Bebas Berkreasi Kembangkan Ide Kreatif, Ini Alasan Gen Z Medan Ramai-ramai Jadi Barista 

Maraknya fenomena Generasi Z (Gen Z) yang menekuni keahlian membuat kopi atau yang populer disebut barista di Indonesia juga merambah Kota Medan, Sumatra Utara. (Foto: PARBOABOA/Ilham Pradilla)

PARBOABOA, Medan - Maraknya fenomena Generasi Z (Gen Z) yang menekuni keahlian membuat kopi atau yang populer disebut barista di Indonesia juga merambah Kota Medan, Sumatra Utara. 

Bahkan beberapa dari Gen Z ini mengandalkan keahlian itu untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. 

Menurut Gen Z, mereka bisa lebih bebas berkreasi dan mengembangkan ide kreatif dengan menjadi barista.

Salah satunya Ezra Debora Christiana Perangin Angin (21) seorang barista di Suddenly Coffee yang terletak di Jalan Sei Galang, Kecamatan Medan Baru, Medan.

Kepada PARBOABOA, Ezra menceritakan awal mula ia tertarik menekuni pekerjaan barista. Ezra mengaku awalnya hanya menjadikan barista sebagai pekerjaan sampingan sembari berkuliah di salah satu kampus swasta di Kota Medan.

Saat itu kampusnya menerapkan perkuliahan daring, imbas pandemi COVID-19 dan jenuh tidak ada aktivitas lain, Ezra akhirnya memberanikan diri melamar bekerja paruh waktu atau part time di Suddenly coffee untuk mengisi waktu kosongnya.

"Saat masuk kuliah capek kita belajar virtual bang. Tak ngerti kita apa yang disampaikan mereka, terus jenuh tidak ada aktivitas sehingga bekerja sambilan sebagai barista yang lebih bermanfaat," katanya.

Kala Pandemi COVID-19, banyak usaha di Kota Medan yang tutup. Sementara kedai kopi atau coffee shop malah menjamur dan membuka lowongan, terutama untuk generasi muda.

"Saat itu pengusaha sedang bangkrut karena COVID-19 di tahun 2022, coffee shop yang stabil, maka saya memilih sambilan di situ. Awalnya saya tidak tahu apa-apa, karena tidak pernah bekerja, tapi kemudian diajarin sama pemiliknya," jelas Ezra.

Lama-kelamaan Ezra pun betah menekuni pekerjaannya sebagai barista. Namun ia tetap berharap bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang tengah ia tekuni.

"Puji tuhan saya beruntung dan senang bekerja sebagai barista ini bang. Selain menambah kemampuan di bidang kopi, kita banyak ketemu konsumen dengan segala wawasan dan kemampuannya, sehingga menambah ilmu. Kebetulan konsumen coffee shop ini ramah. Bahkan beberapa dari mereka menjadi teman main dan teman diskusi," jelasnya.

Berbeda dengan Ezra, barista perempuan lain, Egy Suci Syahlevi mengaku bekerja sebagai barista memang keinginan. Apalagi di lingkungan sekitarnya, banyak temannya yang mayoritas tamatan SMA bekerja sebagai barista.

"Teman dekat saya rata-rata kerja barista bang. Melihat mereka sedang bekerja seperti tanpa ada tekanan dan terlihat bahagia. Itu juga jadi alasan utama saya bekerja sebagai barista," kata barista perempuan yang bekerja di Tamoe Coffee itu.

Setelah berkecimpung menjadi barista, apa yang selama ini dibayangkan Egy sesuai dengan ekspektasinya.

Menurutnya, bekerja di sektor makanan dan minuman atau istilahnya food and beverage (F&B) lebih mudah mengeluarkan kreasi dan ide kreatif yang ia miliki, jika dibandingkan dengan pekerjaan formal yang monoton. Apalagi sebagian besar pekerjaan formal cenderung mematikan kreasi atau ide kreatif  anak muda dan mengharuskan kerja sesuai kemauan perusahaan.

"Setelah kerja rupanya sesuai bang sama ekspektasi kita. Kita lebih berkembang lagi di sini dan bebas mengeluarkan ekspresi kita, berbeda dengan pekerjaan formal kita mentok ikuti peraturan yang ada jadinya ide kita terhambat," ungkap Egy.

