PARBOABOA - Elon Musk memulihkan akun Twitter pribadi milik Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu pekan lalu. Akun tersebut sudah diblokir permanen sejak Januari 2021 lalu.
Selama masih menjabat sebagai presiden, Trump adalah pengguna Twitter paling terkenal dan sering kali membuat unggahan kontroversial di platform tersebut.
Twitter pun berpikir keras bagaimana menangani pemimpin dunia yang mengejek Korea Utara dengan ancaman penghancuran nuklir dan mendorong massa pro-Trump yang kejam untuk menyerang US Capitol pada 6 Januari 2021.
Dikutip dari CNN Business, Senin (21/11/2022), keputusan Musk untuk membawa Trump kembali ini juga datang beberapa hari setelah Trump mengumumkan dia akan mencalonkan diri sebagai presiden lagi, meningkatkan kemungkinan bahwa pernyataan Trump dan tweetnya, jika dia mempostingnya, tidak akan diabaikan.
Selaku CEO di Twitter, Elon Musk pada 19 November 2022 telah membuka voting soal pemulihan akun Twitter milik Presiden Amerika Serikat ke-45 tersebut di akun pribadinya.
Terpantau, per 20 November 2022 pukul 11.30 WIB, voting itu menghasilkan lebih dari 15 juta suara.
Elon Musk pun menuliskan kutipan bahasa latin Vox Populi, Vox Dei, yang berarti "Suara Rakyat, Suara Tuhan."
Selain itu, pendiri PayPal tersebut juga mengatakan bahwa voting yang dia gelar telah menjangkau sekitar 134 jtua pengguna Twitter.
Berdasarkan voting itu, 51,8 persen responden menyatakan persetujuannya atas pemulihan akun Twitter Donald Trump. 48,2 persen sisanya menyatakan tidak setuju.
"Orang-orang telah berbicara. (Akun Twitter) Donald Trump akan dipulihkan. Suara Rakyat, Suara Tuhan," kata Elon Musk dalam sebuah cuitan pada hari ini, 20 November.
Trump sendiri telah didepak dari Twitter setelah aksi pemberontakan yang terjadi di Capitol Place pada 6 Januari 2021 lalu.
Dalam cuitan terakhirnya, ia menulis, "Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan pergi ke Pelantikan pada 20 Januari.”
Setelah itu Twitter yang kala itu masih dikendalikan oleh Jack Dorsey tidak bisa diakses lagi.
Menurutnya ini dilakukan untuk kemaslahatan bersama. Membungkan hasutan Donald Trump dinilai sebuah langkah yang tepat.