Steroid: Keajaiban Medis atau Ancaman Tersembunyi?

Ilustrasi Obat-obat Steroid. (Foto: X/@YuliHernani)

PARBOABOA, Jakarta - Steroid bisa jadi andalan untuk meredakan peradangan, tapi jangan salah! Di balik khasiatnya, ada risiko serius yang bisa mengintai, terutama tanpa resep dokter.

Steroid merupakan jenis obat yang umumnya digunakan untuk mengurangi peradangan. Jenis yang paling umum adalah kortikosteroid, yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal dalam tubuh kita.

Terdapat dua jenis kortikosteroid: yang alami dan yang sintetis, masing-masing memiliki fungsi dan cara penggunaan yang berbeda dalam praktik medis.

Kortikosteroid alami dihasilkan oleh tubuh kita, terutama dari kelenjar adrenal. Hormon-hormon seperti glukokortikoid, contohnya kortisol dan mineralokortikoid memiliki peran penting dalam berbagai fungsi tubuh.

Glukokortikoid membantu mengatur metabolisme karbohidrat serta sistem kekebalan tubuh, sedangkan mineralokortikoid berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit (Smith & Johnson, 2019). Selain itu, ada juga hormon seksual seperti androgen dan estrogen yang termasuk dalam kategori steroid.

Di sisi lain, kortikosteroid sintetis adalah obat yang dibuat secara khusus untuk pengobatan. Obat-obatan ini biasanya berakhiran -son atau -solon, seperti deksametason, prednison, dan hidrokortison.

Kortikosteroid sintetis ini sering digunakan dalam praktik medis untuk mengatasi berbagai penyakit (Lee, 2021).

Jenis-jenis Obat Steroid

Obat-obatan yang mengandung kortikosteroid dibagi menjadi dua jenis: topikal (yang digunakan pada kulit) dan sistemik (yang diminum atau disuntik).

Obat topikal biasanya ada dalam bentuk krim, salep, atau lotion, dan dibedakan menjadi tujuh kelas berdasarkan kekuatannya.

Dari yang ringan (seperti krim hidrokortison 2,5%) hingga yang sangat kuat (seperti krim klobetasol propionat 0,05%). Penggunaannya pun harus berdasarkan rekomendasi dokter sesuai dengan kondisi kulit yang dialami (Baker & Harris, 2021).

Sementara itu, steroid sistemik diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Jenis-jenis yang sering digunakan antara lain prednison, metilprednisolon, dan hidrokortison.

Obat ini sering digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi, seperti asma, penyakit autoimun, radang usus, dan masalah kulit.

Steroid sistemik juga bekerja dengan cepat untuk mengurangi peradangan, sehingga sangat efektif untuk kondisi yang membutuhkan penanganan segera (Garcia, 2023).

Manfaat dan Tujuan Pemberian Obat Steroid

Steroid pun juga sering disebut sebagai “obat dewa” karena bisa memberikan efek penyembuhan yang cepat.

Obat ini sangat efektif untuk mengatasi kondisi serius seperti reaksi alergi, serangan asma berat, dan penyakit radang.

Efek cepat ini disebabkan oleh kemampuannya menurunkan peradangan, yang merupakan penyebab banyak penyakit. Gejala peradangan ini dapat dilihat dari demam, kemerahan, nyeri, dan pembengkakan (Wang et al., 2024).

Manfaat steroid pun dibagi menjadi dua, yaitu sistemik dan topikal. Steroid sistemik ini mampu membantu dalam pengobatan asma, arthritis, penyakit lupus, dan kondisi lainnya.

Selain itu, steroid juga diberikan kepada pasien yang baru menjalani transplantasi organ agar sistem kekebalan tubuh tidak menolak organ baru (Thompson, 2020).

Pada bayi yang berisiko lahir prematur, ibu mereka bisa diberi steroid untuk membantu mematangkan paru-paru janin.

Hal ini penting karena paru-paru yang matang dapat mengurangi risiko masalah pernapasan pada bayi yang lahir prematur (Thompson, 2020).

Steroid topikal disini juga sangat membantu untuk mengatasi masalah kulit seperti dermatitis, eksim, dan psoriasis.

Obat ini lebih fokus pada efek kosmetik dan mengurangi rasa gatal, selama penggunaannya benar dan di bawah pengawasan profesional.

Penggunaan steroid topikal yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan akibat kondisi kulit (Davis, 2023).

Dampak Penyalahgunaan Steroid

Meskipun steroid memiliki banyak manfaat, penyalahgunaan obat ini bisa menimbulkan efek samping yang serius.

Penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan medis bisa meningkatkan risiko penyakit, termasuk sindrom Cushing, yang terjadi karena tingginya kadar hormon steroid (kortisol) dalam darah (Brown et al., 2022).

Kondisi ini bisa berbahaya karena terkait dengan penyakit jantung dan infeksi serius. Efek samping lain termasuk gangguan mental, masalah penglihatan, tekanan darah tinggi, serta gangguan metabolisme (Walker, 2021).

Penggunaan steroid topikal pun juga perlu hati-hati. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain infeksi kulit, penipisan kulit, dan reaksi alergi.

Kadang-kadang, penggunaan yang tidak tepat malah bisa memperburuk kondisi kulit. Misalnya, jika steroid topikal digunakan berlebihan, bisa menyebabkan kulit menjadi tipis dan berisiko mengalami luka atau infeksi (Davis, 2023).

Tingginya Angka Penyalahgunaan Steroid

Penyalahgunaan steroid masih menjadi masalah, terutama di kalangan atlet yang ingin meningkatkan performa fisik.

Data menunjukkan bahwa sekitar 0,5% populasi telah menggunakan steroid, dan angka ini meningkat menjadi 1% pada kelompok usia 18-34 tahun (Adams, Smith, & Lee, 2024).

Di kalangan remaja, angka penyalahgunaan pun juga mengkhawatirkan, dengan sekitar 4% siswa kelas 12 pernah mencobanya.

Penyalahgunaan steroid sering kali berkaitan dengan keinginan untuk memiliki tubuh ideal atau untuk meningkatkan kemampuan fisik dalam olahraga (Walker, 2021).

Akses yang mudah dan biaya rendah menjadi faktor utama di balik penyalahgunaan steroid. Informasi yang beredar di masyarakat tentang manfaat steroid sering kali tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang risiko jangka panjangnya.

Banyak pula atlet dan individu merasa tertekan untuk meningkatkan performa, sehingga mereka mencari cara cepat dengan menggunakan steroid (Martin, 2022).

Langkah Mengurangi Penyalahgunaan Steroid

Edukasi masyarakat sangat penting untuk mengurangi penyalahgunaan steroid. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang jelas tentang risiko kesehatan yang bisa muncul akibat penggunaan obat ini, serta pentingnya penggunaan yang tepat dan berdasarkan resep dokter (Roberts, 2024).

Program edukasi ini dapat dilakukan melalui seminar, kampanye kesehatan, dan penyuluhan di sekolah-sekolah untuk menjangkau remaja dan orang dewasa.

Selain itu, pengawasan terhadap distribusi obat steroid juga perlu diperketat. Apotek dan penyedia layanan kesehatan harus memastikan bahwa steroid hanya diberikan kepada pasien yang membutuhkan dan dengan resep yang sah.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka penyalahgunaan steroid di masyarakat bisa lebih ditekankan.

Editor: Luna
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS