Mewujudkan Indonesia Bebas Stunting: Antara Kebijakan, Pola Asuh dan Nutrisi

Ilustrasi anak stunting. (Foto: X/@nutrisistud)

PARBOABOA, Jakarta - Indonesia masih bergelut dengan masalah gizi yang semakin kompleks, salah satunya stunting.

Menilik angka prevalensi, selama beberapa tahun terakhir, stunting atau kekurangan gizi dalam negeri memperlihatkan pola naik-turun. 

Pada periode 2010-2013, misalnya, kasus stunting meningkat, lalu menurun di tahun berikutnya selama periode 2014-2018.

Harapan sempat muncul pada tahun 2021 ketika Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat penurunan stunting sebesar 3,3%, menjadi 24,4%. 

Tren positif ini berlanjut pada 2022, dengan angka stunting turun menjadi 21,6%. 

Kendati demikian, tantangan gizi di Indonesia tetap perlu mendapat perhatian serius untuk mencegah dampak jangka panjang yang dapat merugikan generasi mendatang.

Apalagi, di awal tahun ini, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyoroti lambatnya penurunan angka stunting di Indonesia, yang menurut data Kemenkes pada tahun 2023, hanya turun tipis menjadi 21,5 persen dari 21,6 persen pada tahun sebelumnya. 

Penurunan sebesar 0,1 persen ini dianggap masih jauh dari target yang diharapkan.

Salah satu penyebab rendahnya penurunan angka stunting, kata dia, adalah belum adanya model implementasi yang efektif untuk program yang telah ditetapkan. 

Menkes Budi menilai ada hambatan di lapangan yang membuat pelaksanaan program pencegahan stunting belum optimal.

Ia juga mengungkapkan bahwa masalah stunting hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia, tanpa ada satu daerah pun yang berhasil secara konsisten menurunkan prevalensi. 

Hal ini mau menunjukkan bahwa tantangan dalam mengatasi masalah gizi buruk masih besar dan merata di berbagai provinsi, kabupaten dan kota.

Adapun saat ini, Kemenkes sedang melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan gizi buruk dengan fokus khusus pada anak-anak yang masuk kategori wasting dan berisiko tinggi mengalami stunting. 

Ada harapan, penerapan protokol pencegahan stunting yang ideal ini dapat segera dioptimalkan di seluruh daerah. Lebih-lebih, data lain menunjukkan bahwa jumlah anak yang berhasil keluar dari kondisi stunting dan jumlah anak yang baru masuk kategori stunting hampir sama. 

Itulah sebabnya, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi menekankan pentingnya memberikan dukungan khusus kepada ibu hamil, bayi di bawah usia dua tahun (baduta) dan ibu menyusui sebagai bagian penting dari upaya pencegahan stunting.

Kemenkes yakin bahwa dengan terus menerapkan protokol yang ada secara konsisten, program pencegahan stunting akan berjalan lebih efektif dan dapat menurunkan angka stunting di Indonesia secara signifikan.

Stunting

Mengacu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial.

Seseorang dapat dikategorikan stunting jika tinggi badannya lebih dari dua standar deviasi di bawah standar pertumbuhan anak yang ditetapkan oleh WHO. Stunting harus diwaspadai karena dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.

Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes dan kanker.

Tanda-tanda stunting pada anak bisa terlihat dari tinggi badannya yang di bawah rata-rata teman sebayanya. Anak-anak ini juga mengalami kesulitan dalam menaikkan berat badan, bahkan cenderung menurun. Mereka sering terlihat mudah lelah dan kurang aktif dibandingkan anak seusianya.

Untuk mencegah stunting, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan: perbaikan pola makan, pengasuhan yang baik, serta sanitasi dan akses air bersih yang memadai. Semua elemen ini saling mendukung dalam menjaga pertumbuhan dan kesehatan anak secara optimal.

  • Pola Makan

Kurangnya jumlah dan kualitas gizi dalam makanan menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan stunting pada anak. Oleh karena itu, penting untuk membiasakan pemberian gizi seimbang dalam menu harian anak.

Untuk mencapai gizi seimbang, perbanyaklah asupan protein dan konsumsi sayuran serta buah-buahan. Dalam satu piring makanan, setengahnya sebaiknya diisi dengan sumber protein, baik dari hewani maupun nabati, dengan proporsi yang lebih banyak daripada karbohidrat. Sisanya bisa diisi dengan sayuran dan buah-buahan.

