PARBOABOA, Palu - Dinas Kesehatan Kota Palu mencatat sekitar 151 kasus HIV/AIDS di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah dalam jangka waktu 10 bulan terakhir. Hasil pendataan tersebut dilakukan pada Periode Januari hingga Oktober 2022.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu, Rochmat Jasin saat ditemui di Palu, Selasa (29/11/2022).
“Ada tambahan 38 kasus dibandingkan tahun 2021, sekitar 113 kasus dari warga kota Palu yang terinfeksi HIV/AIDS,” ujar Rochmat Jasin.
Dia menerangkan dengan angka kasus sebanyak ini, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis pencegahan dan penanggulangan supaya tidak menginfeksi orang lain.
Karena dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut apabila tidak ditangani dengan cepat, dapat menimbulkan kematian.
""Dinas Kesehatan Kota Palu melakukan upaya pencegahan kasus seperti ini melibatkan petugas kesehatan di masing-masing Puskesmas melalui promosi kesehatan (promkes) kepada masyarakat," tutur Rochmat.
Dia mengatakan bahwa promkes tidak cukup hanya dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, karena langkah ini harus berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak.
Karena kasus ini ibaratkan fenomena gunung es, semakin intensif petugas kesehatan berkolaborasi lintas sektor dan kelompok masyarakat peduli AIDS, sehingga perlu melakukan konseling maupun penulusuran, maka akan semakin banyak ditemukan orang terinfeksi.
“Sebuah kasus telah ditemukan, rantai penularannya harus ditemukan. Bahkan dengan satu kasus, tidak tertutup kemungkinan menularkan ke orang lain, sehingga diperlukan pemantauan yang cermat di lapangan,” terang Rochmat.
Dia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama penularan penyakit ini adalah dengan berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi dan tanpa menggunakan alat pelindung.
Sehingga penularannya juga sangat cepat, sehingga berdampak pada penurunan daya tahan tubuh hingga titik terlemahnya, sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dari stadium ringan hingga berat.
“Semakin banyak kasus yang ditemukan, semakin cepat kita dapat melakukan kontrol transmisi. Makanya petugas kesehatan sering mengedukasi masyarakat karena penyakit ini berbahaya,” pungkas Rochmat.