Meski Berbahaya, Sejumlah Atlet Indonesia Ini Ternyata Pernah Memakai Doping

Daftar atlet Indonesia yang pernah menggunakan doping untuk menunjang performanya. (Foto: Freepik)

PARBOABOA, Jakarta – Penggemar olahraga tentu tidak asing lagi dengan istilah doping yang biasanya digunakan para atlet.

Doping, secara umum, merujuk pada penggunaan obat tertentu oleh atlet dengan tujuan meningkatkan performa mereka.

Hal ini melibatkan konsumsi berbagai jenis obat, bahkan narkoba, agar dapat tampil optimal dalam pertandingan.

Misalnya, Arif Rahman Nasir, atlet Kempo Indonesia, yang terbukti menggunakan jenis anabolic steroid methandienone pada Sea Games 2011.

Meskipun saat itu ia berhasil meraih medali emas dalam cabang olahraga kempo nomor Kyu Kenshi, Arif terpaksa mengembalikan medali tersebut karena melanggar aturan doping.

Seorang atlet renang, Indra Gunawan, juga terlibat dalam kasus doping.

Pada Asian Indoor and Martial Arts Games (AIMAG) 2013, Indra menggunakan jenis methylhexaneamine.

Saat itu, ia meraih juara di nomor 50 meter gaya dada. Namun sayangnya, akibat menggunakan doping, Indra harus menghadapi hukuman berupa larangan berpartisipasi dalam ajang internasional selama dua tahun.

Guntur Pratama, atlet renang lainnya, juga terbukti menggunakan doping jenis methylhexaneamine pada Asian Indoor and Martial Arts Games (AMAG) 2013.

Selain itu, dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 juga ditemukan beberapa atlet yang terbukti menggunakan doping yaitu Andri Yanto, Carel Yulius, Putu Martika, Kariyono dan Abdul Manan.

Di Indonesia sendiri, terdapat organisasi yang berfokus soal pelarangan doping bagi para atlet, yaitu Indonesia Anti Doping Organization (IADO).

Organisasi tersebut bertugas menciptakan regulasi soal doping dan menangani tes doping di Indonesia.

Bagaimana Sejarah Doping?

Menurut sejarah, penggunaan doping telah dimulai sejak zaman Romawi kuno dan Yunani kuno, di mana atlet seperti gladiator atau pebalap kereta perang diketahui menggunakan campuran ramuan khusus untuk meningkatkan performa mereka.

Kasus doping pertama yang tercatat berasal dari tahun 1807, melibatkan atlet jalan cepat asal Inggris bernama Abraham Wood.

Wood mengakui penggunaan obat bernama laudanum, sebuah campuran alkohol dengan narkoba jenis opium.

Saat itu, Wood ikut serta dalam kejuaraan jalan cepat dengan jarak tempuh 800 kilometer untuk meraih medali emas.

 Ia menyatakan bahwa laudanum membantu menjaga daya tahan tubuh dan memungkinkannya tetap terjaga saat malam hari.

Namun, jika penggunaan doping dilakukan secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama, dampak negatifnya dapat mencakup ketergantungan, kerusakan organ atau sistem saraf dalam tubuh, dan peningkatan risiko terkena penyakit.

Meskipun penggunaan doping telah dilarang, praktik ini tetap marak di berbagai negara untuk meningkatkan performa para atlet.

Editor: Atikah Nurul Ummah
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS