FliRT: Varian Covid-19 Baru Picu Lonjakan Kasus di AS dan Singapura

Ilustrasi seorang pasien sedang mendapatkan perawatan atas penyakit Covid-19 varian baru yaitu FliRT. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA – Dunia kesehatan kembali diserang dengan Covid-19 yang kali ini datang dengan varian baru dan menghebohkan Amerika Serikat hingga Singapura.

Varian baru Covid-19 ini dijuluki ‘FliRT’ yang diketahui merupakan kerabat jauh dari Omicron. Konon kabarnya, varian ini berasal dari JN.1 yang menjadi sumber melonjaknya kasus Covid-19 di Amerika Serikat.

Dilansir dari laman UNMC, Global Center for Health Security, Jumat (31/05/2024), varian ini dijuluki FliRT berdasarkan caranya bermutasi yaitu berasal dari banyak sub varian.

Dalam FliRT, salah satunya ada varian yang menjadi terkenal yaitu KP.2. Varian ini menyumbang sebanyak 25 persen kasus baru selama dua minggu.

Varian FliRT lainnya termasuk KP.1.1, namun belum tersebar luas di Amerika Serikat.

Dilansir dari laman Time, walaupun varian ini mengakibatkan lonjakan yang cukup besar, namun vaksin masih bisa melindungi dengan cukup ampuh.

Vaksin yang ada sekarang ini bisa memberikan perlindungan yang baik terhadap kematian hingga rawat inap terkait Covid-19.

Namun, sebuah studi pendahuluan sempat menunjukkan bahwa varian FliRT mungkin lebih baik dalam menghindari perlindungan kekebalan dari vaksin jika dibandingkan dengan JN.1.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merekomendasikan untuk mendasarkan formulasi vaksin di masa depan pada garis keturunan JN.1. Pasalnya, virus Covid-19 sepertinya akan terus berevolusi dari varian itu.

Sayangnya, booster terbaru sekarang ini masih didasarkan pada strain lama yaitu XBB.1.5.

Terlepas dari itu, saat ini menjaga kesehatan diri tetap menjadi perlindungan utama dari serangan Covid-19 khususnya varian FliRT.

Masyarakat diharapkan terus melakukan pencegahan dengan vaksinasi dan tetap berada di rumah saat mengalami sakit.

Masker juga sebaiknya digunakan kembali serta hindari area dalam ruangan yang ramai. Khususnya ketika ada banyak kasus Covid-19 yang terjadi.

Kasus Covid-19 tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Akan tetapi negara tetangga Indonesia yaitu Singapura juga sedang menghadapinya.

Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung mengungkapkan adanya lonjakan yang signifikan terkait kasus Covid dalam dua minggu terakhir.

Dikutip dari laman Strait Times, Ong Ye Kung mengatakan negaranya masih berada di tahap awal gelombang. Besar kemungkinan gelombang ini akan terus meningkat.

“Gelombang ini akan mencapai puncaknya dalam dua hingga empat minggu ke depan. Berarti antara pertengahan dan akhir Juni,” ungkapnya.

Sejak tanggal 5 hingga 11 Mei 2024, tercatat ada 25.900 kasus Covid-19 yang terjadi di Singapura. Rata-rata rawat inap harian meningkat dari 181 pasien menjadi 250 orang.

Namun, Ong Ye Kung mengaku meskipun lonjakan kasus naik dua kali lipat, Singapura dipastikan masih mampu menangani hingga 500 pasien.

“Namun, jika mencapai seribu pasien, tentunya akan menjadi beban bagi sistem rumah sakit,” jelasnya.

Ong Ye Kung menegaskan masyarakat untuk menerima dosis tambahan vaksin Covid-19 jika belum melakukannya dalam 12 bulan terakhir.

Khususnya bagi penderita penyakit kronis, termasuk individu dengan usia 60 tahun ke atas, individu yang rentan secara medis serta penghuni fasilitas perawatan lansia.

Walau begitu, Ong Ye Kung memastikan belum ada rencana untuk melakukan pembatasan sosial dalam bentuk apa pun.

Pasalnya, Covid-19 dianggap sebagai penyakit endemik di Singapura. Sehingga penerapan tindakan tambahan akan menjadi pilihan terakhir.

Dikutip dari Good Housekeeping, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperbarui daftar gejala Covid-19 yaitu demam atau tubuh menggigil, batuk, nafas pendek atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan serta hidung tersumbat atau pilek.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS