilaku buruk di masa depan.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih cara yang lebih positif dan efektif dalam mendisiplinkan anak. Sebagai contoh, memberikan reward ketika anak berperilaku baik, memberikan penjelasan dengan cara yang baik dan tenang ketika anak melakukan kesalahan, dan memberikan pengarahan dan bimbingan dengan cara yang positif dan ramah. Dengan cara ini, anak dapat memahami kesalahan dan memperbaiki perilakunya tanpa merugikan kesehatan fisik dan mentalnya.

Editor: Lamsari Gulo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS