PARBOABOA, Jakarta – Pemerintah Filipina berencana menutup operasi 175 perusahaan judi lepas pantai dan mendeportasi hingga 40.000 warga China yang terjaring dalam operasi tersebut.
Kementerian Kehakiman Filipina, Jose Dominic Clavano mengatakan, penindakan tegas itu dilakukan setelah laporan adanya penculikan, prostitusi dan pembunuhan dalam industri perjudian online.
"Penumpasan itu dipicu oleh laporan pembunuhan, penculikan dan kejahatan lain yang dilakukan oleh warga negara China terhadap sesama warga negara China," kata Jose.
Seperti dilansir AFP, Rabu (28/09/2022), operator offshore gaming Filipina atau POGO telah muncul di Filipina pada tahun 2016 dan tumbuh secara eksponensial.
Hal itu terjadi karena mantan Presiden Rodrigo Duterte mengupayakan hubungan perdagangan dan investasi yang lebih erat dengan China. Pada puncaknya, POGO pun berhasil mempekerjakan lebih dari 300 ribu pekerja asal Negeri Tirai Bambu tersebut.
Akan tetapi, operator judi itu malah menimbulkan gesekan dengan warga Filipina karena menghindari pajak dan memicu kenaikan harga properti, tanpa memberikan peluang kerja karena tidak banyak warga lokal yang bisa berbicara bahasa Mandarin.
Menurut data Kementerian Keuangan Filipina, pemerintah seharusnya bisa meraup 7,2 miliar peso (US$ 122,21 juta) pada 2020 dan 3,9 miliar peso tahun lalu dari perjudian tersebut.
Sementara itu, para ekonom memperkirakan ada pemasukan yang lebih besar dibandingkan dengan laporan tersebut. Terlebih bila melihat belanja pajak, pengeluaran pekerja dan sewa kantor judi.
Namun, adanya pandemi covid-19 dan pajak yang lebih tinggi membuat banyak pekerja China tersebut akhirnya terpaksa beroperasi di tempat lain dengan mendirikan tempat judi ilegal.
Inilah yang menimbulkan kekacauan di Filipina. Banyak pembunuhan dan penculikan setelah kejadian tersebut.
Sementara itu, China menyambut baik operasi penindakan terbaru dari Filipina ini. Beijing juga sebelumnya telah menyerukan Manila untuk melarang segala bentuk perjudian online.
"Kejahatan yang disebabkan oleh dan terkait dengan judi online tidak hanya merugikan kepentingan China dan hubungan China-Filipina, tapi juga merugikan kepentingan Filipina," sebut Kedutaan Besar China di Manila dalam tanggapannya.