Harga Terus Meroket, Mentan Dorong Masyarakat Tanam Cabai Sendiri di Pekarangan 

Harga cabai terus meroket, Mentan dorong masyarakat tanam sendiri di pekarangan. (Foto: Pixabay/Hans Linde)

PARBOBOA, Jakarta - Harga komoditas hortikultura jenis cabai rawit saat ini mengalami tren kenaikan yang cukup signifikan. Di beberapa wilayah seperti Maluku misalnya, harga cabai rawit merah mencapai Rp100.000 per kg.

Panel Harga Badan Pangan pada Senin (30/10/2023) mencatat, harga cabai rawit merah naik sebesar Rp1.620 menjadi Rp64.970 per kg, sedangkan harga cabai merah keriting meningkat sebesar Rp1.740 menjadi Rp50.120 per kg. 

Jika dibandingkan dengan data seminggu sebelumnya, pada 23 Oktober 2023, harga cabai rawit merah berada di level Rp55.520 per kg dan cabai merah keriting di Rp42.510 per kg. 

Harga cabai rawit merah sempat mengalami penurunan setelah mencapai level terendah pada bulan September 2023, tetapi sekarang kembali meningkat. Sementara itu, harga cabai merah keriting telah mengalami tren kenaikan sejak Juli 2023 lalu.

Di wilayah DKI Jakarta, Informasi Pangan Jakarta melaporkan, harga cabai juga mengalami tren kenaikan yang cukup tinggi.

Harga cabai merah keriting melonjak sebesar Rp4.095 menjadi Rp60.238 per kg, cabai merah besar naik sebesar Rp890 menjadi Rp58.615 per kg, cabai rawit hijau mengalami kenaikan sebesar Rp2.714 per kg, dan cabai rawit merah meningkat sebesar Rp3.738 per kg. 

Harga cabai rawit merah tertinggi di Jakarta mencapai Rp100.000 per kg di Pasar Kramat Jati, sementara harga cabai merah keriting mencapai Rp90.000 per kg, juga di Pasar Kramat Jati.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mendorong gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di pekarangan. 

KRPL adalah konsep yang memungkinkan penggunaan pekarangan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Menurut Amran, peningkatan ketahanan pangan cabai di tingkat rumah tangga menjadi salah satu langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas pasokan dan gejolak harga di pasaran.

"Kita galakan KRPL sebagai solusi terbaik, dengan menanam cabai di pekarangan dan lahan-lahan sayuran lainnya," kata Amran dikutip pada Selasa (1/11/2023).

Penurunan Produksi

Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan harga cabai adalah penurunan produksi akibat cuaca panas dan kemarau, terutama karena dampak El Nino. 

Namun, ia optimis bahwa kenaikan harga cabai tidak akan berlangsung lama karena curah hujan sudah mulai meningkat di beberapa daerah.

"Produksi cabai secara tahunan masih bisa mencukupi kebutuhan, meskipun bulanan terkadang masih mengalami fluktuasi. Ini adalah dampak musim," ungkap Prihasto pada Selasa (31/11/2023).

Saat ini, kata dia, hampir di seluruh wilayah, terjadi penurunan produksi akibat kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino.

Menurutnya, pemerintah berupaya untuk mendorong agar produksi tetap berjalan agar pasokan cabai tetap tersedia di pasaran.

Pengamat ekonomi, Benjamin Goenawan mengatakan, kenaikan harga cabai ini banyak dipicu oleh intensitas hujan yang terjadi di akhir pekan kemarin. 

Selain itu, harga cabai di Pulau Jawa yang telah mengalami kenaikan tajam belakangan ini, juga turut memicu terjadinya kenaikan harga cabai di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Ini karena persoalan cuaca yang menyebabkan intesitas curah hujan menurun," kata Benjamin kepada PARBOBOA, Rabu (1/11/2023).

Menurut Benjamin, harga cabai bisa berbalik turun, terlebih jika cuaca kembali membaik. 

Harga cabai diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 40 hingga 50 ribu per kg seandainya cuaca membaik. Kuncinya ada di cuaca saat ini," ungkap Benjamin.

Editor: Andy Tandang
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS