PARBOABOA, Jakarta - Karya film horor Indonesia kembali hadir membawa kisah penuh ketegangan dan keunikan budaya lokal.
Setelah suksesnya "KKN di Desa Penari" dan "Sewu Dino," karya dari penulis anonim @Simpleman, kini thread viral lainnya diadaptasi menjadi film berjudul "Sorop."
Film ini telah resmi tayang di bioskop Indonesia sejak 19 Desember 2024. Disutradarai oleh Upi Avianto dan diproduksi oleh MD Pictures, Film "Sorop" pun juga menjanjikan pengalaman horor yang tak hanya menakutkan tetapi juga sarat dengan budaya lokal.
Kisah Ritual Terkutuk dan Teror yang Mengintai
Cerita "Sorop" mengisahkan perjalanan Hanif dan Isti, dua saudara yang memutuskan kembali ke rumah masa kecil mereka di desa terpencil yang menyimpan banyak kenangan dan misteri.
Awalnya, niat mereka hanyalah untuk mengenang masa lalu. Namun, situasi berubah menjadi mimpi buruk setelah mereka menyaksikan kematian misterius Pakde Khair di depan mata mereka langsung.
Kejadian tragis ini menjadi awal dari serangkaian teror mencekam yang menyeret keduanya ke dalam misteri gelap keluarga mereka.
Judul "Sorop" merujuk pada waktu menjelang maghrib dalam kepercayaan masyarakat Jawa, saat dipercaya bahwa makhluk astral akan mulai bermunculan.
Dalam film ini, arwah gelisah Pakde Khair terus menghantui Hanif dan Isti, serta mengarahkan mereka untuk mengungkap rahasia kelam yang telah lama tersembunyi.
Mereka kemudian menemukan tradisi "Puasa Sorop," sebuah ritual terkutuk di mana pelakunya hanya diperbolehkan makan tanah kuburan selama menjalani ritual.
Hal ini membawa mereka semakin jauh ke dalam kegelapan, menguji keberanian sekaligus kewarasan mereka di tengah ancaman yang terus mendekat.
Kengerian "Sorop" tidak hanya datang dari elemen supranatural, tetapi juga dari konflik batin para karakter yang berusaha melawan ketakutan mereka.
Elemen psikologis ini menjadikan cerita lebih kompleks dan intens, dan dapat meninggalkan kesan mendalam bagi para penontonnya.
Sentuhan Budaya dan Kekuatan Akting Para Pemeran
Film "Sorop" tidak hanya menyajikan cerita horor yang mencekam, tetapi juga memperkenalkan kembali kepercayaan dan tradisi lokal yang kaya.
Salah satu daya tarik utama film ini adalah eksplorasi budaya Jawa, khususnya melalui mitos dan tradisi seperti "Puasa Sorop."
Hal ini memberikan dimensi baru pada genre horor Indonesia, serta menjadikannya lebih relevan dan autentik bagi penonton lokal.
Upi Avianto sebagai sutradara mampu mengemas elemen-elemen budaya ini dengan apik, menciptakan atmosfer yang mencekam sekaligus menyentuh sisi emosional.
Kombinasi visual yang indah, tata musik yang mendalam, dan penggunaan simbolisme budaya menjadikan "Sorop" pengalaman sinematik yang unik.
Diperkuat oleh para aktor berbakat, "Sorop" menghadirkan penampilan memukau dari Hana Malasan dan Yasamin Jasem yang berperan sebagai Hanif dan Isti.
Keduanya berhasil menyampaikan emosi kompleks, mulai dari ketakutan, kesedihan, hingga keberanian yang muncul di tengah tekanan besar.
Penampilan mereka didukung oleh Egi Fedly, Ratu Felisha, dan Tegar Satrya, yang masing-masing memberikan kedalaman pada karakter yang mereka mainkan.
Sejak trailer resminya dirilis, antusiasme terhadap "Sorop" terus meningkat. Adegan-adegan yang menegangkan, latar yang suram, dan musik yang mendebarkan berhasil menciptakan ekspektasi tinggi di kalangan penonton.
Komentar positif pun membanjiri media sosial, dan menjadikan "Sorop" salah satu film yang paling dinantikan pada akhir tahun ini.
"Sorop" membuktikan bahwa horor lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang.
Dengan cerita yang kuat, eksplorasi budaya yang mendalam, dan penampilan para pemain yang luar biasa, film ini berhasil mencuri perhatian.