Ia berharap dari barista, ide kreatif untuk lebih menekuni pekerjaan di bidang makanan dan minuman yang lebih profesional bisa terus berkembang, meskipun upah yang diterima masih terbilang kecil.

"Walaupun gaji terbilang kecil bang, tapi kita kerja sesuai keahlian kita. Bisa mengembangkan bakat kita di sini, ide-ide kreatif bisa kita kembangkan lagi, karena kerja itukan tak harus formal seperti dulu bang," ucapnya.

"Untuk apa bang kerja gaji besar tapi tertekan batin, mending gaji kecil cukup tapi kita senang dan bahagia," timpalnya.

Egy mengaku ia masih belum tertarik bekerja formal untuk beberapa tahun ke depan. Ia menegaskan hanya ingin menggeluti pekerjaan di sektor F&B.

"Untuk kedepannya belum tertarik kerja formal kayak orang orang pada umumnya bang, sepertinya saya sudah cinta dengan pekerjaan ini, meskipun terpaksa tetapi kalau bisa saya hindari pekerjaan formal ini," pungkasnya.

Gen Z lain, Fraja Kusuma yang juga seorang barista mengaku pekerjaan itu ia geluti karena susahnya mencari pekerjaan yang sesuai keinginannya di kampung halamannya, Deli Serdang. Fraja mengaku ingin bekerja di pabrik atau menjadi teknisi. Hal itu lah yang mendorongnya merantau ke Kota Medan.

Selain itu, Fraja juga belum memiliki ijazah, sehingga sulit untuknya mencari pekerjaan formal.

"Sudah cari kerja kalau di kampung bang, harus ada ijazah SMA. Sedangkan saya baru tamat SMA jadi belum keluar ijazahnya. Ditambah harus ada orang dalam kalau mau cepat kerja," katanya.

Pria kelahiran 2005 mengatakan, menjadi barista adalah pekerjaan yang mudah didapatkan dan tidak begitu memerlukan ijazah dan tidak terlalu banyak aturan.

"Kalau barista ini yang penting rapi, jujur dan rajin, sudah bisa kerja. Kalau tamatan tidak terlalu perlu," ungkap Fraja.

Meskipun baru dua bulan ia berkecimpung di dunia barista, namun Fraja menemukan kenyamanan dalam dunia kerja yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan itu.

"Kerja di sini juga enak bang. Tak sangka bisa seperti ini, dapat ilmu baru dan banyak jumpa orang yang berbeda, menambah relasi kita," kata dia.

Sebelum bekerja sebagai barista ini, Fraja mengaku sangat ingin bekerja sesuai dengan jurusan yang ia pelajari saat di SMK, yaitu otomotif.

"Dulu saya pengen kerja sesuai tamatan saya, teknisi sepeda motor, karena saya kan tamatan SMK otomotif, tapi sekarang seperti masih betah di sini bang," ungkapnya.

Ke depan Fraja berharap bisa membuka kedai kopi sendiri dan mengembangkan bakat yang ia miliki.

"Pelan-pelan ngumpul uang. Rencananya saya pengen buka usaha kedai kopi sendiri di Kota Medan bang," imbuh dia.

Menanggapi maraknya fenomena Gen Z yang bekerja sebagai barista, pengamat sosial dari Universitas Sumatra Utara (USU), Suryadi mengakui perkembangan sektor makanan dan minuman (F&B) di Kota Medan sangat pesat.

"Perkembangan lapangan pekerjaan saat ini memang mengalami pergeseran. Apalagi perkembangan usaha yang mulai beragam," katanya kepada PARBOABOA.

Apalagi saat ini, lanjut dia, sektor F&B lebih populer di media sosial, sehingga digemari generasi muda untuk ikut bagian dari pekerjaan tersebut.

"Sektor kuliner saat ini memang menjadi tren dan sektor tersebut tentu saja banyak menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan profesi baru seperti  barista yang banyak digeluti kaum muda," jelas Suryadi.

Perkembangan di era digital, kata dia, turut mempengaruhi pola pikir Gen Z yang dominan dan lebih idealis.

"Jadi tak heran menjadi preferensi anak-anak muda untuk masuk dan menggelutinya," kata Suryadi.

Yang terpenting, Gen Z ini tetap dalam pengawasan orang tua dan bisa mempertanggung jawabkan pilihannya sehingga tidak terjebak dalam pergaulan yang negatif atau narkoba, tambah Suryadi.

Editor: Kurnia
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS