Gunung Karangetang Naik Status dari Waspada jadi Siaga, Warga Dilarang Beraktivitas di Radius 2,5 KM dari Kawah

Status aktivitas vulkanik Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, dinaikan dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) per hari ini, Jumat (19/05/2023) pukul 10.00 WITA. (Foto: Twitter/@PVMBG_)

PARBOABOA, Jakarta - Status aktivitas vulkanik Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, dinaikan dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) per hari ini, Jumat (19/05/2023) pukul 10.00 WITA.

Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto dalam keterangan tertulis mengatakan, peningkatan status ini dilakukan setelah pihaknya melakukan pengamatan visual dan evaluasi terhadap aktivitas vulkanik Gunung Karangetang yang terus meningkat beberapa waktu belakangan ini.

“Dalam tingkat aktivitas Level IIl (Siaga) masyarakat/pengunjung/wisatawan /pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 km dari Kawah Utama (Selatan) dan Kawah II (Utara), serta 3,5 km pada sektor barat daya dan tenggara,” tulisnya di laman MAGMA Indonesia, dikutip Jumat (19/05/2023).

Sugeng mengimbau masyarakat yang ada di sekitar gunung agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.

Kemudian untuk warga yang tinggal disekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang dihimbau agar meningkatkan kesiapsiagaan, karena adanya potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.

Dia memastikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terus melakukan pemantauan secara intensif, agar ke depannya dapat kembali mengevaluasi status vulkanik gunung ini.

Peningkatan Aktivitas Gunung Karangetang

Sugeng melaporkan, sepanjang bulan April lalu, terjadi pengkatan aktivitas gunung yang terletak di Sulawesi Utara itu, diantaranya terekam 61 kali gempa Guguran, 25 kali gempa Hembusan, 144 kali gempa Hybrid/Fase Banyak, 81 kali gempa Vulkanik Dangkal, 24 kali gempa Vulkanik Dalam. Kemudian 26 kali gempa Tektonik Lokal, 2 kali gempa Terasa skala I - MMI dan 222 kali gempa Tektonik Jauh, serta 15 kali gempa Tremor menerus.

Kemudian, Sugeng menyebut sejak 1 – 17 Mei 2023, telah terekam 60 kali gempa Guguran, 26 kali gempa Hembusan, 39 kali gempa Hybrid/Fase Banyak, 12 kali gempa Vulkanik Dangkal, 25 kali gempa Vulkanik Dalam, serta 8 kali gempa Tektonik Lokal, 3 kali gempa Terasa skala l – ll MMI, 71 kali gempa Tektonik Jauh.

Dari pengamatan visual terhadap tinggi kolom asap, Sugeng menyebut terjadi perubahan sejak 22 April 2023. Di mana tinggi kolam asap tampak mencapai 200 m di atas puncak, bahkan pada 3 Mei 2023 tinggi kolam asap mencapai 250 m di atas puncak.

Selain itu, sejak 15 Mei kemarin, terjadi guguran kubah dari kawah Utama mengarah ke barat daya dan selatan sejak 15 Mei 2023 dengan jarak luncur maksimum mencapai 1500 m dari kawah Utama, dan disertai suara gemuruh guguran yang terdengar hingga  Pos PGA Gunung Karangetang.

“Kondisi kawah Utara belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan, api diam di atas kubah masih tampak setinggi 10 – 25 m,” tambahnya.

Sugeng menambahkan, berdasarkan pengamatan kegempaan, sejak tanggal 15 Mei 2023, terjadi sebanyak 7 kejadian per hari dan cenderung meningkat. Bahkan pada tanggal 17 Mei 2023, gempa guguran meningkat menjadi 32 kejadian.

“Kondisi peningkatan Gempa Guguran ini,  menunjukan adanya suplai magma ke permukaan yang menyebabkan penambahan material kubah dan juga menyebabkan ketidakstabilan kubah lava. Pergerakan magma ke permukaan ini kemudian diikuti oleh terjadinya erupsi efusif yang berpotensi menimbulkan  guguran dan awan panas,” jelasnya.

Editor: Rini
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS