PARBOABOA, Jakarta - Penanganan pemborosan makanan atau yang dikenal sebagai food waste merupakan salah satu isu utama yang sangat serius di Indonesia.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam paparannya pada rapat kerja (Raker) Komisi IV DPR RI pada Rabu (30/8/2023) lalu, menjelaskan bahwa masalah ini berkaitan dengan kebiasaan boros dalam pengelolaan pangan oleh masyarakat dan juga praktik penyimpanan makanan yang belum optimal.
Selain itu, berbagai faktor juga berkontribusi pada terjadinya food waste, seperti tidak sempurnanya proses produksi, kesalahan dalam perencanaan permintaan, serta penolakan konsumen terhadap makanan karena alasan estetika atau persyaratan penampilan tertentu.
Menurut kajian Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia telah mengalami Food Loss and Waste dalam rentang tahun 2000-2019 sebanyak 115–184 kilogram per kapita per tahun. Jumlah ini seharusnya cukup untuk memberi makan 61-125 juta orang atau sekitar 29-47 persen dari total populasi Indonesia.
Melihat hal itu, NFA bersama akademisi, pebisnis, masyarakat, pemerintah, dan media kemudian mengadakan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP).
Gerakan ini telah berhasil menyelamatkan sebanyak 41,5 ton makanan di wilayah Jabodetabek dari Desember 2022 hingga pertengahan Mei 2023.
Adapun fokus pelaksanaan GSP menggunakan dua pendekatan utama, yaitu mencegah terjadinya pemborosan pangan melalui dukungan dan kebijakan fasilitasi aksi penyelamatan pangan untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Penanganan GSP sendiri terdiri dari tiga kegiatan inti, yaitu penyediaan, pengelolaan, dan distribusi pangan melalui donasi pangan.
Prosesnya pun dipantau melalui platform digital penyelamatan pangan yang dapat diakses oleh semua pihak. Selain itu, GSP juga melibatkan kegiatan sosialisasi, edukasi, dan advokasi melalui kampanye "Stop Boros Pangan".
"Gerakan ini juga sudah kami suarakan di tataran internasional. Semoga upaya ini dapat berkontribusi positif bagi ketahanan pangan nasional," ujar Arief dikutip Kamis (31/8/2023).
Saat ini, GSP tidak hanya beroperasi di wilayah Jabodetabek, tetapi juga telah diperluas ke berbagai daerah. Pada 2023, fokus awal GSP mengarah ke 12 provinsi, termasuk Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur.
Selain itu, NFA telah mengkoordinasikan mobil logistik pangan dan food truck untuk mengambil serta mendistribusikan donasi makanan, dengan melibatkan donatur makanan dan aktivis penyelamatan pangan.