Demo 9 Tahun Pemerintahan Jokowi: Aparat Represif, Massa Aksi Ditangkap dan Dipukuli

Tiga mahasiswa yang ikut aksi peringatan 9 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ditangkap mengaku dipukul dan diintimidasi polisi. (Foto: PARBOABOA/Muazam)

PARBOABOA, Jakarta - Sekitar 13 massa aksi peringatan 9 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ditangkap polisi.

Dari jumlah itu, tiga orang di antaranya mengaku mendapatkan intimidasi dan kekerasan saat dibawa ke Pos Polisi di dekat Kementerian Polhukam.

"Sweater saya robek, kacamata pecah, handphone rusak. Saya juga diinjak-injak dan dipukul. Saya punya kepala ditendang, dan tulang rusuk saya juga," ujar Mario, salah satu peserta aksi yang menjadi korban, Jumat (20/10/2023).

Imbas dari pemukulan itu, tubuh mereka lebam dan merah-merah di bagian leher serta perut.

Mario juga mengaku dimaki-maki anggota polisi dengan kata kasar.

"Pokoknya, 'mati lu anjing bangsat. Bikin susah negara'," ungkap massa aksi dari GMNI Jakarta Pusat itu.

Tidak hanya itu, Mario dan dua lainnya juga mengaku diancam secara verbal.

"Saya diancam, awas lu kalo kelihatan lagi mati," jelasnya.

Penangkapan belasan massa aksi itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.

Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo (tengah) bersama anggotanya mengawal aksi mahasiswa di Patung Kuda, Jakarta Pusat. (Foto: PARBOABOA/Muazam) 

Mereka ditangkap secara terpisah, tiga antaranya ditangkap di lokasi aksi, kawasan Patung Kuda. Sementara sisanya, ditangkap di kawasan Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat saat mau menuju lokasi aksi.

Meski telah dibebaskan polisi, namun massa aksi lain tidak terima kawannya dipukul polisi.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari Universitas Indonesia, Melki Sedek Huang meminta polisi tidak melakukan tindakan kekerasan kepada massa aksi.

"Saya tidak terima. Polisi jangan melakukan represifitas lagi," ujarnya kepada wartawan.

PARBOABOA berusaha mengkonfirmasi dugaan tindakan kekerasan anggota polisi kepada Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo yang kebetulan ada di lokasi aksi.

Namun, Susatyo enggan menjawab PARBOABOA.

"Nanti-nanti ya, di belakang. Tunggu kondusif," katanya.

Saat aksi siang tadi, mahasiswa menilai Presiden Jokowi harus diberikan rapor merah, karena maraknya konflik agraria, banyak perkebunan yang dihilangkan dengan proyek setan nasional hingga perampasan tanah adat dengan dalih perkebunan yang masih terjadi.

Mahasiswa juga menilai, Jokowi telah mengkhianati reformasi yang dibuktikan dengan berbagai kemunduran dan kebobrokan dari segi hukum, HAM, komersialisasi pendidikan, represifitas aparat, konflik agraria dan investasi yang malah menyengsarakan rakyat.

Pantauan PARBOABOA, hingga pukul 19.48 WIB massa aksi masih bertahan di sekitaran Patung Kuda. Sementara pada pukul 20.00 WIB sebagian massa sudah ada yang membubarkan diri, tapi ada juga yang masih bertahan.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS