PARBOABOA, Jakarta - Dugaan mobilisasi Kiai NU untuk mendukung dan memenangkan capres-cawapres 02, Prabowo-Gibran mencuat belakangan ini.
Informasi ini dibuka oleh seorang cendakiawan NU, Gus Nadir di Podcast Mojokdocto, Rabu (17/1/2024).
Mulanya, Gus Nadir menjelaskan jatuh bangun NU yang sempat terjun ke politik praktis, lalu kembali menjadi organisasi keagamaan yang menjujung tinggi politik kebangsaan.
Melalui garis politik kebangsaan, kata Gus Nadir para Kiai dan warga NU dilarang menjadi corong satu partai politik tertentu apalagi dalam kontestasi pemilu.
Namun, saat ini, ia melihat fakta yang berbeda. Ia mengatakan, apa yang disampaikan bahwa NU netral bertolak belakang dengan apa yang terjadi sesungguhnya.
Akedimisi sekaligus dosen Universitas Monash, Australia ini bahkan secara gamblang mengemukakan bagaimana NU mengintruksi seluruh anggotanya untuk memenangkan capres 02 di Surabaya, Jawa Timur belum lama ini.
Ia mengatakan, acara tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus NU, termasuk ketum PBNU sendiri, KH Yahya Cholil Stafqut.
"Saya mendapat informasi yang sudah saya cek, yang sudah saya tabayun ke Kiai sepuh yang hadir bahwa ini memang menjadi masalah ketika retorika di luar adalah netral tetapi ternyata lain di mulut lain di pertemuan itu," kata Gus Nadir seperti dikutip PARBOABOA, Kamis (18/1/2024).
"Dalam pertemuan itu ada dauh, intruksi atau apapun namanya, tidak tertulis karena bukan keputusan organisasi resmi tetapi menggerakkan struktur organisasi secara masif sampai ke bawah, yaitu untuk mendukung calon 02," tambahnya.
Tak hanya itu, Gus Nadir juga mempersoalkan netralitas NU yang mengaku bersahabat dengan semua partai politik, tetapi saat bersamaan memusuhi PKB yang merupakan anak kandung NU.
Ia mengatakan, kalau NU benar-benar netral, seharusnya membuka diri dengan semua partai politik, termasuk membangun Komunikasi dengan Cak Imin tanpa terikat oleh pilihan dan kepentingan-kepentingan politik.
Prasangka
Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf merespons Gus Nadir yang menuding NU mengumpulkan para pengurusnya untuk mendukung dan memenangkan capres 02.
Ia mengatakan, itu merupakan prasangka karena tidak punya bukti akurat memperlihatkan mobilisasi dukungan tersebut.
"Yang diutarakan Pak Nadirsyah itu saya kira prasangka saja, tidak ada kenyataannya dan tidak ada bukti apapun bahwa itu terjadi," kata pria yang akrab disapa Gus Yahya itu.
Gus Yahya mengatakan, NU saat ini tetap berpegang teguh pada Khittahnya yaitu menjaga dan menjunjung tinggi politik kebangsaan. Namun begitu, ia menegaskan setiap warga NU bebas untuk menentukan pilihanya politiknya masing-masing.
"Bagaimana keterkaitan antarpribadi masing-masing. Tapi NU secara kelembagaan jelas tidak terlibat ya," kata dia.
Ia mengatakan, selama ini ada banyak prasangka yang meragukan netralitas NU. Tetapi semuanya hanya terbatas pada prasangka, tak punya bukti dan NU tetap berkomitmen pada paremeternya yaitu tidak terlibat dalam kampanye dan proses dukung mendukung di pilpres.
"Nah kalau ada prasangka ya silakan saja, wong saya tidur saja diprasangkai orang."