  • Pola Asuh

Pola asuh orangtua berperan penting dalam pencegahan stunting, terutama dalam hal pemberian makanan yang tepat. Edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan gizi juga diperlukan bagi remaja, karena mereka adalah calon ibu dan keluarga. Dengan pengetahuan yang baik, upaya pencegahan stunting dapat dimulai lebih awal.

Selain itu, imunisasi harus menjadi bagian dari upaya pencegahan untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya. Imunisasi ini dapat diakses secara gratis di posyandu atau puskesmas terdekat.

  • Sanitasi dan Akses Air Bersih

Akses air bersih dan sanitasi yang buruk di lingkungan rumah dapat meningkatkan risiko infeksi pada anak-anak. Penelitian dari Harvard Chan School menunjukkan bahwa diare adalah faktor ketiga yang paling sering menyebabkan gangguan kesehatan pada anak, termasuk stunting.

Diare sering kali disebabkan oleh masuknya kotoran ke dalam tubuh, baik melalui makanan, minuman, atau kontak langsung. Karena itu, penting untuk membiasakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun serta menghindari praktik buang air besar sembarangan di lingkungan keluarga.

Peran orangtua, terutama ibu, sangat krusial dalam memastikan kebiasaan hidup bersih dan sehat ini diterapkan, sehingga kesehatan seluruh anggota keluarga tetap terjaga.

Nutrisi yang Wajib Dipenuhi

Risiko stunting pada anak juga dapat dikurangi dengan memastikan asupan nutrisi yang memadai. Menurut UNICEF, anak-anak memerlukan sekitar 40 jenis nutrisi berbeda untuk mendukung pertumbuhan yang optimal.

Upaya pencegahan stunting paling efektif dimulai sejak masa kehamilan. Para calon orang tua disarankan untuk segera menerapkan pola makan seimbang dan menjalani gaya hidup sehat sejak awal kehamilan. 

Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan asupan zat besi dan asam folat. Zat besi penting untuk mencegah anemia, yang bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Makanan seperti kacang-kacangan, sayuran dan biji-bijian adalah sumber zat besi yang baik.

Asam folat sangat penting untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi, serta dapat mencegah penyakit bawaan lahir dan mengurangi risiko gangguan kehamilan hingga 72%. Asupan asam folat yang cukup juga mencegah kegagalan perkembangan organ bayi selama masa kehamilan. Sumber asam folat dapat ditemukan dalam daging unggas, kuning telur, sayuran hijau, dan lainnya.

Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan anak setiap hari, beberapa nutrisi penting yang harus diberikan meliputi vitamin A, zinc, kombinasi mikronutrien dan omega 3, serta protein whey. 

Vitamin A penting untuk mendukung pertumbuhan dan memperkuat daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Peningkatan asupan vitamin A pada anak-anak usia enam bulan hingga lima tahun dapat mengurangi risiko kematian, diare, dan kemungkinan stunting. Sumber vitamin A bisa didapatkan dari ikan, daging, sayuran berdaun hijau, wortel, ubi dan mangga.

Zinc juga berperan penting dalam sintesis RNA dan DNA, yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak. WHO mencatat bahwa anak yang menerima zinc sebanyak 10 mg per hari selama 24 minggu dapat tumbuh lebih tinggi. Sumber zinc yang baik adalah telur, daging, ayam dan kacang merah.

Selain itu, kombinasi mikronutrien seperti DHA dan AA serta omega 3 sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Untuk melengkapi nutrisi anak, susu penambah berat badan seperti Nutren Junior bisa menjadi pilihan. Nutren Junior mengandung 50% protein whey, omega 3, 6, dan DHA, serta bebas laktosa yang membantu meningkatkan massa otot dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Pada akhirnya, orang tua memainkan peran penting dalam memastikan anak menerima nutrisi yang tepat dan perawatan terbaik setiap hari.

Dengan konsistensi dalam memberikan asupan gizi yang lengkap, anak dapat terhindar dari risiko stunting dan masalah tumbuh kembang lainnya. Mendukung pertumbuhan anak dengan nutrisi yang lengkap adalah kunci untuk masa depan yang sehat.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS